Ahmad Supandi: Budayawan Betawi dan Pendiri Orkes Gambus

Gambus pernah menjadi hiburan populer untuk menghibur masyarakat di pesta-pesta perkawinan.

oleh Liputan Enam diperbarui 10 Des 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 10:00 WIB
Supandi Gazali, pendiri Gambus Arrominia
Salah satu pendiri orkes gambus merupakan salah satu tokoh budayawan Betawi, yakni Ahmad Supandi.

Liputan6.com, Jakarta Gambus , yang mendapat julukan musik berirama padang pasir, pernah sangat bergengsi pada tahun 1940-an di Batavia. Bagi warga Jakarta kala itu, gambus merupakan sajian yang hampir tidak pernah ketinggalan untuk menghibur masyarakat di pesta–pesta perkawinan.

Selain itu, musik gambus juga mewarnai acara khitanan dan kegiatan keagamaan. Gambus bukan hanya main di tempat-tempat kediaman warga keturunan Arab, negeri tempat kesenian ini berasal, tapi juga telah merambah ke rumah-rumah penduduk Betawi.

 

Salah satu pendiri orkes gambus merupakan salah satu tokoh budayawan Betawi, yakni Ahmad Supandi. Ia membentuk orkes gambus bernama Arrominiah, terbentuk pada 11 Maret 1993.

Sanggar Orkes Gambus Arrominiah bertempat di Jalan Mampang Prapatan 15 RT 07/RW 05 Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Adapun sejarah singkat dibentuknya orkes itu karena banyak musikus yang berpotensi, tapi tidak ada salurannya untuk bermain musik.

Kemudian Supandi mengumpulkan para musikus berkompeten tersebut dan terbentuklah Orkes Gambus Arrominiah.

“Dikarenakan kualitas pemusik itu bagus-bagus, penampungannya ada tapi enggak maksimal. Kemudian kita buatlah dengan promosi maksimal dan latihan yang terbaik, sampai akhirnya dikenal oleh banyak orang,” terang Supandi di Lembaga Kebudayaan Betawi, Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta Selatan (09/12).

Tidak hanya itu, Orkes Arrominiah sudah tampil di berapa puluh negara, di antaranya ke Belanda, Prancis, Belgia, Mesir, Yaman, Malaysia, dan Brunei.

Saat ada acara besar atau penampilan di televisi Orkes Gambus Arrominiah akan menjadwalkan latihannya, tetapi untuk tampil di acara biasa tidak mengadakan latihan.

“Kita ada jadwal latihan saat acara-acara besar saja, kalau acara-acara biasa, acara kawinan enggak perlu pakai latihan. Tapi kalau acara besar kaya acara TV, kita mau ke luar atau konser besar kita baru latihan.

Ketika orkes tersebut dipanggil ke Timur Tengah atau dipanggil ke luar, biasanya bukan melalui Dinas Kebudayaan maupun pemerintah pusat, tetapi langsung ke orkes gambus tersebut.

“Sejauh ini, kita sudah ada 10 album dan kebanyakan ciptaan sendiri. Baik itu yang berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia. Ada juga beberapa yang kita ambil dari Timur Tengah,” tuturnya.

 

Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya