HEADLINE: Ular Kobra Teror Permukiman Warga di Beberapa Daerah, Fenomena Apa?

Sebanyak 31 anak kobra telah ditemukan di perumahan Royal Citayam. Hingga kini, warga masih mencari keberadaan induk kobra.

oleh Nafiysul QodarAdy AnugrahadiIka Defianti diperbarui 10 Des 2019, 00:01 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 00:01 WIB
Ilustrasi ular kobra
Ilustrasi kobra (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Warga perumahan Royal Citayam Residence, Dusun Susukan, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat digegerkan dengan penemuan puluhan ekor anak kobra. Teror ular berbisa itu masih terus menghantui warga lantaran induk kobra hingga kini belum ditemukan.

Citayam, Bogor bukan satu-satunya perumahan yang diteror ular kobra. Beberapa hari terakhir, teror kobra juga menggegerkan warga di Kabupaten Jember, Jawa Timur dan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

Bahkan di Gunungkidul, fenomena teror kobra di permukiman warga telah berlangsung sejak empat tahun terakhir. 

Ahli herpetologi (ilmu tentang binatang reptil dan amfibi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengatakan, fenomena ular kobra ditemukan di permukiman merupakan hal yang wajar. Apalagi hal itu terjadi di awal musim hujan.

"Ini lagi musim ular kobra menetas, jadi wajar. Kan yang ditemukan anakan semua kan. Tahun lalu pun sama, fenomena ini memang musim ular-ular menetas, enggak cuma kobra, (ular) yang lain pun sama," ujar Amir kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Amir menjelaskan, ular memilih melahirkan di awal musim hujan agar bisa survive membesarkan anak-anaknya. "Sehingga kebutuhan makanan cukup, kemudian untuk mendukung survive dia, makanya menetasnya di bulan-bulan seperti ini," katanya.

Kobra kerap ditemukan di permukiman warga lantaran habitatnya mulai terancam. Selain itu, banyaknya tikus di perumahan memicu ular-ular datang untuk memangsanya.

Dia pun meminta masyarakat untuk meningkatkan kebersihan di rumah dan sekitarnya. Dia juga meminta masyarakat tidak membuat habitat baru yang bisa dijadikan sarang kobra bertelur, seperti lubang-lubangan, tumpukan sampah, dan tumpukan puing-puing.

"Sepanjang rumah kita bersih, setiap hari dipel dengan wangi-wangian yang menyengat, pasti enggak akan kemasukan ular. Tapi kita harus tahu, bahwa kobra itu ada di sekitar kita. Kobra kan lebih dulu daripada kita," ucap Amir.

Lebih lanjut, Amir menuturkan, rata-rata satu induk kobra bisa menghasilkan 10 hingga 20 butir telur. Dari angka itu, potensi telur kobra menetas dan hidup sebesar 40 hingga 50 persen jika di alam bebas, dan 70 hingga 80 persen jika ada di penangkaran.

Karena itu, Amir menduga puluhan ekor anakan kobra yang ditemukan di perumahan Royal Citayam Residence, Bogor diduga kuat berasal dari dua induk atau lebih.

Hingga saat ini, induk kobra di perumahan tersebut belum juga ditemukan. Amir menduga, induk kobra tersebut sudah tidak ada lagi di kawasan permukiman. Sebab, ular biasanya meninggalkan telurnya begitu saja.

"Jadi bukan kayak ayam yang dijagain sama induknya, kobra hanya meletakkan telur di tempat yang (dianggap) paling aman, di mana telur itu bisa menetas," katanya.

Apalagi proses penetasan telur kobra membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan. Sehingga diperkirakan induk-induk kobra di perumahan tersebut sudah pergi sekitar September atau Oktober lalu.

Kobra tetap berbahaya meski masih kecil. Amir menyebut, bayi kobra sudah mengandung bisa yang mematikan sejak menetas dari telurnya. Meski begitu, bahaya kobra masih bisa diprediksi.

"Kobra ini kelakuannya juga sangat jelas. Kalau mau gigit, tudungnya dinaikkan, jadi manusia lebih aware gitu dibanding ular tanah yang warna sama seperti tanah, banyak manusia kegigit karena enggak lihat. Jadi jangan khawatir berlebihan, kalau udah ketemu anakan segitu ya sudah evakuasi, jauhkan dari permukiman," terang Amir.

Infografis Teror Ular Kobra. (Liputan6.com/Abdillah)

Hal senada juga disampaikan Ketua Taman Belajar Ular (Tabu) Indonesia, Erwandi Supriadi. Hanya saja menurut dia, penetasan telur kobra tak bergantung pada awal musim hujan.

"Itu sudah biasa, fenomena tahunan. Saya sudah mengamati sejak enam tahun lalu, setiap bulan November, Desember, Januari pasti baby cobra itu menetas," ujar pria yang akrab disapa Elang itu kepada Liputan6.com, Senin (9/12/2019).

Kobra juga akan mencari tempat yang kering untuk menetaskan telurnya. Sebab jika terkena air, telur kobra yang membutuhkan waktu pengeraman sekitar tiga bulan itu akan jamuran dan gagal menetas.

Dia menjelaskan, induk kobra akan meninggalkan sarangnya setelah mengeluarkan telur. Induk kobra juga kemungkinan besar tidak akan kembali ke sarangnya.

"Karena ular itu tidak seperti ayam yang dierami sampai menetas. Dan ular juga tidak bisa kembali ke tempat asalnya, karena penglihatannya kan sangat buruk," kata Elang.

Elang mengimbau masyarakat yang menemukan kobra untuk tetap tenang. Dia menjelaskan, pada dasarnya ular itu menghindari manusia. Ular tidak akan melakukan perlawanan selama tidak terancam.

Meski begitu, masyarakat tetap diminta berhati-hati dan waspada. Sebab, bayi kobra sekalipun telah memiliki bisa yang mematikan.

Elang membagikan tips pertolongan pertama pada korban gigitan kobra. Langkah pertama yang harus dilakukan yakni tidak panik. Hal itu berlaku bagi korban maupun penolong.

"Karena kalau si korban panik, itu peredaran darah itu sangat cepat. Bisa akan mudah tersebar. Penolong juga kalau panik tidak akan bisa apa-apa," ucapnya.

Langkah selanjutnya yakni mengikat atau membebat di atas luka menggunakan ikat pinggang atau kain, tapi jangan terlalu kencang. Fungsinya yakni untuk menghambat penyebaran bisa hingga mendapatkan penanganan medis di rumah sakit.

"Bagian tubuh yang terkena gigitan juga jangan banyak bergerak, sehingga bisa ular tidak mudah tersebar ke seluruh tubuh. Bila perlu digips seperti patah tulang, biar tidak banyak gerak," kata Elang.

Elang yang pernah mengevakuasi kobra di rumah salah satu presiden RI pada akhir 2018 lalu itu menuturkan, korban gigitan kobra umumnya akan merasakan panas di bagian yang digigit. Juga terdapat bekas dua taring kobra.

Selain itu, bagian yang digigit kobra akan kebas dari apapun. Bahkan, menurut dia, bagian tersebut tidak akan terasa jika ditusuk jarum atau disiram air panas.

Dia mengimbau, korban gigitan kobra agar banyak mengonsumsi air putih. Sebab, korban gigitan ular berbisa akan mengalami dehidrasi yang hebat.

"Ditambah minum susu atau madu juga baik, itu supaya imun atau antibodinya kuat untuk melawan bisa ular. Kalau dikasih minum susu kemudian muntah, itu tidak apa-apa. Itu namanya reaksi," ujar Elang.

Elang bersama komunitas Tabu Indonesia siap memberikan bantuan terhadap warga untuk mengevakuasi kobra atau jenis ular lainnya dari tempat tinggal mereka. Elang bisa dihubungi di nomor pribadinya, 087776234960.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kronologi Teror Kobra di Citayam

Puluhan ular kobra mengusik warga Citayam.
Puluhan ular kobra mengusik warga Citayam. (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Teror kobra di kompleks perumahan Royal Citayam Residence itu bermula saat warga melaporkan adanya anak ular di teras rumahnya pada Selasa 3 Desember 2019 lalu. Rupanya bukan satu warga saja yang melihat anak kobra di sekitar rumahnya.

"Dalam satu hari itu, pada sore dan malam ditemukan kembali di rumah berbeda," ujar Ketua Pagayuban Warga Perumahan Royal Citayam Residence, Hari Cahyo kepada Liputan6.com, Senin (9/12/2019).

Hampir setiap hari setelah itu, laporan warga yang mengaku menemukan anak ular kobra di sekitar permukiman terus berdatangan. Bukan hanya di halaman rumah warga, anak kobra juga ditemukan di teras musala tempat anak-anak mengaji.

"Hari ketiga muncul lagi laporan ada anak ular kobra di teras musala. Ada tiga, yang mana pada saat itu ada anak TPA (taman pendidikan Alquran) mau belajar sehingga diliburkan," tuturnya.

Teror ular kobra ini membuat warga ketakutan. Mereka khawatir anakan ular kobra yang diperkirakan berusia 2 bulan ini akan menyerang anak-anak ketika sedang bermain atau belajar.

Sejak ular berbisa itu meneror perumahan, kegiatan belajar membaca Alquran di musala pun diliburkan sementara. Karena itu, warga berinisiatif memburu kobra dengan melibatkan petugas pedamam kebakaran dan pawang ular.

Hingga berita ini ditulis, total sudah ada 31 ekor anak ular kobra yang berhasil ditangkap. Puluhan anak kobra itu ditemukan di sekitar musala kompleks perumahan Royal Citayam Residence. Anak kobra yang masih hidup sebagian dibawa tim Damkar Cibinong dan sebagian dibawa komunitas pecinta reptil.

"Ditemukan di (kompleks) Royal saja, di seputaran radius musala. (Ularnya) diperkirakan berusia dua bulan dengan panjang sekitar 20 centimeter," tutur Hari.

Hingga saat ini, perburuan terus dilakukan. Apalagi induk ular kobra yang diperkirakan lebih dari dua ekor belum berhasil ditemukan. Komunitas reptil dan pawang ular juga dilibatkan sekaligus untuk memberikan edukasi kepada warga setempat.

Menurut Hari, bukan kali ini saja kompleks perumahannya diteror ular. Dia menjelaskan, perumahan Royal Citayam Residence ini dulunya merupakan lahan perkebunan. Di sebelah utara dan timur perumahan juga terdapat kebun yang tak terurus.

"Sebelumnya ditempati ada ular kobra satu, ular sawah, ular air, cuma enggak sebanyak sekarang 31, dulu dapat satu," tutur pria yang mengaku sudah tinggal di Royal Citayam Residence sejak 2011 itu.

Teror Kobra di Daerah Lain

Prajurit Kopassus
Prajurit Kopassus mendekati ular kobra saat atraksi menjinakan satwa reptil itu pada Upacara Penyerahan Satuan di Lapangan Mako Kopassus, Jakarta, Jumat (23/3). Satuan Kopassus resmi dipimpin Mayjen TNI Eko Margyono. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Bukan kali ini saja warga dihebohkan dengan penemuan kobra di perumahan. Teror kobra juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia belum lama ini, salah satunya di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Warga perumahan Tegalbesar Permai 1 Jember, Jawa Timur dihebohkan dengan penemuan puluhan ekor anak ular kobra di rumah mereka. Warga yang ketakutan kemudian melaporkannya ke petugas pemadam kebakaran dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Teror puluhan ular kobra tersebut meresahkan warga karena masuk ke dalam kamar mandi, kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur yang sudah berjalan hampir sepekan. Bahkan sebagian warga terpaksa membunuh ular kobra yang mencoba masuk ke rumah mereka.

"Warga menemukan sisa telur ular yang pecah di selokan dan ada bekas kulit ular, sehingga ada kemungkinan induk ular itu berkembang biak di salah satu tempat di perumahan," kata Sri, salah seorang warga di Perumahan Tegalbesar Permai 1 Jember, Jumat 29 November 2019.

Seperti dilansir Antara, Sri bersama warga lainnya menemukan induk ular kobra sepanjang sekitar dua meter di rumahnya. Sementara telur-telur kobra yang sudah menetas ditemukan agak jauh dari rumahnya, sehingga anak-anak kobra berkeliaran di perumahan.

Sebagian ular kobra yang ditangkap terpaksa dibunuh karena dinilai membahayakan keselamatan warga setempat, namun ada juga yang dilepas ke areal persawahan di sekitar perumahan.

Informasi yang dihimpun di lapangan, sebanyak 30 ekor ular kobra berhasil ditangkap warga dan petugas di kawasan perumahan tersebut. Namun warga masih tetap siaga pada malam hari untuk mengantisipasi adanya ular kobra yang masih berkeliaran dan masuk ke rumah.

Teror kobra juga meresahkan warga Dusun Kepek I, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Belasan anak kobra ditemukan berkeliaran di pekarangan hingga dalam rumah warga.

Kepala Dusun Kepek I, Sukirno mengatakan, kemunculan anakan ular kobra ini tidak hanya terjadi kali ini saja. Sejak empat tahun belakangan, fenomena kemunculan anakan ular kobra berukuran sekitar 30 centimeter ini selalu terjadi setiap tahun.

"Biasanya datang tiap bulan November sampai Desember awal. Ular sudah ada sejak 2016 kita anggap seperti biasa. Lalu tahun 2017 berlanjut bahkan waktu itu menangkap 32 ekor anakan kobra. Tahun 2018 ditangkap 17 ekor anakan kobra. Empat hari terakhir sudah ditemukan 11 ekor anakan kobra," ujar Sukirno, Rabu 4 Desember 2019.

Sukirno menerangkan sejumlah cara telah dilakukan untuk menangani masalah ular kobra tersebut, termasuk memanggil pawang ular. Tak hanya itu, bantuan paranormal pun disebut Sukirno pernah dilakukan demi mengusir anakan ular kobra dari wilayahnya.

Sukirno mengungkapkan sejak awal kemunculannya di tahun 2016 hingga saat ini, pihaknya belum pernah menemukan indukan ular kobra. Teror tersebut sangat meresahkan warga, karena anakan kobra kerap dijumpai bersembunyi di dalam rumah.

Oktober lalu, warga Perumahan Bumi Karadenan, Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat digegerkan dengan penemuan puluhan butir telur ular kobra. 

Telur-telur itu ditemukan di sebuah bangunan yang tengah direnovasi. Tim rescue dari pemadam kebakaran setempat langsung mengevakuasi puluhan butir telor itu setelah mendapat laporan dari pemilik rumah.

Peristiwa bermula saat pemilik rumah melihat seekor kobra melintas di dekat rumahnya pada Selasa 8 Oktober 2019 pagi. Dia kemudian melaporkan hal itu ke petugas pemadam kebakaran.

Saat dicari, petugas justru menemukan puluhan butir telur kobra di sebuah lubang tanah di dalam rumah yang sedang direnovasi. Seharian petugas mencari induk kobra, namun tak ketemu. Puluhan butir telur itu kemudian dibawa pergi petugas pemadam kebakaran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya