Ibu Kota Pindah, Menristekdikti: Mungkin Ada Universitas Indonesia Cabang Kaltim

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengaku sudah memikirkan bagaimana nantinya kehadiran perguruan tinggi di ibu kota yang baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Agu 2019, 14:22 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2019, 14:22 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir
Menristekdikti Mohamad Nasir (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengaku sudah memikirkan bagaimana nantinya kehadiran perguruan tinggi di ibu kota baru. Termasuk kemungkinan munculnya cabang universitas di Kalimantan Timur.

"Katakanlah Universitas Indonesia, ada Universitas Indonesia di Jakarta dan Universitas Indonesia di Depok, barangkali nanti akan ada Universitas Indonesia di sana (ibu kota baru), barangkali. Ini ke depan kami lagi pikirkan," ujar Menteri Nasir di Prime Plaza Hotel, Denpasar, Bali, Selasa (27/8/2019) siang.

Dia mengatakan, adanya cabang perguruan tinggi adalah hal yang biasa di dunia pendidikan. Bahkan, kampus-kampus terkenal di luar negeri lumrah memiliki cabang-cabang di kota lain.

"Di Amerika Serikat itu ada yang namanya Universitas California di Berkeley, ada Universitas California di tempat lain. Ada MIT (Massachusetts Institute of Technology) yang ada di Kota Boston, ada yang di tempat lain. Sementara kita, rasanya kalau kampus punya cabang itu masih tabu," papar Menristekdikti.

Menurut Nasir, tak ada masalah jika perguruan tinggi memiliki kampus cabang, yang penting kualitasnya terjaga. Hal ini sesuai dengan komitmen Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Bahkan, lanjut dia, Jokowi selalu mempertanyakan sebab perguruan tinggi Indonesia tak bisa masuk 100 besar kampus berkelas dunia.

"Solusi apa yang harus dilakukan? Saya usulkan ada dua cara perguruan tinggi Indonesia masuk daftar 100 besar dunia berdasarkan pengalaman dan perbandingan dengan negara negara lain. Pertama, kolaborasi para peneliti atau dosen asing bergabung dengan peneliti atau dosen Indonesia. Saat ini sudah ada, tapi hanya satu dua, belum banyak," jelas Nasir.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rektor Asing

Langkah kedua, lanjut dia, adalah dengan mengubah manajemen dari model yang internal kini melihat keluar atau eksternal. Menristekdikti mencontohkan, dengan kehadiran rektor asing kita bisa berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

"Sementara ini kan kita masih resisten soal rektor asing, dianggap kita akan menjadi inlander-lah. Padahal, yang namanya dunia pendidikan itu adalah dunia yang masuk akal atau akademik. Kalau akademik itu cara berpikirnya objektif," tegas Nasir.

Karena itu dia kembali menegaskan bahwa hingga kini keberadaan rektor asing hanya diizinkan untuk perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia, bukan untuk perguruan tinggi negeri.

"Kalau untuk kampus negeri kan peraturannya harus kita perbaiki dulu," ujar Nasir memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya