Bina Kepribadian Tahanan Lewat Program Pesantren di Rutan Salemba

Rutan Klas 1 Salemba, Jakarta Pusat, rutin menggelar program pesantren bagi para tahanan setiap tahunnya.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 08 Jul 2019, 06:48 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 06:48 WIB
Napi Rutan Salemba Kabur
Pihak Rutan Salemba] baru mengetahui kaburnya Rizal saat mendata tahanan pada Kamis malam.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta-Rumah Tahanan (Rutan) Klas 1 Salemba, Jakarta Pusat, rutin menggelar program pesantren bagi para tahanan setiap tahunnya. Berbekal agenda pembinaan kepribadian itu, diharapkan para tahanan dapat kembali ke masyarakat dengan sikap yang lebih baik lagi.

Kepala Rutan Klas 1 Salemba Masjuno menyampaikan, program pesantren dengan nama Atthawabien itu digelar tiga kali per tahun dengan kurun waktu masing-masing tiga bulan.

"Salah satu program pembinaan kepribadian yang rutin kami laksanakan adalah program santri Pesantren Atthawabien, yang di antaranya mencakup program khatam Alquran bersama-sama," tutur Masjuno dalam keterangannya, Minggu (7/7/2019).

Saat ini, program tersebut akan meluluskan 68 santri yang telah mengkhatamkan Alquran. Mereka merupakan santri yang lulus dari 100 orang di angkatan ke 48 ini. Sementara ada 4.470 tahanan di rutan tersebut.

"Kami melalui Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) yang menyeleksi melihat bagaimana tingkat kemampuan dan kemauan calon santri," jelas dia.

Program tersebut telah berlangsung di Rutan Salemba selama 16 tahun. Selama itu, para tahanan yang nyantri menjalani pembinaan kerohanian dengan nuansa layaknya di pesantren.

Di setiap angkatan sendiri memang diseleksi sekitar 100 orang yang berminat menjadi santri. Seleksi dilakukan lantaran animo tahanan atas program tersebut terbilang tinggi.

"Kami fasilitasi. Kalau kami menemukan ada yang bahkan buta aksara Alquran tetapi menunjukkan minat dan kemauan yang besar, kami buatkan kelas khusus. Mungkin juga dengan melibatkan teman-teman mereka sesama warga binaan untuk mengajari," kata Masjuno.

Evaluasi selama 16 tahun ini, program tersebut memberikan dampak yang positif bagi para tahanan. Bahkan setiap santri yang telah dibebaskan, tidak pernah lagi ditemui masuk kembali ke jeruji besi alias menjadi residivis.

"Sampai saat ini tidak ada," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Buta Aksara Alquran

Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Budi Utami menambahkan, pembinaan sisi relijius para tahanan di Lapas dan Rutan juga terbilang penting.

"Kegiatan pembinaan keagamaan seperti itu harus kita apresiasi karena memungkinkan pembinaan yang lebih baik lagi, baik dari sisi mental maupun kepribadian, dengan cara yang lebih manusiawi,” beber Sri Puguh.

Terlebih, Direkotrat Jendral Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kemenkumham telah mencanangkan program penghapusan buta aksara huruf Alquran bagi para tahanan muslim sejak September 2018 lalu.

"Sejak hari pertama 1440 H, dengan niat tulus dan ikhlas kita semua berharap menjadi insan Illahi yang lebih baik dan bertakwa," Sri Puguh menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya