Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka menyelimuti keluarga besar Majelis Ta'lim Sabilu Taubah. Sosok yang begitu dikenal dan dicintai di kalangan jemaah, yakni Mey atau Meydawati, telah meninggal dunia. Kepergian Mey pada Rabu, 1 April 2025 lalu, meninggalkan luka mendalam bagi para garangan, sebutan untuk jemaah Sabilu Taubah.
Mey bukanlah sosok asing dalam setiap pengajian Gus Iqdam. Perempuan yang dulunya hidup di jalanan sebagai pengamen ini, dikenal lewat perubahan hidupnya yang drastis. Ia menjadi simbol hijrah yang penuh hikmah, dari dunia gelap menuju cahaya dakwah.
Kabar Mey meninggal pertama kali tersebar melalui media sosial. Salah satu akun TikTok, @dewisari12140, mengunggah video kenangan dengan caption singkat penuh makna, “Al-Fatihah Mey.” Unggahan tersebut sontak mengundang ribuan simpati.
Advertisement
Setelah unggahan itu viral, berbagai komentar belasungkawa membanjiri kolom TikTok. Banyak warganet yang mengenal Mey, santri Gus Iqdam meski hanya lewat layar, merasa kehilangan sosok yang menginspirasi mereka untuk bertobat dan mendekat kepada Allah.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Mey, aku mengikuti terus videomu. Tiba-tiba ada kabar kamu sudah pergi. Husnul khotimah ya Mey,” tulis akun @pisces_girls dengan penuh emosi.
“Jalan yang indah Mey... dari jalanan ketemu Gus e, ngaji sama Gus e dan Ning Nila, lalu pulang menghadap-Nya. Semoga husnul khotimah Mey,” ujar akun @farah2147 yang turut merasa kehilangan.
“Meninggal dalam keadaan sudah suci, lebaran ke-2. Surga menantimu Mey,” tulis @fuad123, meyakini Mey pergi dalam keadaan terbaik, setelah meninggalkan kehidupan lamanya dan menjemput cahaya keimanan.
Beberapa warganet penasaran soal penyebab kepergian Mey. “Meninggalnya karena apa? Sakit ya?” tanya akun @jjdulu1210. Namun, dari informasi yang beredar di kalangan jemaah, diketahui bahwa Mey tidak wafat karena sakit.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Doa untuk Mey Dipimpin Gus Iqdam
Mey meninggal dunia secara mendadak. Kepergiannya yang mendadak itu membuat banyak orang merasa kehilangan, terlebih karena baru beberapa hari sebelumnya masih terlihat mengikuti pengajian.
Dalam banyak video pengajian, sosok Mey kerap tampil memberikan sepatah dua patah kata. Meski berlatar belakang keras, ia justru sering mengutarakan kalimat yang menyentuh dan menenangkan, yang kemudian viral di media sosial.
Hubungan antara Mey dan Gus Iqdam tak sebatas jemaah dan guru. Mey dikenal sangat dekat dengan keluarga ndalem, termasuk istri Gus Iqdam, Ning Nila, dan ibunda Gus Iqdam. Bahkan, Gus Iqdam pernah mengatakan hanya sedikit jemaah yang bisa masuk ke kamar rumahnya, dan Mey termasuk di antaranya.
Dalam beberapa momen, Gus Iqdam dan keluarga memberi Mey berbagai hadiah seperti kerudung, pakaian muslimah, hingga mukena. Hal ini mencerminkan betapa istimewanya posisi Mey di mata mereka, meski berasal dari latar belakang yang kelam.
Kedekatan inilah yang membuat Gus Iqdam tampak begitu terpukul saat menyampaikan berita duka tentang Mey. Dalam sebuah pengajian, ia berdiri dan mengajak seluruh jemaah untuk mengirim doa secara khusus untuk almarhumah Mey.
“Fatihah panjenengan sedoyo, kulo suwun. Damel salah satu jemaah Sabilu Taubah sing luar biasa. Tapi ya memang kehendak Allah. Kullu nafsin dza’iqatul maut,” ucap Gus Iqdam dengan suara lirih.
Ia melanjutkan, “Mey niki loh, jemaah griyone Blitar Kota. Dongakne husnul khotimah. Muga-muga sesuk iso dikumpulne teng surgone Allah Subhanahu wa Ta'ala lan panggih kaliyan Rasulullah SAW.”
Advertisement
Mey Ingin Meninggal di Pelukan Allah SWT
Doa terus mengalir, dan majelis terasa haru saat Gus Iqdam menyebut nama Mey dalam doa: “Khususan khosoh almarhumah Mey, Allahummaghfirlaha warhamha wa afiha wa'fuanha ” Lantunan tersebut menggema di seantero pengajian.
Yang paling menggetarkan adalah ketika sebuah video pengajian lama kembali viral, memperlihatkan Mey saat diminta berbicara oleh Gus Iqdam. Dengan polos namun khidmat, ia berdoa, “Ya Allah, aku ingin mati dalam pelukan-Mu.”
Kalimat itu menjadi semacam pertanda. Bahkan, ia menerjemahkannya dalam bahasa Inggris, “Oh my God, I want to die in Your arms,” yang saat itu disambut tawa oleh jemaah, termasuk Gus Iqdam sendiri.
Kini, kalimat itu menjadi nyata. Mey telah pergi, mungkin benar-benar dalam pelukan kasih Allah. Ia telah kembali ke hadirat-Nya, meninggalkan dunia fana dengan kenangan dan inspirasi yang tak akan pernah hilang.
Kepergian Mey bukan sekadar kehilangan bagi satu majelis, tapi juga menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa hidayah itu nyata, dan kematian yang indah bisa menjadi akhir bagi siapa pun yang mau kembali kepada-Nya. Al-Fatihah untuk Mey.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
