Liputan6.com, Jakarta Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba akan menjadi titik awal komitmen Djarot-Sihar membenahi transportasi umum. Ini penting agar kejadian tersebut tidak kembali terulang.
Atas kejadian KM Sinar Bangun itu, Cawagub Sumatera Utara Sihar Sitorus menyampaikan rasa prihatin dan empatinya. Ia langsung merilis video ucapan prihatin dan belasungkawa kepada para korban melalui akun medsosnya sesaat setelah peristiwa itu.
Ucapan bela sungkawa juga disampaikan Cagub Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat. Hal itu disampaikan saat menutup debat kandidat Pilgub Sumatera Utara. Usai debat kandidat, beberapa elemen Relawan DJOSS berkonsolidasi untuk melakukan aksi gerak cepat untuk membuka posko bantuan di Pelabuhan Tigaras.
Advertisement
Dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Minggu (24/6/2018), Sihar Sitorus bertolak ke Posko Tim SAR Gabungan di Pelabuhan Tigaras untuk memantau perkembangan pencarian para korban tenggelam yang belum ditemukan. Pada kesempatan itu, Ia mendengarkan ungkapan kegelisahan keluarga korban.
Sihar ikut merasakan derita yang dialami keluarga korban. Bahkan tidak sedikit nampak stres dan menjerit-jerit karena ada 12 orang kelurganya ikut tenggelam. Ada juga kisah 2 sejoli berencana melakukan pernikahan ikut hanyut ke dasar danau.
Menyadari kurangnya kekuatan tim SAR Gabungan dan perlunya penanggulangan yang serius, Sihar kerahkan 2 buah speed boat, 2 tim regu penolong dan 2 tim penyelam serta 2 orang psikiater untuk melakukan pendampingan psikologis terhadap para keluarga korban.
Peristiwa KM Sinar Bangun ini mengingatkan kembali akan peristiwa besar yang sama yang pernah terjadi pada tahun 1997 silam dimana KM Peldatari tenggelam bersama kurang lebih 200an orang penumpang. Belum lagi deretan peristiwa-peristiwa kecil lainnya yang pernah tercatat dalam daftar kapal tenggelam di Danau Toba.
Benahi Transportasi Umum
Tragedi ini menjadi titik tolak bagi pasangan Djarot-Sihar (DJOSS) untuk kelak membenahi tatanan transportasi umum di Sumatera Utara dari segala aspek. Mulai dari aspek regulasi, pelayanan, pengawasan serta manajemen penanggulangan darurat bencana.
Sumatera Utara tergolong sangat buruk dalam hal penerapan regulasi soal transportasi umum. Khususnya transportasi darat, laut dan danau. Regulasi sulit diterapkan akibat maraknya pungli, praktik calo dan lemahnya supremasi hukum berakibat buruknya mental para petugas dalam menerapkan peraturan dan bahkan nyaris tak pernah melakukan pengawasan-pengawasan secara reguler.
Sebagai contoh kasus peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun. Batas kapasitas angkut penumpang seharusnya maksimal 40 orang, namun faktanya tidak jarang kapal mengangkut lebih dari 100 orang penumpang. Kemudian tidak seharusnya kapal itu mengangkut kendaraan roda 2, namun nyatanya kapal itu mengangkut puluhan kendaraan. Seharusnya kendaraan bermotor menggunakan Kapal Ferry sebagai moda transportasi penyeberangan.
Kemudian dalam aturan, kapal seharusnya menyediakan life jacket atau jaket pelampung sesuai jumlah kapasitas penumpang, namun kenyataannya fasilitas emergency itu sangat minim dan kadang dalam kondisi apa adanya. Dan fakta yang mengerikan adalah bahwa nahkoda kapal ternyata tidak memiliki Surat Izin Berlayar (SIB).
Menyikapi peristiwa ini, seluruh pihak harus bertanggung jawab. Mulai dari pelaku bisnis transportasi hingga pemangku jabatan yang terkait dengan bidang ini harus mempertanggungjawabkan segala aturan yang dilanggar.
Kemudian evaluasi besar harus dilakukan, untuk kemudian melakukan pembenahan-pembenahan agar kelak sistem transportasi di Sumatera Utara mampu memberikan pelayanan yang baik kepada para pengguna jasa transportasi tanpa harus mengakibatkan korban jiwa sia-sia akibat faktor kesalahan manusia itu sendiri.
Djarot dan Sihar, sebagai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 hadir dan berkomitmen untuk membenahi sistem transportasi di Sumatera Utara secara menyeluruh.
Saksikan tayangan video menarik berikut ini:
Advertisement