BPPT: Teknologi Modifikasi Cuaca Tak Mampu Jangkau Awan Hujan Malam Hari

Tim Teknologi Modifikasi Cuaca Jabodetabek selama ini hanya bisa melakukan penyemaian pada awan-awan yang tumbuh pada pagi hingga siang menjelang sore.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 11:30 WIB
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Anggota TNI AU memasang tabung penampung garam di dalam pesawat CN-295 selama perasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) mengungkap Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tak mampu menjangkau awan-awan hujan di malam hingga dini hari yang muncul akibat terpengaruh Siklon Ferdinand dan Esther.

Kepala BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto di Jakarta, Rabu (26/2/2020) mengatakan, tim TMC Jabodetabek selama ini hanya bisa melakukan penyemaian pada awan-awan yang tumbuh pada pagi hingga siang menjelang sore. Demikian dilansir Antara.

Sebelumnya ia mengatakan, Siklon Ferdinand dan Esther berkontribusi terjadinya fenomena ini. Akibatnya hujan kerap terjadi pada malam hingga dini hari atau dikenal sebagai fenomena Nighttime-Morning Precipitation.

Menurut Seto, pertimbangan keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama sehingga penyemaian awan hanya dilakukan pada saat kondisi visual yang memadai, yaitu rentang waktu setelah terbit matahari hingga menjelang terbenam matahari.

"Mudah-mudahan ke depan, kami berharap armada TMC direvitalisasi agar mampu beroperasi pada malam hari," ujar dia.

Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko Teknologi Modifikasi Cuaca Halim Perdanakusuma Dwipa W Soehoed mengatakan, dalam pelaksanaan TMC, penerbangan dapat mencapai hingga ke Barat dan Barat Laut Jabodetabek (70-90 Nm bahkan >100 Nm) untuk menjatuhkan awan hujan di lokasi tersebut.

"Tujuannya potensi pertumbuhan awan yang menuju ke Jabodetabek dihujankan terlebih dulu," ujar dia.

Tim Teknologi Modifikasi Cuaca juga memantau dari data gradient wind, selain terjadi peningkatan masa udara basah juga tampak massa udara masuk dari perairan pasifik yang kemudian terjadi perlambatan karena pertemuan massa udara dari perairan Samudera Hindia.

"Tim kembali meningkatkan pengamatan cuaca secara intensif pertumbuhan dan pergerakan awan yang akan masuk ke wilayah Jabodetabek. Awan-awan yang bergerak ke arah wilayah Jabodetabek segera disemai agar jatuh menjadi hujan sebelum masuk wilayah Jabodetabek, ujar Dwipa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sejak 3 Januari

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Petugas dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu personel TNI Angkatan Udara memasukkan konsol atau tabung penampung garam sebelum operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca yang dilakukan oleh BPPT bekerja sama dengan BNPB, TNI-AU dan BMKG dilaksanakan sejak 3 Januari lalu.

Hingga Senin 24 Februari 2020, pelaksanaan TMC telah dilakukan sebanyak 127 sorti dengan total jam terbang lebih dari 274 jam dan total bahan semai yang digunakan lebih dari 205 ton, dengan ketinggian penyemaian sekitar 9.000-12.000 kaki.

Operasi TMC dilakukan untuk penanggulangan banjir di wilayah Jabodetabek dengan cara mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek. Pada misi itu operasi ditujukan untuk meredistribusi dan mengurangi potensi curah hujan di wilayah Jabodetabek.

Penerbangan penyemaian dilakukan pada awan-awan potensial hujan di wilayah Kepulauan Seribu, sepanjang Selat Sunda, Ujung Kulon dan sekitarnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya