Cucu Dr Sardjito: Beliau Punya Moto, dengan Memberi Kami Menjadi Kaya

Dyani mengaku sangat kagum pada kakeknya. Sebab, Sardjito selalu mengutamakan kepentingan rakyat.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2019, 18:28 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 18:28 WIB
Perwakilan keluarga dari Profesor Dr Sardjito yang dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Perwakilan keluarga dari Profesor Dr Sardjito yang dianugerahi gelar pahlawan nasional, Jumat (8/11/2019). (foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sardjito. Pihak keluarga merasa bangga atas penganugerahan tersebut.

Cucu Sardjito, Dyani Poedjioetomo mengenang pesan sang kakek semasa hidupnya. Menurut dia, Sardjito selalu menekankan untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan.

"Sebetulnya beliau punya moto, 'dengan memberi kami menjadi kaya. Maksudnya kita jangan segan-segan memberi, karena itu akan membuat kita lebih kaya," kata Dyani di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (8/11/2019).

Dyani mengaku sangat kagum pada kakeknya. Sebab, Sardjito selalu mengutamakan kepentingan rakyat.

"Beliau selalu mementingkan kesehatan masyarakat secara luas. Dengan keluarga sangat dekat," ucapnya.

Jokowi memberikan gelar pahlawan nasional kepada Sardjito hari ini di Istana Negara Jakarta. Penganugerahan ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 120/TK/2019 Tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional.

Selain Sardjito, Jokowi juga memberikan gelar pahlawan kepada Abdul Kahar Mudzakkir, Alexander Andries (AA) Maramis, KH Masykur, Ruhana Kudus, dan Sultan Himayatuddin.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jasa-Jasa Sardjito

Presiden memberikan gelar pahlawan nasional pada enam tokoh, Jumat (8/11/2019).
Presiden memberikan gelar pahlawan nasional pada enam tokoh, Jumat (8/11/2019). (foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sardjito menjabat sebagai Rektor UGM sejak tahun 1950 hingga 1961. Setelahnya Sardjito sempat pula menjadi Rektor UII periode 1964 hingga 1970.

Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan Sardjito memiliki jasa yang besar saat awal pembentukan Indonesia. Panut menyebut jika Sardjito pun ikut berperan dalam medan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sardjito, sambung Panut, ikut berperang dan membantu di bidang medis. Salah satu sumbangsih Sardjito dalam perang kemerdekaan adalah membuat biskuit bagi para pejuang dan tentara Indonesia.

"Prof Sardjito pernah ikut perang juga ya, artinya membantu tentara-tentara yang berperang. Yang sangat terkenal itu kan biskuit Sardjito," ujar Panut, Jumat (8/11/2019).

Di masa perang kemerdekaan, Sardjito meracik makanan khusus untuk bekal tentara Indonesia di medan perang. Biskuit itu kemudian dikenal dengan nama Biskuit Sardjito. Bekal Biskuit Sardjito ini membantu tentara Indonesia di saat kesulitan bekal makanan.

"Biskuit Sardjito itu mempunyai formula yang khusus. Sehingga bisa menahan lapar atau energinya cukup besar untuk di lapangan. Memang banyak jasa beliau," ucap Panut.

Mengamankan Vaksin Cacar dari Jepang

Jasa lain dari Sardjito adalah mengamankan vaksin cacar yang dikembangkan Institut Pasteur Bandung dari tangan Jepang dan Sekutu. Di era itu vaksin cacar sangat dibutuhkan bagi Indonesia.

"Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pasteur. Waktu itu memindahkan vaksin jika dibawa dengan, mungkin wadahnya itu takut ketahuan di jalan oleh pemerintah Belanda atau Jepang yang saat itu. Sehingga (vaksin cacarnya) disuntikkan di kerbau, nanti setelah sampai Klaten itu vaksinnya diambil lagi," ungkap Panut.

Panut menerangkan jasa lain Sardjito juga terlihat di bidang pendidikan. Selain menjadi rektor pertama UGM, Sardjito pun banyak membidani lahirnya perguruan tinggi lain.

 

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya