DPR Acungi Jempol Polri Terapkan Pengamanan Ekstra Maksimum Bagi Napi Terorisme

Ketua DPR Bambang Soesatyo memberikan penghargaan yang tinggi terhadap cara Polri menangani kerusuhan di rutan Mako Brimob Depok yang melibatkan narapidana terorisme.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 15 Mei 2018, 17:27 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 17:27 WIB
Ketua DPR Bambang Soesatyo
Ketua DPR Bambang Soesatyo menyampaikan dukacita yang mendalam bagi semua anggota Brimob yang tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Liputan6.com, Jakarta Ketua DPR Bambang Soesatyo menyampaikan dukacita yang mendalam bagi semua anggota Brimob yang tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Selasa (8/5) malam. Dirinya pun mendorong pimpinan Polri melakukan evaluasi sistem pengamanan narapidana teroris, dan merekomendasikan agar diberlakukan pengamanan ekstra maksimum.

Selain itu, DPR juga mengapresiasi dan memberikan ancungan jempol kepada Polri yang berhasil melakukan tindakan yang tepat atas drama penyenderaan 36 jam yang dilakukan terpidana teroris. Yakni Penindakan dengan soft approach, yang akhirnya sandera dibebaskan nyaris tanpa korban jiwa, disertai evakuasi 155 terpidana teroris ke LP Pasir Putih Nusa Kambangan.

"Pendekatan soft approach, yang dilakukan Polri terhadap 156 teroris bersenjata, pantas diberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi. Mengingat 5 korban tewas secara mengenaskan ada di pihak Polri dan Polri mampu menahan diri dari kemarahan. Sementara dipihak penyandera ada 156 teroris terlatih dengan doktrin jihad dan siap mati sahid," kata Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulisnya.

DPR juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap Polri yang mengutamakan persuasi atau pendekatan lunak kepada para Napi teroris tersebut.

Belajar dari peristiwa rusuh ini, Bamsoet mengatakan lembaga yang dipimpinnya mendorong Polri untuk memberlakukan pengamanan ekstra maksimum kepada para Napi teroris. Pengamanan ekstra maksimum itu harus menutup kesempatan para napi memiliki atau menguasai peralatan sesederhana apa pun yang dapat digunakan untuk membobol Rutan atau mengancam para petugas Rutan.

"Fakta bahwa lima korban tewas akibat luka bacokan senjata tajam tentu saja akan memunculkan pertanyaan; dari mana atau bagaimana prosesnya sehingga para napi teroris itu bisa memiliki atau menguasai senjata tajam? Masalah ini tentu harus diselidiki. Siapa yang membawa dan memberikan senjata tajam kepada para Napi itu?," tanya Bamsoet. 

Penguasaan senjata tajam oleh para napi teroris itu, lanjut Bamsoet menjadi pertanda bahwa sel para teroris di Rutan Mako Brimob belum menerapkan standar pengamanan ekstra maksimum. Padahal, standar pengamanan ekstra maksimum diperlukan untuk membatasi interaksi napi dengan rekan mereka atau jaringan sel-sel teroris di luar Rutan.

"Pengamanan ekstra maksimum juga mewajibkan para keluarga atau rekan para napi membatasi barang-barang bawaan saat melakukan kunjungan dan berdialog dengan para Napi," tutur Bamsoet.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya