Liputan6.com, Jakarta - Fenomena rumah tidak kunjung selesai dibangun, bongkar pasang desain kamar, dan munculnya aneka pikiran negatif, seringkali dikaitkan dengan hal mistis. Tradisi lokal seperti "bunger" atau memindahkan jin sebelum membangun rumah masih dipercaya sebagian masyarakat sebagai solusi.
Dalam banyak kasus, warga merasa pembangunan rumah terganggu akibat kehadiran makhluk halus yang diyakini menempati lahan tersebut sebelumnya. Mereka pun menjalani ritual tertentu seperti membaca wirid, Ratu Bil Haddad, hingga menyiram air beras sebagai bentuk pembersihan.
Namun, benarkah tradisi ini memiliki dasar yang dibenarkan dalam agama? Atau sekadar warisan kebiasaan turun-temurun yang justru menjebak seseorang pada pola pikir mistis yang menyesatkan?
Advertisement
Pengasuh Ponpes Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya memberikan penjelasan tegas terkait hal tersebut. Dalam pandangannya, semua keyakinan mengenai perpindahan jin dari tanah sebelum membangun rumah perlu ditinjau secara ilmiah dan syar’i.
Buya Yahya menyatakan, kalau seseorang terus membongkar-bongkar bangunan rumah karena tak kunjung puas, itu bukan karena jin, itu karena tidak ada perencanaan. Ia menekankan pentingnya gambar desain sebelum memulai pembangunan rumah.
Penjelasan Buya Yahya tersebut dirangkum dalam salah satu video kajian yang dikutip dari kanal YouTube @albahjah-tv. Dalam video tersebut, Buya Yahya memberikan jawaban atas pertanyaan jemaah mengenai hukum tradisi pemindahan jin di rumah yang hendak dibangun.
Buya menyebut bahwa jin memang ada, namun memiliki alam tersendiri yang berbeda dari manusia. "Jin punya dunia sendiri. Tidak mungkin rumah kita ganggu mereka atau mereka ganggu kita, karena berbeda alam," ujar Buya dalam kajian tersebut.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Pakai Bacaan Surah Ini Saja
Ia mengingatkan agar umat Islam tidak mudah mempercayai hal-hal gaib tanpa dasar syariat. Buya bahkan menyindir mereka yang percaya jin bisa dimasukkan ke dalam botol atau dipindahkan ke tempat lain.
"Nabi tidak pernah mengajarkan untuk memindahkan jin dari rumah. Kalau mau masuk rumah, cukup baca surat Al-Baqarah. Itu tuntunan dari Rasulullah," katanya menegaskan.
Lebih jauh, Buya Yahya mengatakan bahwa rumah yang akan dihuni sebaiknya diisi dengan kebaikan sejak awal. Ia menyarankan untuk membaca Al-Qur’an dan memperbanyak dzikir saat mulai menempati rumah baru.
"Kalau rumah diisi dengan bacaan Al-Baqarah, maka setan tidak akan betah di dalamnya. Itu sudah cukup sebagai perlindungan," ujar Buya lagi.
Buya menekankan pentingnya menjadikan rumah sebagai tempat ibadah dan menjauhkan dari maksiat. Rumah yang didirikan dengan niat baik, dihuni dengan aktivitas ibadah, akan menjadi tempat penuh berkah.
Ia juga menyayangkan banyaknya tradisi syukuran rumah yang justru diisi dengan kemaksiatan. "Ada syukuran rumah, tapi malah buka aurat, joget-joget. Itu bukan cara Islam mensyukuri nikmat," kritiknya.
Advertisement
Bagaimana dengan Disiram Air Beras?
Bagi yang ingin rumahnya tenang dan berkah, Buya menyarankan memperbanyak tahajud, sholat Dhuha, membaca Qur’an, serta menjadikan rumah sebagai pusat aktivitas kebaikan.
Jika ada ustadz yang menyarankan penyiraman air beras untuk mengusir jin, Buya meminta agar dipilah secara rasional. "Kalau untuk menyuburkan tanaman, siram air beras boleh. Tapi kalau buat usir jin, itu bukan tuntunan nabi," jelasnya.
Dalam tradisi lokal, penggunaan air beras dipercaya bisa mengusir jin karena keberadaan makhluk gaib tersebut dianggap takut pada kesucian. Namun menurut Buya Yahya, ini hanyalah mitos tanpa dasar agama.
Sebaliknya, Buya Yahya mengajak masyarakat untuk bersandar penuh kepada syariat dan meninggalkan amalan-amalan yang tidak diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai penutup, Buya mengingatkan, "Kalau ingin rumah diberkahi, pastikan dari awal dibangun dengan niat yang baik dan isi dengan kebaikan. Jangan terjebak kepercayaan aneh-aneh yang malah membawa pada syirik."
Dengan demikian, tradisi memindahkan jin dari rumah secara khusus tidak dikenal dalam ajaran Islam. Yang diajarkan adalah menjaga lingkungan rumah dari maksiat dan memperbanyak ibadah agar terhindar dari gangguan setan.
Penjelasan ini menjadi penting bagi umat Islam agar tidak terjebak dalam praktik-praktik mistis yang tidak bersumber dari dalil syar’i.
Jin memang ada, namun bukan untuk ditakuti atau dijadikan kambing hitam atas segala kesulitan hidup. Sebaliknya, setiap Muslim dituntut untuk berikhtiar, merencanakan, dan menyerahkan hasil kepada Allah.
Dengan ilmu dan iman, rumah bisa menjadi tempat yang menenangkan jiwa, bukan tempat yang diselimuti ketakutan. Islam memberikan solusi yang jelas dan rasional untuk setiap masalah, termasuk soal hunian.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
