Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Revolusi Reza menilai isu kesetaraan gender dinilai belum mendapat perhatian dari perusahaan media.
Dia menyebut berdasarkan laporan The International Women's Media Foundation (The IWMF) dalam laporan Global Report on the Status of Women in the News Media pada 2011, hanya 33,3 persen jurnalis perempuan yang bekerja penuh di 522 perusahaan.
Baca Juga
"Posisi sebagai news gathering, reporter dan penulis (editor), juga masih didominasi laki-laki (64 persen). Sementara perempuan hanya mencapai 36 persen," kata Reza di Jakarta, Minggu (8/3/2020).
Advertisement
Dia menjelaskan untuk Indonesia kesenjangan tersebut masih ditambah dengan perbedaan fasilitas yang diterima, terutama dalam fasilitas kesehatan. Yakni, untuk pekerja perempuan di media sering kali diberikan status single.
"Sehingga saat memiliki anak, ia tak berhak mendapatkan asuransi untuk anak-anaknya," ucapnya.
Ketua Divisi Gender, Anak, dan Kelompok Marjinal AJI Endah Lismartini menyatakan ada Indeks Pemberdayaan Gender Badan Pusat Statistik (BPS) penempatan perempuan sebagai tenaga profesional di Indonesia pada tahun 2019 masih cukup rendah.
Angka terendah kata dia yakni Papua sebesar 35,7 persen dan tertinggi di Sumatera Barat 55,4 persen. Sedangkan di DKI Jakarta pemberdayaan perempuan berada pada angka 47,3 persen.
"Angka ini baru berbicara soal kesempatan yang diberikan pada perempuan. Belum sampai membicarakan kesenjangan upah, kesempatan jenjang karir yang lebih tinggi, atau fasilitas lain sebagai perempuan," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Indonesia Peringkat 85
Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2020, secara umum kesenjangan gender global berdasarkan jumlah penduduk berada pada posisi 68,6 persen. Artinya masih terdapat 31,4 persen kesenjangan yang menjadi tugas bersama masyarakat global.
"Indonesia berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap. Indikator kesenjangan tersebut terdiri dari empat dimensi, yaitu kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, partisipasi ekonomi, dan pemberdayaan politik," jelasnya.
Sementara itu kata Endah, kondisi di media saat ini terdapat kemajuan, setidaknya 12 perempuan menjadi pemimpin redaksi media mainstream di Jakarta. Namun, kesetaraan gender di media masih perlu terus didorong.
Sebab untuk level yang lebih rendah tidak ada kepastian jenjang karir bagi perempuan. Terutama bagi perempuan yang telah menikah dan memiliki anak.
"Mereka akan ditempatkan pada kanal-kanal lebih soft, seperti lifestyle dan fashion, bukan pada kanal-kanal penting seperti politik," jelasnya.
Advertisement