Bendungan Raknamo Menjawab Harapan Warga NTT akan Air

Presiden Jokowi telah membangun tujuh bendungan raksasa di Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satunya bendungan Raknamo yang terletak di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT.

oleh Liputan6.com pada 28 Nov 2019, 10:28 WIB
Diperbarui 28 Nov 2019, 11:17 WIB
Bendungan Raknamo Menjawab Harapan Warga NTT akan Air
Pembangunan bendungan di NTT merupakan salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. (Foto:@PUPR SDA)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi telah membangun tujuh bendungan raksasa di Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satunya bendungan Raknamo yang terletak di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT.

Pembangunan bendungan di NTT merupakan salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.

PPK Bendungan I Satuan Kerja Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Davianto Franky Welkis mengatakan, bendungan Raknamo yang selesai dibangun pada tahun 2017 ini merupakan bendungan pertama yang dibangun dalam masa pemerintahan Jokowi-JK.

Pembangunan bendungan selesai dikerjakan setahun lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Meski demikian, bendungan yang dibangun pada tahun 2014 ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Namun, tetap melayani permintaan masyarakat akan kebutuhan irigasi, sawah, dan air baku dalam kapasitas yang terbatas.

"Jika sesuai dengan rencana, maka kebutuhan layanan untuk irigasi kurang lebih 1.250 hektar dimana jaringan irigasinya sudah mulai dibangun sejak tahun 2017. Begitu pula dengan kebutuhan air baku yang rencananya akan digelontorkan sebesar 100 liter per detik untuk melayani wilayah kota/kabupaten Kupang," ujarnya, Jumat (22/11/2019).

Bendungan Raknamo menelan biaya pembangunan sebesar Rp760 Milyar dan mulai digenangi air pada 9 Januari 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Selama masa penggenangan, secara periodik dilakukan pengamatan terhadap perilaku bendungan dan area sekitar bendungan yang berpengaruh terhadap keamanan bendungan.

Selama masa penggenangan tersebut, air sudah dimanfaatkan untuk layanan irigasi pada DI Nunsono yang kurang lebih 36 ha terletak tidak jauh dari hilir bendungan. Pemanfaatan tersebut menggunakan Jaringan irigasi Raknamo yang telah dibangun dengan panjang saluran terbangun kurang lebih 19,7 km oleh Satker NVT PJPA BWS NT II. Selain itu, untuk keperluan air baku, layanan diberikan kepada masyarakat di sekitar Desa Raknamo melalui HU yang dibangun oleh Satker ATAB BWS NT II dengan skala yang terbatas.

Ia mengatakan, manfaat lain dari bendungan tersebut adalah reduksi banjir, karena di tahun-tahun sebelumnya area pusat pemerintahan Kabupaten Kupang sering terjadi banjir, sehingga bendungan tersebut dapat menanggulangi sebagian banjir atau genangan di area tersebut.

Ketidakoptimalan pemanfaatan bendungan Raknamo, kata dia, juga dilihat dari faktor alam di NTT.

"Secara keilmuan sudah kita perhitungkan, namun kondisi alam tidak bisa kita prediksi dan tentukan. Sehingga dalam musim penghujan 2 kali periode tahun 2018 bulan Januari sampai dengan tahun 2019 awal itu baru terisi kurang lebih 10 juta 800 meter kubik dari rencana tampungan itu kurang lebih 14 juta kubik. Kurang lebih kalau liat dari kondisi spillwaynya masih kurang lebih 2 meter baru bisa airnya melimpas," ungkapnya.

Ketahanan Air dan Pangan

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dr. Ir. Hari Suprayogi, M.Eng menyempatkan diri untuk meninjau proses pembangunan bendungan Manikin yang terletak di Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Hari mengatakan, tujuan dibangunnya bendungan di Nusa Tenggara Timur adalah dalam rangka ketahanan air untuk mendukung ketahanan pangan. Hal tersebut tentunya terlihat dari 65 bendungan yang dibangun di masa pemerintahan Jokowi-JK, terdapat 7 bendungannya di NTT.

Daerah timur khususnya Nusa Tenggara Timur merupakan daerah semi arid atau kering sehingga membutuhkan banyak tampungan-tampungan air. Hal itu juga berkaitan dengan curah hujan yang rendah di NTT, dimana hanya sekitar 1200 mm hujan per tahun atau hanya 3-4 bulan saja musim penghujannya.

Tampungan-tampungan air yang ada harus cukup besar untuk menampung air pada musim hujan sehingga bisa digunakan ketika musim hujan selesai.

“Sebelum musim hujan datang seperti ini bendungan bisa menampung kurang lebih dua 25 juta meter kubik air. Saya kira sangat efisien dan efektif sekali untuk air baku,” tandasnya.

Selain bendungan Raknamo yang telah selesai dikerjakan, tiga bendungan sedang dalam proses pembangunan, dan tiga lainnya masih dalam tahap rencana. Tiga bendungan on going tersebut adalah bendungan Manikin, bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan bendungan Napunggete di Kabupaten Sikka.

Sedangkan bendungan yang sedang dalam proses perencanaan adalah bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo dan bendungan Welikis di Kabupaten Belu. Bendungan Manikin sendiri diperkirakan cukup siginifikan untuk irigasi dan air baku bagi Kota Kupang karena ada potensi sebesar 700 liter per detik. 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya