Liputan6.com, Belitung - Pulau Belitung atau Belitong tak hanya dikenal dengan pantai-pantai dengan bongkahan batu besar di sepanjang pesisir pantainya. Daerah pecahan Sumatera Selatan ini juga ternyata mempunyai tempat wisata alam yang menarik untuk dijelajahi, khususnya wisatawan bagi wisatawan yang menyukai alam pegunungan.
Tak percaya? Datanglah ke Bukit Peramun. Bukit Peramun seakan menjadi oase di tengah teriknya cuaca di Belitung saat musim panas.
Liputan6.com bersama rombongan dari Kafe BCA berkesempatan menyusuri Bukit Peramun, Sabtu 9 November 2019. Bukit Peramun tepatnya berada di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Dengan mobil atau motor, cukup mudah ke Bukit Peramun. Hanya butuh waktu 20 hingga 30 menit untuk bisa sampai ke kawasan ini dari Bandara HAS Hanandjoedin Tanjung Pinang Belitung.
Advertisement
Tak butuh waktu lama untuk menyusuri Bukit Peramun hingga puncaknya. Dengan jarak hanya 515 meter hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk menuntaskan pendakian ke puncak Bukit Peramun. Tinggi bukit ini pun hanya 129 mdpl. Namun, bagi yang jarang jalan mendaki, kondisi ini dijamin cukup membuat ngos-ngosan.
Namun, lelah pendakian akan terbayarkan dengan apa yang kita saksikan di Bukit Peramun. Sepanjang pendakian, kita akan disuguhi sejumlah fenomena alam yang hanya bisa ditemui di kawasan ini. Bebatuan granit ukuran raksasa bertebaran di sepajang jalur pendakian. Pohon-pohon endemik Indonesia juga banyak ditemukan di sini.
Meski belum lama jadi destinasi wisata, Bukit Peramun sudah dikelolah dengan baik. Di sepanjang perjalanan menuju ke puncak terdapat fasilitas umum, seperti toilet, tempat istirahat, serta tempat sampah.
Pendakian mencapai titik pertama kurang lebih setelah menempuh jarak 200 meter dari pos awal. Di sini, wisatawan sudah bisa melihat Kota Belitung dengan pemandangan hutan alami dan batu granit kembar ukuran raksasa yang menjadi ikon wisata Bukit Peramun.
Pemandangan lebih eksotis bisa dilihat di titik kedua. Di sini bentangan pantai Belitung bisa dilihat dengan jelas. Lanskap Kota Belitung dengan bolong-bolong bekas galian tambah timah, terlihat dari ketinggian kurang lebih 100 Mdpl.
Di titik kedua ini, wisatawan bisa menjajal sensasi unik naik mobil terbang. Spot mobil terbang sengaja disediakan oleh pengelola Bukit Peramun untuk pengunjung yang ingin mendapat gambar menarik seolah mengendarai mobil di ketinggian.
“Mobil ini kita angkat langsung dari bawah. Butuh 24 orang untuk menaikkan hinggi sampai di titik ini. Ini murni ide dari rekan community agar menyajikan hal unik," kata pemandu wisata Rahmat, Sabtu 9 November 2019.
Puas foto-foto dan selfie lokasi mobil terbang. Pendakian bisa dilanjutkan ke titik ketiga atau puncak Bukit Peramun. Jaraknya cukup dekat, hanya sekitar 100 meteran pendakian. Pengunjung akan melewati rute di bawah batu granit yang tinggi dan besar sebelum sampai pada ketinggian 129 Mdpl.
Sampai di puncak akan disuguhkan dengan fasilitas foto, tempat istirahat dan rambu-rambu larangan, yang harus di patuhi.
Di puncak bukit Peramun kita bisa nostaligia membayangkan bagaimana pejuang bangsa melakukan pengintaian terhadap masuknya kapal musuh penjajah dari laut China Selatan. Dataran puncak juga pernah menjadi tempat tinggal warga setempat yang dikenal dengan sebuta 'kubok peramun'. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pohon buah-buahan di sekitar puncak Bukit Peramun.
Mengintai Tarsius
Ke Bukit Peramun belum lengkap tanpa melihat langsung sosok tarius. Tarsius atau oleh warga Belitung disebut pelilian merupakan mamalia endemik Pulau Belitung. Wujudnya sangat unik. Hewan jenis nocturnal ini mempunyai mata seperti burung hantu dan bisa memutar lehernya hingga 180 derajat. Badan tarsius menyerupai monyet dengan ekor yang panjang. Ukuran tarsius dewasa tak lebih dari seekor anak kucing. Hanya segenggaman tangan.
Populasi tarsius sangat sedikit. Hanya ada beberapa kawasan di Belitung yang menjadi tempat tinggal tarsius. Salah satunya adalah bukit Peramun.
Ketua Komunitas Arsel sekaligus penanggung jawab Desa Binaan Bukit Peramun Adie Darmawan atau Adong menyatakan, di bukit Peramun populasi tarsius tak lebih dari 100 ekor.
"Pengamatan terakhir di empat titi yang kita lakukan ada sekitar 80an ekor," ujarnya.
Itu sebabnya, pihaknya benar-benar menjaga habitatnya agar jangan sampai punah. Paket wisata tarsius menyesuaikan dengan kondisi binatang tersebut.
"Jangan sampai mengganggu habitatnya," tegasnya.
Meskipun masuk dalam paket wisata yang ditawarkan pengelola bukit Peramun, menemui tarsius adalah gampang gampang susah. Pengunjung tidak serta merta bisa menjumpai mamalia ini meski sudah berkeliling di sejumlah titik bukit peramun.
Adong menyatakan, waktu yang tepat untuk menemukan tarsius adalah menjelang malam sekitar 18.30 hingga 21.00 WIB. Pada jam-jam itu, tarsius akan turun dari pohon untuk mencari jangkrik yang menjadi makanannya. Tarsius akan susah di temui jika cuaca hujan di siang hari. Tarsius lebih memilih berdiam diri di tempat persembunyiannya di cela-cela batu besar atau di pepohonan yang ada di bukit Peramun.
Beruntung, Liputan6.com dan tim rombongan berhasil melihat langsung si mungil taurus. Dengan didampingi pemandu dari Bukit Peramun, rombongan berangkat sekitar 50 meter dari pos utama. Foto foto dan selfie pun langsung dilakukan rombongan. Tidak boleh lama-lama, pengamatan dan foto terhadap tarsius hanya bisa dilakukan selama 10 menit.
Binaan BCA
Wsata Bukit Peramun terus berkembang setiap tahunnya. Antuasias warga setempat dan dukungan pihak luar, membuat lingkungan Bukit Peramun terjaga. Salah satu bank terbesar di Indonesia, BCA menjadikan Bukit Peramun sebagai desa wisata binaan sejak 2018.
Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati menyatakan, Bukit Peramun dipilih karena memiliki keunikan yang bisa menarik antusiasme wisatawan berkunjung. Kawasan ini kaya akan flora dan fauna. Desa ini juga dikenal sebagai desa berbasis digital, karena keberhasilan pengurus desa dalam mengaplikasikan sistem QR Code untuk memperkenalkan jenis dan manfaat tanaman di bukit Peramun, dan virtual guide dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
"Inilah yang menjadi keunggulan Bukit Peramun yaitu mengaplikasikan teknologi virtual guide untuk lebih memanjakan pengunjungnya dalam berwisata," ujarnya, Sabtu 9 November 2019 di Bukit Peramun, Belitung.
nge menambahkan, model pengembangan komunitas lokal yang dilakukan BCA selalu bertumpu pada potensi lokal yang sebelumnya belum maksimal dikembangkan. Kehadiran BCA, melalui program desa binaan, membantu komunitas masyarakat lokal agar mampu mengembangkan potensi lokal tersebut menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan kemandirian di masa mendatang.
"BCA mulai pendampingan Desa Binaan Bukit Peramun sejak 2018. Sebagai langkah awal, kami memfasilitasi beberapa pelatihan, seperti layanan prima, standar layanan, creative selling skill, dan golden heart leadership," jelasnya.
Di sisi lain, dalam rangka menunjang sarana dan prasarana, pihaknya juga memberikan donasi untuk pengembangan musala, digital information system, dan tugu/prasasti.
"Dukungan tersebut diberikan untuk mendukung knowledge dan skill pengurus desa binaan Bukit Peramun agar semakin bertambah, sehingga mendukung kepercayaan diri mereka ketika melayani para pengunjung," papar Inge.
Pelatihan dan pendampingan yang diberikan BCA untuk pengurus Bukit Peramun berhasil menghantarkan Desa Bukit Peramun Belitung menorehkan prestasi di ajang ISTA – Indonesian Sustainable Tourism Awards 2019 beberapa waktu lalu. Pada ajang tersebut, Bukit Peramun berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang Green Gold kategori Pelestarian Lingkungan.
"Kami optimis Bukit Peramun dapat berkembang secara optimal, unggul, dan dapat turut meningkatkan ekonomi negara baik melalui wisatawan lokal dan mancanegara,” tambah Inge.
Advertisement