Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi 6,4 SR yang merusak ribuan rumah di Lombok kini diikuti rangkaian aktivitas gempa susulan yang masih terus terjadi. Banyaknya aktivitas gempa susulan menimbulkan pertanyaan warga tentang apa sebenarnya gempa susulan tersebut dan mengapa jumlahnya sangat banyak.
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, gempa susulan (aftershocks) merupakan gempa yang terjadi di sekitar episenter gempa utama (mainshocks), tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil.
Baca Juga
Dia menjelaskan, Kiyoo Mogi ahli gempa dari Jepang mengklasifikasikan aktivitas gempa ke dalam 3 tipe. Gempa tipe pertama, dicirikan munculnya gempa utama yang diikuti sejumlah gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil.
Advertisement
"Gempa tipe kedua, dicirikan munculnya serangkaian gempa kecil sebagai pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama dengan kekuatan besar, selanjutnya diakhiri serangkaian gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil," ujar Daryono dalam keterangannya, Rabu (1/8/2018).
Sementara gempa tipe ketiga, bercirikan munculnya banyak gempa kecil dengan frekuensi kejadian sangat tinggi, berlangsung dalam kurun waktu tertentu di kawasan sangat lokal, tanpa ada gempa kuat yang menonjol sebagai gempa utama.
"Gempa semacam ini oleh Mogi disebut sebagai gempa swarm," ujar dia.
Jika diamati aktivitas gempa susulan di Lombok saat ini, gempa yang terjadi merupakan gempa tipe I. Yaitu tipe gempa utama yang diikuti serangkaian gempa susulan dengan jumlh sangat banyak.
"Sejak terjadinya gempa utama pada Senin pagi lalu hingga hari ini Rabu 1 Agustus 2018 pukul 17.00 WIB hasil monitoring BMKG sudah mencatat gempa susulan sebanyak 422 kali. Magnitudo terbesar 5,7 SR dan terkecil 1,8 SR. Sebanyak 44 gempa susulan guncangannya dirasakan oleh warga," jelas dia.
Saksikan tayangan video menarik berikut ini:
Guncangan Gempa Susulan Fluktuatif
Magnitudo gempa susulan tampak fluktuatif, tetapi cenderung terus melemah. Kecenderungan ini menunjukkan kondisi tektonik di sekitar pusat gempa yang makin stabil. Sehingga sangat kecil peluang akan terjadi gempa susulan yang magnitudonya lebih besar dari gempa utamanya. Untuk itu kepada masyarkat Lombok dihimbau agar tetap tenang.
"Perlu dipahami bahwa semua gempa berkekuatan besar akan diikuti serangkaian gempa susulan, sehingga banyaknya jumlah gempa susulan di Lombok merupakan hal yang wajar," jelas Daryono.
Apalagi jika gempa yang terjadi berada di zona batuan yang rapuh (brittle), maka gempa susulan yang terjadi akan banyak. Berbeda halnya jika gempa terjadi di zona batuan elastis (ductile), gempa susulan itu jumlahnya lebih sedikit.
"Gempa susulan memang sebaiknya terjadi agar akumulasi energi yang tersimpan dan tersisa di sekitar pusat gempa segera habis hingga kondisi menjadi anam dan normal kembali," ucap dia.
Advertisement