5 Hal Terkait Aksi di Sorong Papua Barat yang Sempat Ricuh

Massa juga mencoba merusak sejumlah fasilitas umum di sepanjang ruas jalan di Kota Sorong, tapi dihalangi aparat kepolisian dengan tembakan peringatan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 21 Agu 2019, 12:52 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 12:52 WIB
Aksi warga menutup jalan di salah akses jalan utama di Kota Sorong, Papua Barat. (Istimewa)
Aksi warga menutup jalan di salah akses jalan utama di Kota Sorong, Papua Barat. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Manokwari dan Jayapura sempat melebar hingga ke Kota Sorong, Papua Barat, pada Senin, 19 Agustus 2019.

Massa aksi sempat melakukan penutupan jalan. Sejumlah akses jalan utama Kota Sorong, seperti Jalan Basuki Rahmat, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Baru ditutup karena aksi tersebut.

Tak hanya itu, massa juga mencoba merusak sejumlah fasilitas umum di sepanjang ruas jalan di Kota Sorong, tapi dihalangi aparat kepolisian dengan tembakan peringatan.

Di kawasan Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, massa merangsek masuk dan melempar sejumlah fasilitas yang ada, meski sempat diadang aparat kepolisian setempat dengan tembakan peringatan.

Berikut 5 hal terkait kerusuhan Papua yang menyebar hingga ke Sorong dihimpun Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Blokade Jalan, Bakar Ban, dan Rusak Fasilitas Bandara

Massa Aksi Rusak Fasilitas di Bandara Sorong, Papua
Massa Aksi Rusak Fasilitas di Bandara Sorong, Papua (Foto: Istimewa)

Sejumlah warga menggelar unjuk rasa yang berbuntut pada penutupan jalan. Galih Wira, salah seorang warga Sorong, mengatakan aksi penutupan jalan berlangsung sekitar pukul 14.00 WIT.

Sejumlah akses jalan utama Kota Sorong, seperti Jalan Basuki Rahmat, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Baru ditutup karena aksi tersebut.

"Warga yang berdemo juga melakukan bakar ban hampir di sebagian titik jalan itu. Kami pun tidak bisa ke mana-mana,” ucap Galih saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 19 Agustus 2019.

Tak hanya menutup jalan, warga juga melempari batu ke arah personel pengamanan TNI dan Polri yang melakukan penjagaan.

Menurut Galih, ratusan personel TNI dan Polri dari Polres Sorong, Papua, yang berjaga tampak dilengkapi dengan senjata laras panjang, dan beberapa kali melakukan tembakan peringatan agar massa tidak berbuat anarkis.

"Di belakang kantor saya asap ngebul dan beberapa kali tembakan terdengar berdesing," kata Galih.

Massa aksi juga mencoba merusak sejumlah fasilitas umum di sepanjang ruas jalan Kota Sorong dihalangi aparat kepolisian dengan tembakan peringatan.

Pantauan Antara, di kawasan Bandara Domine Eduard Osok Sorong, massa masuk ke kawasan bandara dan melempar sejumlah fasilitas yang ada meski sempat diadang aparat kepolisian setempat dengan tembakan peringatan.

Menurut Yunus, warga jalan kilometer delapan Kota Sorong, aksi ini merupakan bentuk kekecewaan masyarakat Papua terhadap insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya tersebut.

 

Bakar Lapas

Kerusuhan Pecah di Manokwari
Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di kota Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Aksi masyarakat Papua ini merupakan buntut dari kemarahan mereka atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Sorong Kota, Papua Barat, tak luput dari aksi massa yang melakukan demonstrasi mengecam pelecehan terhadap mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.

Massa yang tengah berdemo memprovokasi narapidana hingga terjadi kericuhan di Lapas Sorong Kota dan mengakibatkan 258 narapidana melarikan diri.

"Telah terjadi pembakaran dan penjebolan tembok lapas sehingga terjadi pelarian," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Ade Kusmanto saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa, 20 Agustus 2019.

Ade mengatakan, kebakaran berawal saat massa yang tengah berdemo mendatangi Lapas Sorong Kota, Papua, dan memprovokasi narapidana. Selain provokasi, massa pendemo juga melakukan pelemparan ke Lapas Sorong Kota.

"Sehingga terjadi kerusuhan yang berujung adanya perlawanan kepada petugas dan pelarian dan pembakaran," kata Ade.

Menurut Ade, Lapas Sorong Kota berisi 547 narapidana. Sementara napi yang masih bertahan 289.

"Di luar lapas 258," kata Ade.

 

Massa Lempari Rumah Warga

Massa di Jalan Ahmad Yani Kota Sorong Lempari Rumah Warga
Gloria menyebutkan situasi pagi hari di Kota Sorong awalnya sudah kondusif. Namun siang sekitar pukul 13.30 WIT, Kota Sorong kembali memanas. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Warga sekitar Jalan Remu, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, saling membunyikan tiang listrik agar warga terus berjaga. Pasar Remu yang biasa padat pengunjung siang ini tampak lengang.

Amri, warga Jalan Remu, menyebut informasi penyerangan banyak beredar di tengah warga. "Siang ini jantung Kota Sorong pecah, kami bersiaga di sini," ujarnya, Selasa, 20 Agustus 2019.

Sementara itu, rumah warga, toko, dan fasilitas lainnya di Jalan Ahmad Yani dirusak massa. Massa juga melempari rumah warga dengan batu.

"Ini orang banyak sekali. Kami terjebak di dalam rumah. Tiba-tiba saja ruko kami ditembaki. Saya terjebak dengan anak saya dan suami. Tolong telepon polisi, supaya menjaga kami," kata Gloria, warga Jalan Ahmad Yani.

Gloria menyebutkan situasi pagi hari di Kota Sorong awalnya sudah kondusif. Namun, siang sekitar pukul 13.30 WIT, Kota Sorong kembali memanas.

"Tiba-tiba massa berlarian di jalan dan melempari batu sembarangan. Kami berusaha mengungsi ke rumah tetangga lewat jalan belakang," ujarnya.

Kabid Humas Polda Papua Barat, AKBP Mathias Krey, menyebut akses komunikasi di Sorong belum dapat tersambung.

"Kami belum dapatkan kabar dari Sorong. Sampai saat ini saya masih menghubungi Kapolres Sorong," ujar Krey.

 

Kondisi Mulai Kondusif

Kerusuhan Pecah di Manokwari
Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Mereka membakar gedung DPR juga memblokade jalan dengan membakar ban sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Polda Papua Barat akan memproses hukum pendemo anarkis di Sorong dan Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Hingga saat ini, polisi masih mendata sejumlah kerusakan fasilitas umum hingga kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, serta kerusakan lainnya yang diakibatkan dari aksi anarkistis pendemo.

Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Mathias Krey menyebutkan, Kapolda Papua telah memerintahkan jajarannya untuk mendata kerusakan apa saja yang diakibatkan dari aksi anarkis di Manokwari dan Sorong.

"Perintah Pak Kapolda jelas, yang melanggar aturan akan diproses hukum. Kami masih melakukan pendataan kerusakan hingga kerugian yang dialami," ujarnya kepada KabarPapua.co, Selasa, 20 Agustus 2019.

Sehari usai rusuh di Sorong dan Manokwari, Polda Papua Barat mengklaim kondisi secara keseluruhan mulai kondusif.

"Aktivitas sekolah, pasar dan pertokoan mulai pulih. Petugas kebersihan dibantu kepolisian terus bergerak membersihkan sampah sisa bakaran ban, kayu, ranting pohon hingga batu yang berserakan di jalan protokol," katanya.

 

Aktivitas Kembali Normal

Megahnya Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat.
Megahnya Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. (Foto: Septian Deny/Liputan6.com)

Aktivitas warga Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, kembali normal pada Rabu (21/8/2019). Masyarakat telah kembali beraktivitas seperti biasa setelah gelombang unjuk rasa menolak rasisme selama dua hari berujung ricuh.

Pantauan Antara, di jalan utama depan Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, tampak kendaraan roda dua maupun roda empat ramai melintas.

Aktivitas di Bandara Sorong telah terlihat sejak pukul 06.00 WIT. Namun, fasilitas masuk ke halaman parkir bandara rusak, sehingga kendaraan bebas masuk keluar tanpa dikendalikan.

Petugas parkir juga belum beraktivitas karena fasilitas rusak, sehingga kendaraan yang masuk dan keluar bandara bebas tanpa membayar retribusi.

Sementara di lokasi lain, terpantau warga bergotong-royong membersihkan puing kayu dan batu yang masih berserakan. Material-material itu sebelumnya digunakan untuk memblokade jalan raya.

Sebagian toko sudah mulai beraktivitas, meskipun masih ada juga yang tutup. Sementara aktivitas perkantoran masih libur. Tampak Kantor Wali Kota Sorong sepi tidak ada aktivitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya