Sempat Viral, Begini Pengakuan Pria Tendang Bocah yang Main Ayunan di Mal

Jonathan menjelaskan, insiden itu terjadi pada Rabu, 25 April 2018 sekitar pukul 17.00 WIB. Anaknya terkena hantaman ayunan di arena bermain Mall Kelapa Gading.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 30 Apr 2018, 14:08 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 14:08 WIB
Ingin Klarifikasi, Pria dalam Insiden Ayunan Anak Datangi Komnas PA
Pria yang diduga menendang anak dalam insiden ayunan di Kelapa Gading, Jonathan saat menyambangi kantor Komnas PA di Jakarta, Senin (30/4). Pertemuan itu dalam rangka mengklarifikasi serta meminta mediasi dari Komnas PA. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi seorang pria, yang diduga menendang anak laki-laki yang tengah main ayunan di Mall Kelapa Gading, viral di media sosial pekan kemarin. Terungkap pelaku bernama Jonathan Dunan.

Aksi Jonathan terekam kamera pengawas pusat perbelanjaan tersebut. Dia juga terlihat adu mulut dengan seorang perempuan bernama Dewi, yang merupakan ibu anak laki-laki yang ditendang. Dewi tidak terima anaknya ditendang.

Diketahui Jonathan adalah ayah dari seorang anak perempuan bernama Wilhelmina, yang terkena ayunan hingga terjatuh.

Untuk mengklarifikasi insiden ayunan ini, Jonathan menyambangi Komnas Perlindungan Anak, Senin (30/4/2018).

Jonathan menjelaskan, insiden yang terekam kamera pengawas itu terjadi pada Rabu, 25 April 2018, sekitar pukul 17.00 WIB. Anaknya terkena hantaman ayunan di arena bermain Mall Kelapa Gading.

"Wilhelmina melintas di area permainan. Saat bersamaan ada dua bocah laki-laki sedang memainkan ayunan sangat kencang. Sehingga tatkala melintas, kepala Wilhelmina tertabrak ayunan yang sedang mengayun ke belakang," ucap Jonathan di Komnas Perlindungan Anak.

Akibat kejadian itu, kata Jonathan, putrinya jatuh tersungkur dan terus menangis. Meski demikian, dua bocah itu tetap saja bermain ayunan. Karena itu, secara spontan dirinya memberhentikan ayunan dengan kakinya.

"Tabrakan itu membuat tubuh Wilhelmina sempat terangkat dan kemudian terempas ke belakang atau ke kiri dari posisi awal Wilhelmina berjalan," ujar dia.

"Saya langsung buru-buru lari dan mendekati Wilhelmina, bermaksud untuk menghentikan laju ayunan dengan kaki saya, hingga ayunan tersebut terlihat berhenti agar tidak kembali mengenai orang lain, termasuk saya," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tidak Seperti di Medsos

Jonathan, orangtua anak perempuan yang terkena ayunan di mal.
Jonathan, orangtua anak perempuan yang terkena ayunan di mal. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Jonathan mengakui kakinya sempat mengenai punggung bocah laki-laki tersebut. Tapi, itu pun tidak sengaja.

"Dalam keadaan panik dan hanya terpikir untuk menyelamatkan dan melindungi peri kecil saya dari hantaman, saya tidak bisa memperkirakan posisi kaki saya ketika bermaksud menghentikan laju ayunan tesebut. Sehingga saya akui tanpa sengaja posisi telapak kaki berada di punggung bocah berbaju biru itu," ucap dia.

Jonathan meyakinkan bahwa kejadian sebenarnya tidak seperti yang diberitakan di media sosial, bahwa dia sengaja menganiaya atau bermaksud melukai, atau mencederai anak laki-laki itu.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait sependapat dengan Jonathan. Dia menyebut, dirinya melihat kejadian itu hanya spontanitas dan tidak ada perencanaan kekerasan.

"Ini saya pahami spontanitas, kecuali kalau berencana, saya tidak kasih ampun. Kan, anak saya tiba-tiba (tertabrak), sifatnya itu spontanitas. Tapi kalau direncanakan (kekerasan) itu beda, enggak kasih ampun (pidana)," kata Arist di kantor Komnas Anak, TB Simatupang, Jakarta.

 

 

Soroti Taman Bermain Anak

Jonathan, orangtua anak perempuan yang terkena ayunan di mal. (Merdeka.com/M.Genantan Saputra)
Jonathan, orangtua anak perempuan yang terkena ayunan di mal. (Merdeka.com/M.Genantan Saputra)

Arist juga menyoroti taman bermain tersebut. Menurut dia, fasilitas itu harus dicermati apakah berkontribusi mendorong terjadinya kecelakaan atau tidak. Misalkan dari fasilitasnya, aman atau tidak, serta pengawasan petugasnya.

"Kalau enggak memenuhi, enggak usah ada playground, karena itu akan berdampak seperti itu, kan memilukan. Nah, fasilitas umum itulah yang harus disoroti satu sisi," ucapnya.

"Jadi, kalau misalnya fasilitas umum mendorong terjadinya kekerasan, mendorong terjadinya kecelakaan, itu yang harus dievaluasi karena tanggung jawab kita semua adalah menyelamatkan anak secara spontan. Tapi kalau itu perencanaan (kekerasan) itu yang enggak boleh," imbuh Arist.

Dia juga mengingatkan kepada setiap orangtua wajib mengawasi anak secara ketat, terutama yang masih balita. Dia tak ingin kejadian serupa terulang, baik itu di taman bermain atau di mana pun.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya