Beragam Kemudahan Baru Bagi Pengguna Transjakarta

Pengguna Transjakarta mendapatkan potongan harga sebesar 30 persen lebih murah dibanding kartu e-tiket lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2019, 06:43 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 06:43 WIB
20161201-Trans-Jakarta-IA1
Suasana saat antrian Bus Trans-Jakarta bersiap untuk mengangkut penumpang di Halte Harmoni, Jakarta, Kamis (1/12). Menurut Budi, saat aksi massa terjadi, Transjakarta akan berupaya melakukan pengalihan jaringan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memberikan sejumlah kemudahan baru bagi warga Ibu Kota yang menggunakan moda transportasi Transjakarta . Salah satunya adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang kini telah menjadi salah satu pilihan favorit bagi sebagian masyarakat Jakarta.  

Telah ada sejak 2004 lalu, moda transportasi ini juga menyediakan rute lain selain rute utama, yaitu bus pengumpan Transjakarta dengan melalui rute daerah sekitar maupun di dalam kota. 

Sampai saat ini alasan dipilihnya Transjakarta sebagai sarana transportasi pilihan masyarakat dikarenakan tarifnya yang cukup terjangkau yaitu 3.500 untuk semua rute dengan syarat satu kali tap in dan tap out.

Sebelumnya Transjakarta telah mengeluarkan program kartu yang bernama OK Otrip yang kemudian pada Desember 2018 telah mengganti nama menjadi Jak-Lingko.

Keuntungan bagi sahabat TiJe, sapaan untuk masyarakat yang menggunakan Transjakarta, dengan menggunakan kartu Jak-Lingko adalah perbedaan tarif yang 30 persen lebih murah dibandingkan menggunakan kartu e-tiket lainnya.

Bagi pengguna Jak-Lingko akan dikenakan tarif tap-in kedua sebesar 1.500 dalam jangka waktu 2 jam setelah tap-in pertama kali. Sedangkan untuk pengguna dengan kartu e-tiket lainnya dikenakan tarif reguler yaitu tetap 3.500.

Kemudian dalam jangka waktu satu jam berikutnya jika pengguna Jak-Lingko akan tap-in yang ketiga kalinya akan dikenakan tarif Rp 1.000. Keuntungan tersebut tidak dapat dinikmati pengguna kartu e-tiket lainnya.

Kemudahan ini dapat dirasakan pengguna kartu Jak-Lingko di semua halte yang terdapat mesin tap on bus. 

Jika sahabat TiJe tertarik untuk beralih menggunakan kartu Jak-Lingko, kartu Jak-Lingko dapat dibeli di setiap halte Transjakarta.

Apabila masyarakat yang sebelumnya sudah memiliki kartu free pas atau TJCard maka tarif ini juga berlaku bagi pemilik TJCard. Hanya saja kekurangan dari Jak-Lingko adalah one man one card, di mana kartu tersebut hanya digunakan untuk satu orang dan tidak dapat di pinjamkan kepada pengguna lainnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Transjakarta Sudah Terintegrasi MRT

Penumpang Transjakarta Meningkat Setelah MRT Beroperasi
Bus Transjakarta melintas di dekat halte MRT Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (12/6/2019). PT Transjakarta mencatat adanya peningkatan penumpang setelah Moda Raya Terpadu (MRT) beroperasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pengintegrasian Transjakarta dengan transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) dan Lintas Rel Terpadu (LRT) sangat membantu mencapai target satu juta penumpang per hari.

Sebelum dioperasikannya MRT, jumlah penumpang Transjkarta sekitar 700 ribu (per hari). Namun, setelah berintegrasi dengan MRT menjadi 800 ribu penumpang. 

Rute yang dimaksud adalah Stasiun dukuh atas yang kini terhubung dengan Halte Bundaran HI dan Halte Tosari, Stasiun MRT Sisingamangaraja dengan Halte CSW koridor 13 dan yang terakhir Halte Lebak Bulus koridor 8 yang terintegrasi dengan Stasiun MRT Lebak Bulus.

Angka Kemacetan di Jakarta Menurun

Penumpang Transjakarta Meningkat Setelah MRT Beroperasi
Penumpang turun dari bus Transjakarta di Kawasan Terintegrasi Transportasi Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (12/6/2019). PT Transjakarta mencatat adanya peningkatan penumpang setelah Moda Raya Terpadu (MRT) beroperasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Semenjak dibukanya MRT dan LRT membuat semakin banyak orang yang beralih menggunakan Transjakarta. Hal ini tak bisa dipungkiri karena dengan keberadaan moda transportasi ini, waktu tempuh bisa diturunkan pada jam-jam sibuk kerja. 

Kondisi ini juga membuat angka kemacetan di Jakarta menurun karena banyak warga yang lebih memilh menggunakan MRT dibanding kendaraan pribadi.

Seperti dilansir dari laman resmi TomTom Traffic Index, Senin (17/6/2019) yang mengungkap tingkat kemacetan di Jakarta mengalami penurunan yang cukup besar hingga 8 persen. 

Angka ini menunjukkan posisi Jakarta yang awalnya berada pada peringkat keempat kini peringkat ketujuh kota termacet di dunia.

Pada 2017 angka kemacetan Jakarta mencapai 61 persen dan kini turun menjadi 53 persen.

Dalam laman tersebut juga disebutkan tingkat kemacetan terparah di Jakarta mencapai 95 persen terjadi pada 15 Februari 2018. Sedangkan tingkat kemacetan terendah yakni hanya delapan persen terjadi pada 18 Februari 2018. 

Disebutkan pula bahwa kemacetan di Ibu Kota terjadi pada sore hingga malam hari dengan tingkat kemacetan 88 persen. Sedangkan pada pagi hari sebesar 63 persen. Selama jam sibuk, masyarakat membutuhkan waktu tambahan sekitar 26 menit di dalam mobil pada malam hari dan sekitar 19 menit pada pagi hari.

 

(Reporter: Nabila Bilqis)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya