Liputan6.com, Sikka - Dari 191 warga binaan di Rutan Kelas II B Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, ada seorang pria lanjut usia (lansia) berumur 89 tahun. Dia adalah WA, warga Kecamatan Alok Timur.
WA merupakan residivis kasus pencabulan anak di bawah umur. Sadisnya, WA sudah dua kali mendekam di Rutan Maumere dengan kasus yang sama.
Advertisement
Baca Juga
"Kasus pertama saat WA umur 60-an tahun, korbannya anak di bawah umur," ujar Kepala Rutan Klas IIB Maumere, Wachid Kurniawan Budi Santoso.
Bukannya jera, di awal tahun 2024, WA malah kembali berulah. Kali ini WA tega melecehkan cucunya sendiri. Atas laporan keluarga, WA akhirnya ditangkap polisi dan diproses hukum.
Setelah menjalani proses persidangan, majelis hakim pengadilan negeri Maumere menjatuhkan vonis 10 tahun penjara terhadap WA.
"Dia baru menjalani hukuman 1 tahun. Hitung-hitung, bebas nanti umur 99 tahun," katanya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Rutan Overcapacity, Didominasi Kasus Pencabulan
Saat ini Rutan Klas II B Maumere mengalami masalah serius terkait kelebihan kapasitas atau overcapacity. Jumlah hunian yang harusnya hanya 75 orang, kini meningkat hingga 192 orang. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan kualitas hidup warga binaan dan potensi gangguan keamanan. "Idealnya 75 orang tapi sekarang over kapasitas hingga 192 orang warga binaan," ujar Wachid.
"Untuk warga binaan perempuan juga harusnya hanya empat orang, tapi sekarang ada 14 orang," tambahnya. Ia mengatakan 192 warga binaan itu didominasi kasus pencabulan yang mencapai 83 orang.
"Paling banyak kasus pencabulan. Untuk napi anak ada dua orang, perempuan 14 orang dan yang menjalankan asimilasi sebanyak 14 orang," katanya. Untuk mengatasi over kapasitas, rencananya sebagian warga binaan akan dipindahkan ke Rutan Ende. "Harusnya dipindahkan ke Rutan Ende tapi saat ini belum bisa karena efisiensi anggaran," tandasnya.
Terdampak Efisiensi Anggaran
Wachid mengungkapkan, Rutan Maumere juga terdampak anggaran hingga Rp 1,4 miliar. Meski demikian, kebijakan efisiensi anggaran itu tak berdampak pada biaya makan warga binaan.
"Terdampak efisiensi, tapi tidak untuk biaya makan warga binaan," katanya.
Pasca kebijakan itu, pihak Rutan pun harus melakukan skema penghematan. Salah satunya adalah hemat listrik.
"Kita memang harus hemat, terutama listrik, karena Rutan punya warga binaan 191 orang," pungkasnya.
Advertisement
