Liputan6.com, Jakarta - Apa perbedaan antara King Kobra dan kobra? Siapa yang lebih besar dan berbahaya? Di mana mereka ditemukan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab dalam artikel ini yang membahas perbedaan signifikan antara dua spesies ular berbisa ini.
King Kobra (Ophiophagus hannah) dan kobra sejati (genus Naja), seperti Kobra Jawa (Naja sputatrix) dan Kobra Sumatra (Naja sumatrana), seringkali disamakan karena namanya. Namun, keduanya merupakan spesies yang berbeda secara genetik, ditandai dengan perbedaan ukuran, perilaku, dan habitat.
Perbedaan ini penting diketahui untuk memahami bahaya yang ditimbulkan oleh masing-masing spesies dan bagaimana cara terbaik untuk menghindari konflik dengan mereka. Baik King Kobra maupun kobra merupakan ular yang sangat berbisa dan berbahaya bagi manusia, sehingga pengetahuan tentang perbedaan mereka sangat krusial.
Advertisement
Ukuran dan Persebaran: Raksasa vs Lokal
Perbedaan paling mencolok antara King Kobra dan kobra adalah ukurannya. King Kobra adalah ular berbisa terpanjang di dunia, dengan panjang mencapai 5-6 meter. Bandingkan dengan Kobra Jawa yang panjangnya maksimal sekitar 1,8 meter, dan Kobra Sumatra yang sedikit lebih pendek. Perbedaan ukuran ini sangat signifikan.
Persebaran geografisnya pun berbeda. King Kobra tersebar luas di India hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sementara itu, Kobra Jawa ditemukan di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores, sedangkan Kobra Sumatra menghuni Sumatra, Kalimantan, dan Bangka. Habitat mereka juga beragam, dari hutan hingga lahan basah.
King Kobra memiliki kemampuan adaptasi yang lebih luas dibandingkan dengan kobra lokal. Hal ini terlihat dari persebaran geografisnya yang jauh lebih luas.
Advertisement
Kemampuan Menyemburkan Bisa dan Perilaku Reproduksi
Kobra, terutama Naja sputatrix dan Naja sumatrana, memiliki kemampuan unik untuk menyemburkan bisa hingga beberapa meter sebagai mekanisme pertahanan. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh King Kobra.
Dalam hal reproduksi, King Kobra menunjukkan perilaku yang unik. Betina membuat sarang dari dedaunan untuk menyimpan telurnya, yang berjumlah sekitar 21-40 butir. Perilaku ini jarang ditemukan pada jenis ular lainnya.
Perbedaan perilaku reproduksi ini menunjukkan perbedaan strategi bertahan hidup dan adaptasi antara kedua spesies ular tersebut.
Jenis Bisa dan Efeknya: Neurotoksin yang Mematikan
Baik King Kobra maupun kobra memiliki bisa yang sangat beracun dan mematikan. Namun, bisa King Kobra bersifat neurotoksin, yang menyerang sistem saraf dan pernapasan. Indonesia, sayangnya, belum memiliki antibisa khusus untuk King Kobra.
Menariknya, Kobra Jawa memiliki kadar bisa yang lebih tinggi dibandingkan King Kobra, dan mampu melumpuhkan mangsanya dalam waktu 10-15 menit. Meskipun demikian, keduanya tetap sangat berbahaya bagi manusia.
Perbedaan jenis bisa dan efeknya ini menjadi faktor penting dalam menentukan penanganan gigitan ular yang tepat.
Advertisement
Perilaku dan Diet: Kanibal yang Kuat
Baik King Kobra dan kobra akan mengangkat kepala dan mengembangkan tudungnya saat merasa terancam. Namun, King Kobra dapat mengangkat sepertiga tubuhnya, menunjukkan postur yang lebih agresif dan menakutkan.
King Kobra dikenal sebagai kanibal, memakan ular lain, termasuk kobra. Hal ini menunjukkan posisi King Kobra di puncak rantai makanan di habitatnya.
Perbedaan perilaku dan diet ini mencerminkan perbedaan peran ekologis kedua spesies ular tersebut.
Meskipun sering dianggap sama, King Kobra dan kobra merupakan spesies ular yang berbeda secara signifikan. Perbedaan ini meliputi genus, ukuran, kemampuan menyemburkan bisa, persebaran geografis, perilaku reproduksi, jenis bisa, dan diet. Keduanya sangat berbahaya dan memerlukan kewaspadaan ekstra saat berada di habitatnya.
Disclaimer: Artikel ini dibuat menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
