Bertemu Delegasi Nigeria, Kemendikbud Beber Pendidikan di Indonesia

Hamid menganggap bahwa yang tidak masuk ke SMP atau SMA bukan berarti mereka sama sekali tidak sekolah.

oleh Yopi Makdori diperbarui 25 Mar 2019, 19:26 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2019, 19:26 WIB
UNBK SMK 2019
Sejumlah siswa kelas XII mengerjakan soal Bahasa Indonesia saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMKN 50 Jakarta, Senin (25/3). Kemendikbud mengatur UNBK tingkat SMK dilaksanakan serentak dalam empat hari mulai 25 sampai 28 Maret 2019. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad mengatakan bahwa angka drop out atau putus sekolah angkanya semakin menurun. Hal itu ia sampaikan usai menghadiri pertemuan dengan para delegasi dari Nigeria yang membahas mengenai sistem pendidikan dasar dan menengah antara kedua negara.

"Ya itu masih banyak ya. Walaupun di SD ke SMP kan sudah berkurang banyak dibandingkan beberapa tahun sebelumnya," kata Hamid di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2019).

Tatkala ditanya mengenai angka pastinya, Hamid mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu paham terkait hal itu.

"Nggak terlalu paham itu, ada itu di bahan presentasi saya. Tapi nggak sebanyak yang dulu, kalau dulu memang cukup banyak," jelas Hamid.

Menurut bahan presentasi yang dimaksud Hamid, angka partisipasi murni (APM) atau net enrollment ratio, yakni proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut, di Indonesia pada periode tahun 2017/2018 masing-masing sebagai berikut: 1. SD (93,0 persen); 2. SMP (77,0 persen); 3. SMA (63,7 persen).

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa loncatan tertinggi berada di jenjang SD ke SMP yang awalnya 93 persen tatkalah berganti ke jenjang yang selanjutnya (SMP) angka partisipasinya menjadi 77 persen.

Kendati begitu, Hamid menganggap bahwa yang tidak masuk ke SMP atau SMA bukan berarti mereka sama sekali tidak sekolah. Ia melihat bahwa masih ada kemungkinan anak-anak tersebut melanjutkan ke pondok pesantren atau home schooling.

"Walaupun ini tidak masuk ke sekolah kita belum tentu mereka enggak sekolah. Bisa jadi mereka home schooling, (atau) paket A, B, C. Bisa jadi ke pondok pesanteren," kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah itu.

Hamid sendiri tidak mengetahui secara pasti kemana anak-anak tersebut pasca-keluar dari jenjang pendidikan sebelumnya. Namun ia melihat bahwa mereka banyak yang melanjutkan ke MTS/MA, sedangkan MTS/MA sendiri di bawah naungan Kementerian Agama bukan Kemendikbud.

"Kita tidak tahu ya. Itu hal-hal yang kita lihat. Kalau lihat data kan SMP itu menurun, itu sebenarnya tidak menurun karena banyak anak-anak peserta didik kita yang melanjutkan ke MTS. Kan (angka) di MTS-nya naik, SMP-nya menurun. Tetapi secara nasional itu naik," tandas Hamid.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya