Amanat PBNU untuk Jokowi dan Ma'ruf Amin

Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dalam hasil hitung cepat dari lembaga survei dan real count KPU yang masih berjalan, PBNU pun menitipkan pesan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Apr 2019, 18:54 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 18:54 WIB
Didampingi Ketum Parpol, Jokowi Jelaskan Hasil 12 Lembaga Survei
Capres dan Cawapres 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin memberi keterangan di Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (18/4). Dalam keterangannya Jokowi memaparkan hasil quick count 12 lembaga survei yang 100% sudah selesai, Jokowi-Amin memperoleh 54,55 % suara dan Prabowo-Sandi 45,5%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dalam hasil hitung cepat dari lembaga survei. Begitu juga dalam real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang masih berjalan.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pun menitipkan sesuatu kepada Jokowi dan Ma'ruf Amin. Pesan ini disebut bertajuk, Gagasan untuk Bangsa dari PBNU. Adapun itu langsung dibacakan oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di kantornya, Jakarta, Senin (22/4/2019).

Yang menarik, Said Aqil sempat mengingatkan soal adanya Menteri Urusan Pesantren. Hal ini sesuai dengan hasil Munas NU di Lombok 2017 silam.

Berikut isi lengkap dari Gagasan untuk Bangsa dari PBNU:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Amanat PBNU

Amanat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kepada Pasangan Ir. H. Joko Widodo dan Prof. DR. KH. Ma’ruf Amin

Bismillahirrahmanirrahim

Semoga Allah SWT merahmati dan melindungi kita semua serta keberkahan dan ketenteraman senantiasa terlimpahkan kepada bangsa Indonesia.

Nahdlatul Ulama sejak didirikan mengemban dua amanat yang senantiasa dipegang erat sampai saat ini. Amanat tersebut adalah amanat keagamaan (diniyyah), dan amanat Kebangsaan (wathaniyyah). Kedua amanat tersebut selalu menjadi landasan prinsip Nahdlatul Ulama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nahdlatul Ulama memandang diperlukan langkah strategis guna mengimplementasikan cita-cita membangun bangsa yang maju, bermartabat, serta berperadaban mulia. Oleh karenanya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengamanatkan kepada Ir. H. Joko Widodo dan Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin untuk:

Pertama, dalam bidang pendidikan mengutamakan pembangunan manusia yang menitikberatkan pada Pendidikan Karakter. Langkah ini bisa ditempuh dengan salah satunya memberi perhatian lebih kepada Pendidikan Pesantren. Sebagai basis tempat pertumbuhan Islam Moderat, Pesantren sampai saat ini masih belum mendapatkan tempat yang strategis di mata negara. Dengan jumlah yang mencapai puluhan ribu, pesantren hanya diurus oleh salah satu direktorat di bawah Kementerian Agama. Ke depan, harus ada upaya dan langkah lebih serius dan strategis untuk memperhatikan pesantren. Salah satu usulan hasil Munas Nahdlatul Ulama di Lombok tahun 2017 adalah diangkatnya Menteri urusan pesantren.

Langkah lain bisa ditempuh dengan cara melakukan revisi dan revitalisasi UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memungkinkan upaya peningkatan mutu guru tidak dihambat oleh UU Otonomi Daerah serta menindaklanjuti Perpres No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui kebijakan operasional dan anggaran di sekolah dan madrasah tanpa membeda-bedakan sekolah negeri dan swasta.

Kedua, mengarusutamakan pembangunan manusia berbasis pada nilai-nilai moderatisme. Langkah ini bisa ditempuh dengan jalan melihat kembali postur kurikulum dalam pendidikan, utamanya Pendidikan Keagamaan secara seksama dan cermat dengan menekankan peningkatan akhlakul karimah dengan menonjolkan keteladanan Nabi Muhammad SAW. Harus dipastikan tidak boleh ada konten yang anti-moderatisme dan menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam Aswaja.

Pelajaran berharga beberapa waktu lalu terkait dengan beberapa narasi sejarah yang diajarkan di sekolah dasar menengah yang sarat dengan kisah atau sejarah peperangan, bukan sejarah pembangunan peradaban umat manusia serta mengandung unsur yang cenderung mengaburkan sejarah dan bahkan mendiskreditkan Nahdlatul Ulama.

Ketiga, membangun perekonomian yang bukan saja menekankan pertumbuhan, namun lebih dari itu berbasis pemerataan. Gagasan redistribusi aset yang pernah direkomendasikan oleh Munas Nahdlatul Ulama di Lombok tahun 2017 dan telah dijalankan oleh Presiden Joko Widodo perlu lebih digenjot dan dimaksimalkan lagi. Langkah-langkah strategis untuk menurunkan angka kemiskinan harus dilakukan dengan kreatif dan inovatif.

Keempat, Mendorong percepatan implemetasi gagasan ekonomi keumatan dan ekonomi Islam. Sektor ekonomi keumatan dan ekonomi Islam menjadi penting untuk diperhatikan sebab melihat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak menjadi titik pijak mengapa kebijakan ini harus segera diimplementasikan.

Kelima, Membangun iklim berbangsa dan bernegara serta kehidupan politik yang lebih sejuk berasaskan pada nilia-nilai moderatisme. Segela bentuk pengingkaran terhadap dasar-dasar negara harus ditindak tegas. Pengalaman adanya kelompok yang ingin mengganti ideologi negara dan bentuk pemerintahan membuat pemerintah harus lebih berhati-hati dalam mengeluarkan izin pendirian organisasi massa dan segela bentuk perkumpulan lain yang memiliki potensi kearah sana.

Jakarta, 22 April 2019

والله الموفّق إلى أقوم الطّريقوالسّــــــــــــلام عليكم ورحمة الله وبركاته

KH. Mitachul AkhyarPj. Rais Aam

KH. Yahya C. StaqufKatib Aam

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MAKetua Umum

DR. Ir. H. A. Helmy Faishal ZainiSekretaris Jenderal

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya