Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang menyangka, ada sebuah rumah usang, tua, dan reyot dalam kompleks hunian vertikal atau apartemen mewah di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Sang pemilik memang menolak menjual rumah itu, meski ditawar miliaran rupiah oleh pihak apartemen.
Menjaga warisan nenek moyang adalah alasan satu-satunya Elis, sang pemilik rumah, tak bersedia menjual tempat tinggal yang berdiri sejak 1935 tersebut. Terlebih, harta bukan menjadi masalah dalam kehidupannya.
Dahulu, tanah yang diduduki Elis merupakan pemukiman warga. Hingga sekitar 2005, pengembang ingin membeli lahan tersebut. Puncaknya 2009-2010, area itu rata dengan tanah. Tersisa rumah Elis.
Advertisement
Chairul Bahri, sang suami mengatakan, pihak apartemen pernah merayu Elis supaya merelakan rumahnya. Namun, bujukan rayu pihak apartemen berjalan alot. Elis tetap kukuh tinggal di sana bersama keluarga hingga akhirnya, pihak apartemen tetap mendirikan gedung pencakar langit tersebut.
Pihak apartemen sempat menawarkan supaya Elis menjual rumah usangnya dengan tawaran dua pilihan. Uang Rp 2 miliar lebih atau ditukar dua unit apartemen. Elis tidak goyang terhadap tawaran menggiurkan itu. Ia kebal dari bayang-bayang apartemen yang cukup mewah di dekat rumahnya.
"Itu Rp 2,5 M (pernah) kayaknya (ditawar) atau tuker apartemen," kata Chairul yang berusia 72 tahun itu.
Pada kesempatan lain, Elis mengatakan dengan nada lantang, ia tetap tak tunduk terhadap para cukong tajir. Tetap memastikan bertahan di rumahnya itu.
Dia kemudian menyinggung 'kandungan' sangat berharga yang berada di rumah usangnya. Misteri itu adalah alasan kuat Elis ogah angkat kaki.
"Saya buat apaan harta, tanah saya banyak, rumah saya banyak, tapi saya lebih cinta sama rumah ini," kata Elis di kesempatan terpisah.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Suami Tak Mau Ungkit Masa Lalu
Bahri, suami Elis, heran ketika mengetahui kisah rumahnya viral. Memang, dengan pengelola apartemen yang dulu, pernah ada kesalahpahaman. Namun, bagi dia, cerita tentang rumahnya cukup dibagikan ke cucu-cucunya.
Kini, Bahri tak mau lagi mengungkit masa lalu.
“Saya enggak mau bicarakan lagi yang sudah lalu. Kita sudah tenang, enggak ada masalah apa-apa,” ucap Bahri.
Bahri punya alasan kuat untuk itu. Dia merasa pengelola apartemen telah banyak membantunya. Bahri menyingung satu per satu kebaikan pengelola.
“Dia baik sama kita. Kami tidak diusir. Pengelola memberikan kami jalan, membuatkan gorong-gorong. Saya pun parkir motor gratis,” ucap suami pemilik rumah usang di tengah apartemen itu.
Bahri menjelaskan, pengelola sama sekali tak usil. Pengelola bahkan ikut membantunya setiap kali mengelar acara-acara besar.
“Kami mau gelar tiker di sini, pihak apartemen tidak apa-apa. Pas Lebaran kemarin pada ngumpul-ngumpul, pihak apartemen membantu mengatur jalan,” ujar dia.
Bahri pun berharap kisahnya tak usah dibesar-besarkan. Ia khawatir malah menyulut emosi pengelola. Padahal, selama ini baik-baik saja.
“Saya enggak mau membuka masa lalu. Nanti tersinggung sama pembicaraan kita dia nuntut ke kita,” tegas Bahri.
Advertisement
Kata Ketua RT
Ketua RT setempat bernama Wasron juga bercerita tentang kehidupan Elis. Ia mengaku kondisi ekonomi Elis sebenarnya berkecukupan. Punya kontrakan banyak dan bisnis catering. Sementara, sang suami sibuk berdagang di pasar tanah abang.
"Rp 5 M mau dibayar (pihak apartemen), enggak mau sampai turun. Katanya, dengar saja gitu. Rp 3 miliar apa (kalau tidak salah)," ucap Roni sapaan akrabnya.
Roni masih penasaran apa yang membuat Elis tetap bertahan. Rasanya ada yang disembunyikan oleh Elis di rumahnya itu yang disebutnya 'kandungan' walau dianggap Roni hanya sebatas alibi belaka.
"Katanya. Kalau orang waras kan beda. Gitu saja. Katanya sih mengandung uranium, udah gitu aja. Ah udah lama itu mah. 10 tahun lalu gitu terus," ucap pria 42 tahun itu sambil tertawa.