Liputan6.com, Jakarta - Suasana kemeriahan pertunjukan drama kolosal Surabaya Membara di Hari Pahlawan mendadak panik hingga berujung malapetaka. Saat kereta api melintas di jembatan atau viaduk, belasan penonton pertunjukan terjatuh dari ketinggian 6 meter.
Tercatat ada belasan orang terluka dan tiga orang meninggal dunia akibat insiden tersebut.
Wali Kota Surabaya langsung angkat bicara. Tri Rismaharini menegaskan, acara tersebut tidak mengantongi izin dari Pemkot.
Advertisement
"Jadi tidak ada surat pemberitahuan dan surat izin. Saya jangan ditanya itu, karena saya tidak tahu, tanya saja sama panitia," kata Tri Rismaharini.
Belakangan pernyataan Wali Kota Risma dibantah oleh pihak panita Surabaya Membara. Mereka mengaku telah mendapat izin dari pihak kepolisian untuk menyelenggarakan acara di dekat Tugu Pahlawan Surabaya.
"Pemberitahuan dan izin sekaligus permintaan personel sudah kami laporkan kepada kepolisian," ujar Ketua Panitia Taufik Hidayat.
Sementara itu, tiga korban meninggal akibat terjatuh dan tertabrak kereta di jembatan telah dimakamkan. Mereka adalah Erikawati (9), Helmi Suryawijaya (16), dan Bagus Ananda (17).
Kepergian ketiganya meninggalkan duka bagi para orangtua korban. Berikut curahan hati keluarga korban insiden Surabaya Membara:Â
1. Terlepas dari Genggaman Sang Ibu
Sahluki adalah ayah dari bocah perempuan bernama Erikawati yang jatuh dari atas viaduk. Erika begitu bisa dipanggil, terlepas dari genggaman ibunya saat tubuhnya kecilnya terdorong oleh kerumunan orang yang panik sat kereta melintas, Jumat malam, 9 November 2018.
"Di tengah kerumunan orang yang panik, putri saya terlepas dari genggaman ibunya," kenang Sahluki.
Sahluki menjadi saksi saat kedua orang yang sangat dicintainya terjatuh dari ketinggian 6 meter. Liana sang istri terluka, sementara Erika putri kecilnya meninggal dunia.
"Istri saya sekarang dirawat di Rumah Sakit Primasatya Husada Citra (PHC) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, karena ada bagian tulang di tubuhnya yang patah," ujar Sahluki seperti dilansir Antara.
Advertisement
2. Pamit Menonton Surabaya Membara
Sebelum teridentifikasi atas nama Helmi Surowijaya (16), warga Jalan Karang Tembok, Surabaya, polisi memberi nama jasad tersebut Mr X karena tak memiliki identitas.
Saat ditemukan tubuh Helmi sudah tak utuh lagi. Ketika melihat jenazah Mr X, hati Harijanto runtuh. Dia tak menyangka, Mr X adalah anaknya sendiri.
Menurut Harijanto ayah korban, putra ketiganya itu sempat meminta izin untuk menonton pertunjukkan Surabaya Membara di Tugu Pahlawan selepas magrib.
"Ini baru pertama kalinya anak saya nonton drama kolosal Surabaya Membara di Tugu Pahlawan. Dia nonton sendirian," ucapnya dengan nada lirih.
3. Mimpi Buruk 5 Hari Sebelum Kejadian
Korban meninggal dunia lain dalam insiden Surabaya Membara adalah Bagus Ananda, warga Jalan Ikan Gurami, Surabaya.
Sabtu pagi, 10 November 2018, jasad Bagus tiba di rumah duka. Tangis histeris keluarga mengiringi saat jasad remaja 17 tahun itu masuk ke dalam rumah.
Sumari ayah korban menuturkan, hari itu merupakan kali pertama anaknya menonton acara drama kolosal Surabaya Membara untuk memperingati Hari Pahlawan.
Dia sempat melarang karena melihat lokasi pasti ramai dan kondisi sang putra yang belum pulih saat itu akibat pernah terjatuh dari motor. Namun, dia Bagus tetap memilih pergi.
Bagi Sumari, anak bungsu dari lima bersaudara ini adalah putra yang paling disayang. Dia kerap berpindah-pindah sekolah demi menemani ayahnya bekerja.
5 hari sebelum kejadian, dia mengaku sempat bermimpi buruk. Namun, Sumari tak menyangka jika firasat itu menimpa anak kesayangannya.
"Saya bermimpi celana dalam saya dicuri orang, orang itu lalu lari, ketika saya teriaki maling, orang itu malah meringis (Tersenyum meremehkan), itu firasat saya tidak enak," kenang Sumari.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Advertisement