Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif memiliki ritual khusus saat perayaan Idul Fitri. Syarif selalu menyempatkan diri kembali ke kampung halamannya di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
Syarif kini sudah tiba di Pulau Muna. Dia berangkat dari Jakarta menuju Makassar menggunakan pesawat udara pada Sabtu, 1 Juni 2019 kemarin. Dari Makassar kemudian dilanjutkan kembali melalui jalur udara menuju Pulau Muna.
Saat tiba di kediamannya di Pulau Muna, Syarif langsung menikmati indahnya Pantai Walengkabola. Kebetulan Pantai Walengkabola merupakan halaman rumahnya.
Advertisement
"Ini foto saya ambil dari depan rumah saya," ujar Syarif sambil mengirim foto suasana pantai lengkap dengan pohon kelapa kepada Liputan6.com, Senin 3 Juni 2019.Â
Laode M Syarif mengirim foto tersebut tak lain untuk memperlihatkan bahwa pantai dan birunya laut merupakan halaman rumahnya. Bahkan Saut juga sempat memiliki perahu kecil untuk dirinya bermain di sekitar laut Pulau Muna.
Berenang, merupakan salah satu ritual saat dirinya mudik ke Pulau Muna. Syarif terbiasa mengendarai perahu kecil hingga menjauh dari bibir pantai untuk kemudian "snorkling" kata dia.
Bahkan saat hari H Idul Fitri, Syarif menyempatkan diri berenang di pantai depan rumahnya.
"Kalau sudah tidak banyak tamu (saat Lebaran pertama), mandi-mandi dan berenang di depan rumah," kata Syarif sambil menyelipkan emote senyum.
Merasa pantai dan laut berada di halaman depan rumahnya, Syarif tak mau pantai dan laut itu dirusak. Syarif tak ragu menjaga wilayahnya dari tangan-tangan orang yang tak bertanggungjawab. Tak hanya menjaga pantai, ekosistem di laut pun ikut dia jaga.
"Itu perahu masyarakat desa, untuk menjaga pantai agar tidak ada yang bom ikan. Dulu saya punya perahu motor sendiri, tapi setelah ayah meninggal tidak ada yang rawat," kata Syarif.
Selain laut, Syarif juga mengaku senang berenang di telaga Moko Walengkabola. Telaga tersebut jernih, dengan air yang biru seperti laut.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Mau Dijadikan Tempat Wisata
Meski pantai dan telaga di daerahnya menggiurkan untuk dijadikan wisata, menurut Syarif, penduduk sekitar tak mau pantai dan telaga di daerahnya banyak dikenal dan dijadikan wisata.
Syarif dan penduduk sekitar enggan jika pantai dan telaga di daerahnya rusak akibat banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. "Makanya tidak dipasari. Alhamdulillah belum dikunjungi banyak turis. Kalau turis lokal banyak," kata dia.
Membicarakan Idul Fitri, tak lengkap rasanya jika tak membahas makanan. Syarif mengatakan jika hari lebaran, dirinya, keluarga, dan saudara-saudara sekitar kerap makan bersama.
Menu lebaran di daerahnya lapa-lapa, ayam kagule dan masih banyak lagi. Untuk camilan, kue tradisional masih menjadi favorit pria kelahiran Muna, 16 Juni 1965.
"Wajik, cucur, srikaya, pisang raja, dan berdoa bersama sebelum makan. Biasanya imam di masjid dekat rumah yang baca doa sebelum makan," kata Syarif.
Advertisement