Tarif Baru AS Ubah Peta Investasi Dunia, Bagaimana Strateginya?

Peningkatan volatilitas pasar global merupakan salah satu respons langsung dari kebijakan tarif baru AS

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 15 Apr 2025, 20:21 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2025, 20:21 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

 

Liputan6.com, Jakarta Perubahan tarif terbaru yang diberlakukan Amerika Serikat membawa dampak signifikan terhadap lanskap pasar global, menciptakan ketidakpastian sekaligus membuka peluang strategis bagi para investor.

Dalam menanggapi perkembangan ini, Deputy Head of Multi-Asset Solutions, Asia, and Senior Portfolio Manager Manulife Investment Management, Marc Franklin menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap dinamika pasar baru agar dapat membuat keputusan investasi yang cerdas dan adaptif.

Menurut dia, peningkatan volatilitas pasar global merupakan salah satu respons langsung dari kebijakan tarif baru AS. Langkah ini mencerminkan strategi reindustrialisasi AS yang dapat mengubah arah arus perdagangan global.

“China mungkin diharuskan untuk beralih ke model ekonomi yang lebih didorong oleh konsumsi, yang menciptakan pemenang dan pecundang,” ujar Marc Franklin, dikutip Selasa (15/4/2025).

Fokus Sektor Manufaktur

Ia menyarankan investor untuk mulai menyelaraskan portofolio mereka dengan berfokus pada sektor manufaktur dan jasa domestik AS yang berpotensi memperoleh keuntungan dari strategi ini.

Sementara itu, sektor konsumen China bisa menjadi peluang menarik jika negara tersebut merespons dengan stimulus ekonomi domestik.

 

Merespons Volatilitas dan Risiko Geopolitik

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Marc Franklin juga menyoroti potensi tantangan bagi negara-negara ASEAN yang bergantung pada ekspor, seperti Vietnam dan Thailand, karena tekanan terhadap model transshipment mereka. Sebaliknya, India dinilai memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap guncangan eksternal karena basis ekonominya yang berorientasi pada pasar domestik.

“Investor harus mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi ke negara-negara dengan permintaan domestik yang kuat untuk memitigasi risiko geopolitik dan meningkatkan ketahanan portofolio,” tegasnya.

Meskipun valuasi untuk aset berisiko diperkirakan akan menurun, Franklin menekankan bahwa penurunan tidak terjadi secara merata. “Kelas aset tertentu, seperti saham teknologi berkapitalisasi besar di Amerika Serikat dan spread kredit... merupakan kelas aset yang pertama kali mengalami reset valuasi,” imbuh Marc Franklin.

Oleh karena itu, investor disarankan untuk tetap fleksibel dan melakukan pemantauan rutin terhadap spread kredit serta valuasi ekuitas untuk menangkap peluang yang muncul. Perubahan kebijakan yang bias dalam negeri dapat menyebabkan pergeseran arus modal dari pasar AS. Namun, Franklin melihat bahwa pelemahan valuasi dapat menciptakan titik masuk strategis.

“Jika valuasi ekuitas AS kembali ke rata-rata jangka panjang, peluang investasi yang signifikan dapat muncul baik bagi investor domestik maupun asing,” jelas Marc Franklin.

 

Menatap Peluang Jangka Panjang

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dalam jangka panjang, reset valuasi saat ini dapat membuka potensi imbal hasil yang menarik. Franklin menyarankan agar investor menjaga fleksibilitas kas untuk memanfaatkan momen koreksi pasar. Ia menekankan pentingnya strategi manajemen risiko yang disiplin dan portofolio yang terdiversifikasi.

“Hindari market timing berdasarkan berita headline jangka pendek dan pertahankan perspektif investasi jangka panjang untuk menyelaraskan dengan kondisi pasar yang terus berkembang,” terang Marc Franklin.

Dengan lanskap ekonomi global yang terus berubah, pendekatan investasi yang tanggap, fleksibel, dan berbasis analisis fundamental tetap menjadi kunci dalam mengelola ketidakpastian dan meraih peluang jangka panjang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya