Jipeng, Seni Perpaduan Tanji dan Topeng

Saat ini, jipeng dipentaskan lebih terbatas hanya di pinggiran Jakarta. Hanya sedikit grup saja yang masih mempertontonkannya.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 16 Apr 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2025, 05:00 WIB
HUT Jakarta ke-497, Tari Topeng Betawi Hibur Pengguna LRT Jabodebek
Selain itu, penampilan tarian juga untuk menghibur para penumpang yang akan mengisi hari libur dengan menikmati Kota Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Jipeng merupakan salah satu pertunjukan seni yang berkembang di tanah Betawi. Bukan sekadar pertunjukan seni biasa, jipeng merupakan cerminan jiwa masyarakat Betawi.

Jipeng memiliki gerakan dan alunan musik yang mencerminkan keramahan, humor, dan semangat gotong royong orang Betawi. Kesenian yang memadukan tanji dan topeng Betawi ini lahir berkat inovasi di tengah kebosanan masyarakat Betawi, khususnya terhadap pertunjukan tanjidor.

Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, tanjidor umumnya dimainkan sebagai salah satu instrumen musik dalam berbagai acara, mulai dari pernikahan hingga khitanan. Tanjidor di masa dahulu cukup eksis sebelum akhirnya muncul inovasi jipeng.

Kesenian jipeng menghadirkan pertunjukan permainan musik, tarian, nyanyian, serta perpaduan gerak dan teater yang kerap mengundang lawakan. Pagelaran kesenian ini juga berbeda dengan pagelaran topeng karena lahir dari perpaduan berbagai kesenian.

Perbedaan kesenian ini terlihat pada awal pertunjukan dan kostum. Terkait kostum, pemain jipeng mengenakan kostum yang tergolong lebih sederhana dibandingkan kesenian topeng. Penari jipeng mengenakan kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang.

Sebagai awal pertunjukan, kesenian jipeng menghadirkan lagu-lagu mars dan was (wals) khas tanjidor. Sementara pada kesenian topeng biasanya diawali dengan lagu arang-arangan atau enjot-enjotan.

Dalam pertunjukannya, tema dan cerita yang dibawakan jipeng sebenarnya tidak banyak berbeda dengan topeng. Kesenian jipeng mengambil tema cerita tentang keagamaan atau petuah.

Beberapa aspek dalam jipeng juga memiliki makna yang berkaitan dengan karakter orang Betawi. Penari jipeng menampilkan gerakan yang cenderung mengalir dan lembut. Gerakan-gerakan itu menggambarkan keramahan dan keluwesan orang Betawi dalam berinteraksi.

Mereka juga menampilkan ekspresi wajah ceria, jenaka, dan penuh makna yang mencerminkan karakter orang Betawi yang terbuka. Sementara itu, perpaduan gerakan cepat-lambat serta halus-tegas pada jipeng menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi orang Betawi.

Sesuai namanya, musik pengiring jipeng didominasi oleh alat musik tradisional, salah satunya tanjidor. Alat musik ini mampu menciptakan suasana yang ceria dan meriah. Hal ini mencerminkan semangat hidup orang Betawi.

Lagu-lagu yang dimainkan selama pementasan jipeng pun seringkali memiliki melodi yang sederhana tetapi mudah diingat. Lirik lagunya seringkali mengandung pesan moral, humor, sekaligus sindiran sosial yang mencerminkan kepintaran dan kejenakaan orang Betawi.

Jipeng kerap dipentaskan pada malam hari. Sementara pada siang hari, biasanya tanjidor akan lebih dulu diarak keliling kampung.

Jipeng mengalami masa puncak di era 1970-an dan 1980-an. Pada masa itu, jipeng sering ditampilkan dalam berbagai acara dan perayaan tradisional masyarakat Betawi.

Saat ini, jipeng dipentaskan lebih terbatas hanya di pinggiran Jakarta. Hanya sedikit grup saja yang masih mempertontonkannya.

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya