Mengenang Jet Tempur Hibah yang Berujung Musibah

Jet tempur F-16 yang merupakan hibah dari AS berakhir musibah. Pesawat itu ludes terbakar saat akan lepas landas pada empat tahun lalu.

oleh Muhammad Ali diperbarui 16 Apr 2019, 07:31 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 07:31 WIB
Penampakan Pesawat F-16 yang Terbakar di Halim
Pesawat tempur F-16 milik TNI AU gagal take off di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Kamis (16/4/2015). Insiden ini mengakibatkan pesawat dengan nomor ekor TS-1643 tersebut terbakar. (twitter.com/eldayato)

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara (TNI AU) jenis F-16 bersiap-siap untuk lepas landas dari landasan pacu 06 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis 16 April 2015 pukul 08.10 WIB. Jet tempur itu akan menyusul tiga pesawat serupa di langit Jakarta untuk menjalani serangkaian latihan pengamanan udara jelang Konferensi Asia-Afrika.

Dalam sejarah hari ini (Sahrini) Liputan6.com, setelah memacu kecepatan tertentu untuk bisa terbang, pilot Letnan Kolonel Firman Dwi Cahyano mengetahui ada yang tidak beres di pesawat bernomor ekor TS-1643. Dia melihat Lampu indikator malfungsi menyala.

"Lampu indikator hidrolik dan elektrik yang menyala," ujar Marsekal Agus Supriatna, yang kala itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara.

Lampu itu menyala diduga adanya kerusakan sistem. Sang pilot yang telah memiliki 2 ribu jam terbang gunakan jet tempur F-16 Fighting Falcon itu langsung merespons kilat. Dia mengerem dan 'banting setir' pesawat untuk menghindari benturan di pemukiman warga.

Imbasnya, pesawat tidak seimbang dan bergesekan dengan aspal landasan pacu. Percikan api pun muncul akibat dari gesekan roda dan aspal pembatas, terlebih tengki pesawat masih terisi penuh bahan bakar avtur.

"Pesawat masih full bahan bakar, terjadi percikan api di engine, akhirnya terjadi kebakaran," kata dia.

Akibat insiden itu, pesawat mengalami kerusakan parah. Roda kiri copot dan seluruh bagian mesin terbakar.

Kendati begitu, keputusan Firman untuk gagal terbang diapresiasi Agus. Upaya itu dinilai sebagai langkah tepat saat situasi darurat untuk meminimalisir jumlah korban yang lebih besar.

"Saya menghargai pilot dengan action yang diambilnya itu. Tapi penerbang itu sendiri cepat keluar dari pesawat dan mengalami luka bakar di tangan dan sedikit di punduk," beber Agus.

Sang pilot segera dibawa di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. Esnawan Antariksa yang letaknya masih di kawasan Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Setelah mendapatkan perawatan, kondisi Komandan Skadron Udara 16 itu berangsur pulih.

"Alhamdulillah penanganan dokter yang cepat, pilot tersebut sehat," kata Agus.

 

Hibah dari AS Berujung Musibah

Penampakan Pesawat F-16 yang Terbakar di Halim
Petugas pemadam berhasil menjinakkan api di badan pesawat tempur F-16 yang gagal take off di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (16/4/2015). (twitter.com/argahantu)

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna mengungkapkan, pesawat yang terbakar itu merupakan pesawat hibah yang baru datang dari AS.

"Pesawat itu buatan tahun 1980-an," ungkap KSAU Marsekal Agus Supriatna di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (16/4/2015)

Dikutip dari laman tni-au.mil.id, jet hibah tersebut baru tiba di Indonesia pada Sabtu 27 September 2014 di Lanud Iswahjudi, Madiun. Jet F-16 TS-1643 itu tiba bersama dengan Jet F-16 lainnya dengan tail number TS-1641 yang diawaki penerbang dari Tucson Air National Guard.

Pesawat tempur yang termasuk terlaris di dunia itu pada awalnya diterbangkan dari Hill AFB Utah pada Senin 22 September 2014 dan melaksanakan rute sangat panjang melintasi Samudera Pasifik selama 6 jam dengan 5 kali air refueling menuju Hickham AFB Hawaii, markas besar dari US Pacific Air Forces.

Pada Rabu 24 September 2014, kedua pesawat F-16 C yang dikenal sebagai 'dragon', take off dari Hickham AFB dengan dikawal pesawat tanker KC-10 dan 8 jam kemudian pada pukul 14.55 siang waktu Guam mendarat di Andersen AFB.

Kedatangan kedua pesawat tempur ini merupakan bagian dari Proyek 'Peace Bima Sena II', yaitu pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID.

Atas kejadian ini, TNI AU pun memutuskan untuk tidak menerbangkan sisa pesawat F-16 yang ada. Kasus ini sudah disampaikan kepada sang pemberi hibah, Amerika Serikat.

"Untuk sementara waktu, yang ada di sini akan kita evaluasi. Kami pun sudah memberi berita kepada pihak Amerika Serikat," ujar Agus saat ditemui di DPR RI, Jumat 17 April 2015 lalu.

Agus mengakui beberapa pesawat yang dikirim negeri Paman Sam untuk TNI AU ada yang mengalami kerusakan. Namun dia memastikan kerusakan itu hanya retakan di bagian kanopi dan bukan pada bagian mesin.

"Memang ada retak tapi itu di bagian kanopi, bukan di mesin," kata Agus.

 

Pro Kontra Pesawat Hibah

Penampakan Pesawat F-16 yang Terbakar di Halim
Asap hitam tampak membumbung akibat terbakarnya pesawat F-16 milik TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (16/4/2015).(twitter.com/GerryS)

Proses hibah F-16 bekas dari Amerika ini sempat menuai pro dan kontra. Pada awalnya Pemerintah Indonesia ingin membeli 6 unit F-16 Block 52 baru dengan dana sekitar 430 juta dolar untuk melengkapi 10 unit pesawat tempur F-16 Block 15 OCU yang telah dimiliki sebelumnya.

Di tengah jalan, ada tawaran cukup menggiurkan di mana Amerika menawarkan hibah 24 unit airframe pesawat tempur F-16 block 25 bekas yang sudah tidak operasional dan sudah disimpan di AMARG (fasilitas penyimpanan pesawat tempur non aktif Amerika).

Hibah 24 unit F-16 Block 25 bekas plus 4 unit F-16 Block 25 dan 2 F-16 block 15 semuanya gratis. Namun, 24 unit F-16 ini harus di upgrade dari standard block 25 menjadi setara dengan F-16 block 32 dengan biaya upgrade yang sama dengan anggaran sebelumnya yaitu sekitar 430 juta dolar.

Namun belakangan, opsi upgrade yang sebelumnya hanya direncanakan untuk setara block 32 dinaikkan menjadi setara block 52 dengan kenaikan dana upgrade menjadi sekitar USD 700 juta. Keputusan finalnya menjadi hibah plus upgrade 24 unit F-16 setara Block 52. Jadi walaupun namanya hibah tetap saja dana yang dikeluarkan tak kecil.

Pihak AS mengklaim upgrade ini akan membuat pesawat buatan tahun 1980 tersebut tampil optimal lagi. Indonesia pun tergiur.

Sejumlah kalangan menilai untuk apa Indonesia melakukan upgrade semacam ini. Lebih baik membeli pesawat baru yang dirakit pabrik. Bukan pesawat tua yang direkondisi. Bagaimana pun juga namanya barang baru tentu lebih baik. Namun akhirnya keputusan tetap diambil, Indonesia tetap menerima hibah dan meng-upgrade pesawat F-16 eks US Coast Guard itu.

Dari 24 pesawat pesanan, baru tiga pesawat F-16 yang datang. Ketiganya mendarat di Madiun 26 Juli 2014 lalu. Jika dihitung baru 9 bulan pesawat ini bertugas di TNI AU. Namun pagi ini sudah terbakar hangus.

Berkaca dari kejadian hari ini, Kasau Marsekal Agus Supriatna akan mengkaji lebih cerdas sebelum menerima alutsista yang merupakan hibah dari negara asing.

"Ini pelajaran buat kita semua kalau mau beli pesawat lebih baik yang baru jangan hibah. Kami akan kaji, evaluasi, saya ini penerbang F-16 dan ini baru pertama kali," tegasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya