Badan Geologi: Seismograf Sempat Rusak Sebelum Tsunami Selat Sunda

Menurut dia, seismograf rusak yang berada di pos pemantauan Pulau Anak Krakatau.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 25 Des 2018, 15:28 WIB
Diterbitkan 25 Des 2018, 15:28 WIB
Pasca Tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga
Petugas pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui alat seismograf di Pos Pengamatan di Cinangka, Banten, Selasa (25/12). Dari pantauan tersebut anak krakatau berstatus siaga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Kristianto menyebut salah satu seismograf atau alat pengukur gempa yang memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau sempat rusak. Rusaknya alat itu tak lama sebelum tsunami Selat Sunda melanda.

"Itu kejadiannya pada pukul 9.03 WIB alat rusak. Makanya tidak terpantau (aktivitas Gunung Anak Krakatau)," ujar dia di Kantor Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Banten, Selasa (25/12/2018).

Menurut dia, seismograf rusak yang berada di pos pemantauan Pulau Anak Krakatau. "Sementara pemantauan seismograf, kita masih beruntung, kita masih dapat di Pulau Sertung," kata dia.

Selain di Pulau Sertung, aktivitas Gunung Anak Krakatau juga dipantau dari pos pemantauan Cinangka. Pantauan hanya bisa dilihat dari seismograf, tak bisa memantau langsung Gunung Anak Krakatau lantaran cuaca buruk.

"Jadi kita dapat melihat aktivitasnya masih tinggi. Terlihat dari amplitudo sampai lebih dari 40 milimeter. Simpangan dari seismografnya, memang aktivitas di sana masih tinggi. Kemungkinan di sana masih ada aktivitas lontaran material, aliran larva, dan awan panas pun masih terjadi di Pulau Anak Krakatau. Ketinggian abu vulkanik susah melihatnya karena cuaca," jelas dia.

 

Korban Meninggal 429 Orang

(Foto: Dok PLN)
Kondisi jalan usai tsunami anyer (Foto: Dok PLN)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan, korban meninggal akibat tsunami di Selat Sunda terus bertambah. Data terbaru pada Selasa (25/12/2018) pukul 13.00 WIB menyatakan, korban meninggal berjumlah 429 orang.

"429 orang meninggal, 1.485 luka-luka, 154 hilang," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Selasa.

Sementara, 16.082 orang mengungsi akibat tsunami. Korban meninggal terdapat di wilayah Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.

Sutopo menyatakan, dari data terbaru akibat tsunami disebutkan 882 unit rumah rusak, 73 penginapan rusak, 60 warung rusak, 434 perahu dan kapal rusak, 24 kendaraan roda empat rusak, 41 kendaraan roda 2 rusak, 1 dermaga rusak, dan 1 shelter rusak.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya