Gerakan Golput Dinilai Cerminan Sikap Apatis

Menurut Hafiz, jika angka golput cukup tinggi dalam kontestasi pemilu, maka legitimasi dari pemilu itu sendiri menjadi kurang berkualitas

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2019, 08:30 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 08:30 WIB
Simulasi Pemilu 2019
Warga menunjukkan contoh surat suara saat simulasi pemungutan dan pencoblosan surat suara Pemilu 2019 di Taman Suropati, Jakarta, Rabu (10/4). Simulasi pemungutan surat suara dilakukan untuk meminimalisir kesalahan dan kekurangan saat pencoblosan pemilu pada 17 April nanti (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Angka warga yang yang memilih untuk tidak memilih, alias golongan putih (Golput) diprediksi cukup tinggi di pilpres, April 2019 mendatang.

Dalam survei terbaru, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksi potensi golput di pemilu tahun ini bisa mencapai angka 30 persen.

Terkait prediksi tersebut, penggiat media sosial Hafyz Marshal mengatakan potensi golput memang menjadi kekhawatiran dalam setiap kontestasi pemilu baik dalam Pilkada maupun pemilu nasional.

"Golput merupakan masalah sekaligus musuh utama dalam pemilu. Bukan cuma karena masyarakat apatis, tapi sisa surat suara karena golput khawatir disalahgunakan,” ucap Hafyz dalam keterangan tertulisnya, Senin, 15 April 2019.

Menurut Hafiz, jika angka golput cukup tinggi dalam kontestasi pemilu, maka legitimasi dari pemilu itu sendiri menjadi kurang berkualitas dan selanjutnya dapat menjadi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk mempolitisasi hasil Pemilu.

"Golput bukanlah sebuah pilihan. Golput hadir dari rasa pesimistis dan apatisme sekelompok orang terhadap calon pemimpin dan kondisi lingkungan. Gerakan Golput ini juga tidaklah membawa perubahan yang baik bagi kondisi politik Indonesia,” ucap dia.

Menurut Hafiz, masyarakat harus berani menolak pada siapapun yang mengajak untuk tidak memilih. 

"Sikap Golput seolah-olah melihat tidak ada lagi jalan keluar dan memandang cuma mereka saja yang punya konsepsi ideal,” ucap dia.

Dalam kadar tertentu, golput merupakan sikap pengecut, tanda orang yang mengalah, dan merupakan pertanda orang yang sudah putus harapan. "Jadi mulai sekarang Ayo Aktif," ucap dia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 


Jangan Takut Memilih

Aksi Kopral Bagyo Tolak Golput
Kopral Besar Bagyo serukan kepada warga untuk anti golput pada Pilpres 2019.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Senada dengan ucapan Hafyz, Ketua Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) Rusdil Fikri mengingatkan agar publik tanah air turut serta, meramaikan dan memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak terbaik, dan sudah jelas kerjanya nyatanya.

"Kita masih butuh pemimpin yang track record baik, bersih, jujur dan tidak korupsi serta bekerja dengan keras dan baik serta tulus. Lalu yang terpenting sudah jelas kerja nyatanya untuk Indonesia," tutur dia.

Rusdil Fikri Juga berharap Pemilu 2019 pada 17 April nanti dapat berjalan damai, berkualitas dan bermartabat.

"Stop Ajakan Golput di Pilpres 2019, jangan takut memilih dan datang ke TPS untuk gunakan hak suaramu dengan jernih dan cerdas," tutup Ketua FPMSI Rusdil Fikri dalam keterangan persnya (15/4).

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya