Menari Bersama Suku Kamoro Papua di Bandara Soetta

Penghuni Suku Kamoro asal Kabupaten Mimika, Papua, ternyata bisa dijumpai di Tangerang.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 29 Agu 2018, 06:06 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2018, 06:06 WIB
Satu keluarga turis asing terlihat foto bersama dengan Suku Kamoro, Papua di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Penghuni Suku Kamoro asal Kabupaten Mimika, Papua, ternyata bisa dijumpai di Tangerang.

Liputan6.com, Tangerang - Warga Suku Kamoro asal Kabupaten Mimika, Papua, ternyata bisa dijumpai di Tangerang, Banten. Ya, mereka datang, menyapa, menari, juga memamerkan hasil anyaman para mama dan pahatan karya tangan para bapak di kampung untuk dibeli sebagai buah tangan asli tanah Marauke.

Tepatnya di titik keberangkatan internasional Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Kota Tangerang, kita bisa menjumpai sekitar 7 orang asli Suku Kamoro. Tentunya dengan pakaian adat khas tanah kelahiran mereka.

Jangan harap bisa melihat mereka berpakaian, para bapak Suku Kamoro ini tampil gagah hanya dengan mengenakan tapena, rumbai-rumbai yang menutupi bagian bawah hingga lutut mereka. Wajah hingga seluruh badan dihias dengan tinta putih, seperti kesatria yang menutupi kepala mereka.

Tentunya, tampilan mereka ini membuat daya tarik bagi siapa saja yang melihat. Terlebih para turis asing yang hendak pulang ke negaranya, pasti menyempatkan dulu mampir ke both yang menampilkan karya seni Suku Kamoro.

Diawali dengan nyanyian, lalu tarian. Awalnya tarian roh, Ketua Yayasan Maramowe Weiku, Herman Kiripi menjelaskan, tarian roh ini bila di Mimika ditampikan disetiap pesta, sejenis inisiasi. "Penuh dengan filosofi dan sejarah Kamoro di jaman dulu, dulu mereka yang bercerai-berai, kini bersatu," kata Herman sekilas menjelaskan.

Lalu, tifa dipukul berkali-kali. Ternyata bila di sana, tifa digunakan untuk alat komunikasi mengumpulkan semua masyarakat Suku Kamoro. Di Terminal 3, mereka menggunakannya untuk mengiringi tarian. Kali ini yang dibawakan adalah Tarian Pergaulan.

Siapa saja yang diajak menari, sekalipun dia turis asing, wajib hukumnya untuk ke tengah area, ikut menari di lingkaran yang dibentuk para bapak Suku Kamoro. "Cukup mudah, ikuti gerakan tifanya, lari kecil-kecil, berputar, dan menarilah," kata Herman.

Tarian ini pun membuat turis dan pengunjung di Terminal 3 sangat antusias. Semakin banyak yang ikut menari, semakin besar lingkaran yang dibuat. Turis asing dan wisatawan lokal turut bersuka cita, menari bersama dalam alunan tifa yang dipukul bapak Suku Kamoro.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Swafoto

Satu keluarga turis asing terlihat foto bersama dengan Suku Kamoro, Papua di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Penghuni Suku Kamoro asal Kabupaten Mimika, Papua, ternyata bisa dijumpai di Tangerang.

Tidak puas menari, para pengunjung yang hadir langsung menodong para bapak ini untuk ber-swafoto. Seperti yang dilakukan keluarga David asal Inggris, yang akan pulang ke negara asalnya itu, mengaku beruntung melihat salah satu suku asli asal Papua di bandara.

"Ini kejutan. Saya hanya melihat ini di buku atau mengakses internet. Makanya, tadi saya langsung menyuruh anak sulung saya ikut menari, biar saya abadikan dan pamerkan ke kakek neneknya," kata David dalam bahasa Inggris.

Menurutnya, Indonesi memang negara yang kaya budaya, maka sangat beruntung menemukan di antaranya di bandara. Terlebih dia bisa membeli hasil kerajinan anyaman dan pahatan asli dari Kamoro.

"Saya beli tasnya, beli dua sama istri. Kalau pakai di Inggris, ini pasti memancing perhatian. Saya suka," ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya