Warga Palu Ini Menunggu Keajaiban dari Tuhan di Posko Lion Air Jatuh

Bagai merasakan kembali gempa Palu yang menyebabkan tsunami beberapa waktu lalu, pikiran Hastuti (53) kosong saat mendengar kabar soal pesawat Lion Air jatuh yang ditumpangi putrinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2018, 16:46 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 16:46 WIB
SAR Gabungan Kembali Temukam Serpihan dan Korban Lion Air JT 610
Petugas menurunkan sejumlah barang temuan yang diduga milik penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan JICT 2, Jakarta, Selasa (30/10). Sejumlah barang ditemukan petugas gabungan dalam operasi pencarian. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Badannya lemas ketika mendengar kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Bagai merasakan kembali gempa Palu yang menyebabkan tsunami beberapa waktu lalu, pikiran Hastuti (53) kosong.

Sang buah hati, merupakan salah satu penumpang di pesawat dengan rute penerbangan Cengkareng-Pangkal Pinang itu.

Kenyataan ini juga yang membawanya ke Posko Basarnas, Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Jakarta Utara, Rabu (31/10/2018). Dia berusaha mencari keberadaan Nurul Rezkianti (22), putrinya.

Tidak ada firasat buruk saat putrinya mengatakan akan terbang ke Bangka Belitung menggunakan Lion Air. Terlebih, Rezki pergi ke Bangka Belitung karena akan melancong.

Alumnus UMN Malang itu memang senang dengan dunia pariwisata. Tak heran, dia memutuskan untuk bekerja di bidang yang sama di Ambon.

"Cita-citanya tinggi sekali. Dia pengen membangun Indonesia. Dia dipanggil AIESEC ke luar (negeri) tapi dia bilang Indonesia dulu. Dia maunya Indonesia dikenal dunia dulu pariwisatanya," tutur Hastuti mengenang putrinya.

Oleh karena itu, meski tim SAR gabungan memprediksi tak ada korban yang selamat dalam kecelakaan Lion Air ini, dia tetap menggantungkan harapannya. Dia berdoa sang buah hati selamat dari kecelakaan maut tersebut dan kembali ke Palu. Dia memohon keajaiban dari Yang Maha Kuasa.

"Tapi kalau Allah menghendaki lain saya akan terima. Sebelum ada keputusan terakhir saya masih berharap dia masih dapat pertolongan yang kuasa. Karena kemarin saya belajar dari peristiwa (tsunami, red) di Palu. Alhamdulillah nggak ada yang kena," kata Hastuti.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Guyon Terakhir

SAR Gabungan Kembali Temukam Serpihan dan Korban Lion Air JT 610
Petugas merapikan sejumlah barang temuan yang diduga serpihan pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan JICT 2, Jakarta, Selasa (30/10). Sejumlah barang ditemukan petugas gabungan dalam operasi pencarian. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Belum sembuh dari trauma gempa dan tsunami Palu, kini Hastuti harus bersabar menunggu kabar soal putri tercintanya. Dia tak menyangka, telepon pada Minggu 28 Oktober 2018 malam merupakan momen terakhirnya bercengkerama dengan Rezki.

"Dia cuman bilang, 'Bu saya mau ke Bangka,' sambil ngomong sambil cerita ketawa-ketawa. Dia sama temennya dari Palu," kata Hastuti di JICT.

Perbincangannya dengan Rezki malam itu berakhir lebih cepat karena sudah malam dan putrinya ingin makan.

"Terus dia (Rezki) bilang saya makan dulu ya, sebentar saya telpon lagi. Cuman malam itu karena Palu kan lagi ini setelah peristiwa kemarin (gempa dan tsunami, red), jadi jam setengah 9 sudah pada tidur," sambung Hastuti.

Terakhir, Hastuti melihat Rezki lewat foto. Perempuan kelahiran Palu itu berfoto dengan mengenakan baju putih dan blazer hitam.

Rezki adalah putri dari Ir. Hasanudin MT, dosen Unisma, Palu. Dia punya saudara kandung bernama Nur Fadillah dan dan Falid. Nomor manifest Rezki adalah 127 dari daftar nama penumpang kecelakaan Lion Air JT 610.

KTP, STNK dan Kartu Mahasiswa Rezki sudah dikantongi oleh tim DVI RS Polri Kramat Jati. Rezki sendiri memiliki tanda lahir tahi lalat di dekat sekat suntikan imunisasi.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya