Liputan6.com, Medan - Ledakan bom bunuh diri terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Ledakan terjadi pada pagi tadi, Rabu (13/11/2019) sekitar 08.40 WIB. Hal ini dibenarkan Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsa.
Sebelum bom bunuh diri terjadi, polisi tengah bersiap melakukan apel siaga. Tak lama kemudian, orang yang menggunakan jaket ojek online masuk ke kantin Polrestabes Medan dan meledakkan diri.
Pelaku bom bunuh diri meninggal dunia. Namun, enam orang menjadi korban akibat aksi bom bunuh diri tersebut. Korban luka-luka akibat bom bunuh diri, dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumatera Utara. Sementara, pelaku bom bunuh diri tewas dengan tubuh hancur akibat bom bunuh diri.
Advertisement
Sejauh ini, polisi mengaku sudah berhasil mengantongi identitas pelaku dugaan bom bunuh diri di Polrestabes Medan dan terus melakukan penyelidikan.
Namun rupanya, kejadian bom bunuh diri yang menyasar kantor polisi ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya pada 2018, bom bunuh diri menyasar Polrestabes Surabaya.Â
Berikut aksi bom bunuh diri yang menyasar kantor polisi di Indonesia dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Polrestabes Medan
Sebuah ledakan bom bunuh diri kembali terjadi. Kali ini ledakan itu dilakukan di Polrestabes Medan, Jalan HM Said, Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019).
Ledakan bom bunuh diri ini terjadi sekitar pukul 08.40 WIB. Pelaku diduga satu orang mengunakan atribut ojek online dan meledakkan diri di sekitar kantin Polrestabes Medan.
Pelaku bom bunuh diri meninggal dunia. Namun, enam orang menjadi korban akibat aksi bom bunuh diri tersebut. Hal ini seperti disampaikan Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal.
"Diduga pelaku meninggal. Ada 6 korban, 5 dari personel polri dan satu sipil. Tetapi alhamdulillah laporan sementara korban tidak ada yang luka parah, tetapi ada luka-luka. Dan ada beberapa kendaraan dinas juga rusak," ungkap Iqbal di Sentul, Rabu (13/11/2019).
Dia menjelaskan, bom bunuh diri terjadi sekitar pukul 08.00 WIB lewat setelah pelaksanaan apel pagi di Polrestabes Medan.
Saat itu, pelaku diduga berjalan di halaman apel. Jeda beberapa saat, di depan kantor bagian operasi Polrestabes Medan pelaku meledakkan diri. Iqbal mengaku, pihaknya juga masih mendalami kejadian ini.
"Kita belum tahu rangkaian dari ledakan tersebut, apakah high explosive atau (apa). Saat ini tim sedang bekerja. Inafis, laboratorium forensik, semua gabungan sedang bekerja untuk melakukan pengolahan tempat kejadian perkara," ujarnya.
Iqbal menambahkan, pelaku diduga berjumlah sebanyak satu orang berdasarkan informasi awal. "Diduga 1 orang, informasi pertama," ucapnya.
Selain itu, pihak kepolisian juga masih mendalami kasus ini. Iqbal meminta agar semua pihak bersabar menunggu kelanjutan dari proses yang ada. Dugaan bahwa pelaku merupakan bagian dalam jaringan teroris juga masih harus menunggu hasil penyelidikan.
"Saat ini Densus 88 anti teror dengan tim Polrestabes Medan dan Polda Sumatera Utara sedang bekerja untuk melakukan proses selanjutnya. Apakah jaringan ini masuk dalam jaringan apa dan lain-lain, tunggu saja," dia mengakhiri.
Sementara itu menurut Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, identitas pelaku sudah diketahui oleh pihaknya. Pelaku merupakan seorang pelajar ataupun mahasiswa, dan berstatus warga Medan.
"Sudah, sudah diketahui. Untuk namanya, nanti ya, dirilis," kata Tatan.
Diungkapkan Tata, pelaku juga diketahui pernah menjadi driver ojek online, namun sudah keluar. Sedangkan afiliasi atau terkait dengan jaringan dan kelompok lain, masih belum diketahui.
"Kalau itu (afiliasi) belum, ya. Masih belum diketahui," ujarnya.
Tatan menegaskan, dalam peristiwa ini pelaku tewas di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Sedangkan enam orang terluka, yaitu empat anggota Polri, dua lainnya adalah petugas harian lepas di Polrestabes Medan dan seorang warga sipil.
"Mereka mengalami luka ringan. Sudah dibawa ke RS Bhayangkara Polda Sumut," terangnya.
Advertisement
Markas Polrestabes Surabaya
Duaar... Ledakan di gerbang masuk Markas Polrestabes Surabaya, Jalan Sikatan, kembali menghentak ketenangan kota yang terkenal dengan sejuta taman ini. Sehari sebelumnya, bom mengguncang tiga titik di geraja Surabaya dan satu di Sidoarjo.
Bom bunuh diri meledak di Markas Polrestabes Surabaya Senin 14 Mei 2018 sekitar pukul 08.50 WIB. Kepolisian menyebut bom bunuh diri itu menggunakan sepeda motor yang dikendarai seorang pria, perempuan, dan seorang bocah yang duduk di depan.
Berdasarkan rekaman CCTV, saat itu sebuah minibus hendak memasuki gerbang penjagaan Mapolrestabes untuk dilakukan pemeriksaan oleh tiga petugas jaga dan provost.
Saat mobil tersebut diperiksa, dua motor mencoba menyalip mobil yang diperiksa. Saat dilakukan pemeriksaan itulah pengendara yang membonceng seorang perempuan itu meledakkan diri.
"Dipastikan (serang) kendaraan roda dua, membonceng seorang wanita," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, Senin, 14 Mei 2018.
Frans mengatakan, ada empat polisi yang menjadi korban luka dan enam warga yang berada di lokasi ledakan menjadi korban luka. Sedangkan korban tewas diduga pelaku empat orang.
Ledakan susulan kembali terdengar dari radius 200 meter Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Jawa Timur, sekitar pukul 10.50 WIB. Dugaan sementara yang beredar, ledakan tersebut berasal dari bom yang sebelumnya dibawa pelaku, namun belum diledakkan.
Belum diketahui ledakan apa yang terjadi, namun terdengar sangat jelas oleh sejumlah petugas, awak media, dan petugas kesehatan yang berjaga di wilayah aman.
Sekitar pukul 10.15 WIB, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan tindakan terorisme itu pengecut dan biadab.
"Setelah kejadian di tiga lokasi di Surabaya kemarin, malamnya ada kejadian lagi di Sidoarjo. Pagi ini terjadi lagi bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya. Ini adalah tindakan pengecut yang tidak bermartabat, tindakan biadab," ujar Jokowi di JI Expo, Kemayoran, Jakarta.
Jokowi menegaskan, akan melawan dan membasmi teroris sampai ke akar-akarnya.
"Saya sampaikan ke polisi, saya perintahkan ke Kapolri untuk tegas tidak ada kompromi dalam melakukan tindakan di lapangan untuk menghentikan aksi teroris ini," Jokowi menegaskan.
Sebelumnya, bom meledak di Gereja Santa Maria Tanpa Cela, Ngaggel, GKI Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno.
Malporesta Surakarta
Suasana di Mapolresta Surakarta tiba-tiba mencekam pada Selasa pagi, 5 Juli 2016 lalu. Suara ledakan terdengar keras dari seorang yang menerobos pos pengamanan gerbang depan Mapolresta pada pukul 07.40 WIB.
Jenderal Badrodin Haiti, yang kala itu menjabat Kapolri menuturkan, peristiwa itu terjadi menjelang serah terima anggota jaga piket.
Pelaku yang menggunakan sepeda motor tiba-tiba menerobos Mapolresta Surakarta. Dia melewati penjagaan provost dan sempat ditegur anggota lalu diberhentikan.
"Dia (pelaku) kemudian mengucapkan syahadat dan tangannya masuk ke jaket dan terjadi ledakan," ujar Badrodin Haiti dalam konferensi pers di Mapolres Surakarta, Selasa 5 Juli 2016.
Akibat ledakan ini, pelaku yang bernama Nur Rohman (31 tahun) tewas di tempat. Sementara anggota provost Bripka Bambang Adi terluka di pelipis dan kaki sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Dr Mawardi. Dia kemudian dirujuk ke RS Panti Waluyo.
Menurut Badrodin, aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta ini sebagai serangkaian serangan serempak di sejumlah negara. Ini tak lepas dari pernyataan jubir ISIS yang menyebut selama Ramadhan ada teror, atau aksi amaliyah di seluruh belahan dunia.
"Untuk di Solo, target mereka adalah petugas polisi, Mapolresta Solo, dan yang di lapangan. Bahkan kita tahu pergantian tahun lalu, saya (Kapolri), Kapolda Metro masuk di profiling mereka," ujar Badrodin.
Advertisement
Mapolres Poso
Ledakan bom pernah terjadi di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah. Insiden bom bunuh diri ini meledak di sekitar Mapolres Poso pada pada Senin, 3 Juni 2013.
Informasi yang dihimpun Liputan6.com, bom bunuh diri tersebut bermula ketika sekitar pukul 08.00 Wita, ada seorang tak dikenal mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Jupiter tanpa nomor polisi masuk ke Mapolres Poso. Saat pelaku memasuki halaman mapolres, sempat ditegur petugas jaga di pos piket.
Namun pelaku tetap menerobos masuk menuju Mapolres Poso. Selang 5 detik kemudian, tepatnya di antara masjid dan parkiran Mapolres, terdengar suara ledakan kecil yang disusul ledakan besar dan mengakibatkan pengendara serta sepeda motornya hancur berantakan.
Ledakan bom terjadi pada pagi pukul 08.00 Wita. Saat itu, aktivitas di sekitaran Mapolres belum ramai sehingga tidak memakan korban.
"Menurut teman-teman di lokasi, ledakannya cukup keras, " kata Soemarno. Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Soemarno saat dihubungi Liputan6.com.
"Tidak ada anggota dan warga lain yang terluka. Karena masih pagi, belum ramai, pukul 08.00 Wita," ujar Soemarno.
Polres Cirebon
Jumat 15 April 2011, suasana di Polres Cirebon, Jawa Barat semakin ramai menjelang pelaksanaan salat Jumat berjamaah.
Sekitar pukul 11.45 WIB, jemaah mulai berdatangan ke Masjid At-Taqwa yang berada di dalam kompleks Mapolres Cirebon untuk menunaikan ibadah salat Jumat. Mayoritas jemaah merupakan anggota kepolisian Polresta Cirebon.
Pukul 11.55 WIB, azan diperdengarkan. Selang lima menit berikutnya, khatib mulai berkhutbah. Ketika jemaah semakin banyak memasuki masjid, seorang pria berpakaian hitam-hitam terlihat berdiri di luar masjid. Dia tak kunjung masuk ke dalam masjid kendati khatib sudah akan mengakhiri khutbahnya.
Pukul 12.10 WIB, Khatib menuntaskan khutbahnya. Jemaah bersiap melakukan salat. Sejumlah saksi mata menuturkan, pria berpakaian hitam-hitam yang sebelumnya berada di luar masjid kemudian terlihat masuk ke dalam masjid dan berbaur di dalam saf. Dia terlihat berada di saf ke-3.
Pukul 12.15 WIB, imam salat Jumat memulai salat berjamaah. Saat imam mengucapkan takbir, ledakan terdengar. Sejumlah orang terluka, seorang pria yang diduga pelaku terkapar. Sejumlah orang yang terluka dievakuasi.
Jemaah yang berada di saf kedua, ketiga, dan keempat berjatuhan dan menderita luka serius. Demikian halnya pelaku, dia langsung jatuh dan tewas seketika di lokasi kejadian dengan kondisi perut terluka.
Sementara itu, Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco yang berada di saf terdepan juga ikut menjadi korban. Punggung Kapolresta terluka akibat terkena serpihan bom, seperti paku, baut, dan mur.
Belakangan diketahui, saat jenazah pria yang diduga pelaku bom bunuh diri diangkat, ditemukan adanya sebuah tas pinggang yang menggelayut pada sisi kanan perut korban.
Dari luka yang terlihat, bagian perut sebelah kanan pria yang diduga pelaku tersebut memang terlihat menganga.
Salat Jumat di masjid tersebut akhirnya urung dilanjutkan. Puluhan korban luka, termasuk Kapolresta langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.
Demikian halnya korban selamat juga langsung dievakuasi dari masjid. Sementara jasad pelaku, masih terlihat berada di dalam masjid.
Kasat Narkoba Polresta Cirebon AKP Tri mengatakan, pelaku diperkirakan berusia 25 hingga 30 tahun. Tinggi berkisar 165-170 cm, mengenakan baju hitam, celana panjang hitam, jaket hitam, dan mengenakan sebuah tas pinggang. Saat itu, identitasnya belum diketahui.
Tiga hari kemudian, Senin 18 April 2019, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigjen Musaddeq Ishak memastikan pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikro di Kompleks Polresta Cirebon adalah Muhammad Syarif Astanagarif (32), warga Pleret, Majalengka, Cirebon.
"Ada tiga alat ukur untuk identifikasi primer yang mutlak, pertama adalah sidik jari, yang kedua adalah data gigi, yang ketiga adalah melalui analisis DNA. Tiga-tiganya dari tiga faktor primer ini cocok," tegas Musaddeq Ishak.
"Satu, sidik jari identik. Kemudian, data gigi juga diakuin oleh keluarganya bahwa ini memang betul giginya Muhammad Syarif. Lalu, ketiga, melalui pemeriksaan DNA, kita bisa buktikan secara ilmiah bahwa pelaku bom bunuh diri di Mesjid Polresta Cirebon adalah bernama Muhammad Syarif," imbuh dia.
Musaddeq mengakui, untuk melakukan tes terhadap jasad pelaku cukup memakan waktu lama karena Muhammad Syarif merupakan pemain baru dalam jaringan teroris yang rekam jejaknya tidak dimiliki polisi.
Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Irjen Mathius Salempang mengungkapkan selama ini Muhammad Syarif merupakan orang yang masuk dalam pencarian orang dalam kasus perusakan minimarket Alfamart di Cirebon.
Dari 11 pelaku pengrusakan minimarket Alfamart, baru enam yang telah diproses, lima di antaranya termasuk Muhammad Syarif, yang merupakan orang yang selama ini dicari.
Sementara itu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri masih menyelidiki motif di balik serangan bom bunuh diri Muhammad Syarif di Masjid Adz-Zikro tersebut, dan kaitannya, bila ada, dengan kelompok terorisme.
"Dari hasil pemeriksaan Labfor (Laboratorium Forensik) dari residu, sisa-sisa ledakan yang ada di TKP kemarin, kita temukan akhirnya potassium nitrat, kemudian ada alumunium dan ada sulfur. Itu bahan peledaknya," jelas Mathius Salempang.
"Kemudian, apakah sama dengan bom lain? Kalau kita lihat bahan yang ada di TKP tadi, bahannya sama mungkin rakitannya sama, tetapi kita tidak bisa mengatakan kemudian mengambil kesimpulan bahwa bom ini sama dengan bom yang dibuat oleh kelompok lain," imbuh dia.
Â
(Rizki Putra Aslendra)
Advertisement