Mengenal Apa Itu Materrupting, Ketika Perempuan Sering Dipotong Pembicaraannya

Materrupting, istilah yang menggambarkan bagaimana perempuan sering dipotong pembicaraannya oleh laki-laki. Pahami apa itu manterrupting, asal-usulnya, dampaknya, dan cara mengatasinya!

oleh Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 20 Apr 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2025, 11:30 WIB
Ilustrasi debat, diskusi
Ilustrasi debat, diskusi. (Photo created by katemangostar on www.freepik.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu mengalami situasi di mana kamu sedang berbicara, namun tiba-tiba pembicaraanmu dipotong oleh seseorang? Lebih spesifik lagi, pernahkah kamu, sebagai perempuan, dipotong pembicaraannya oleh seorang laki-laki, bahkan ketika pembicaraanmu relevan dan penting?

Jika iya, kamu mungkin pernah mengalami fenomena yang disebut manterrupting. Istilah ini merujuk pada tindakan laki-laki yang memotong pembicaraan perempuan tanpa alasan yang relevan, terkadang bahkan untuk membahas topik yang sama sekali berbeda.

Fenomena ini bukan sekadar interupsi biasa, melainkan bentuk bias gender yang sering terjadi di berbagai lingkungan, mulai dari rapat kantor hingga diskusi publik. Manterrupting, sebuah istilah yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, menjadi sorotan karena menggambarkan ketidaksetaraan gender dalam ruang komunikasi.

Manterrupting bukan hanya soal kesopanan, tetapi juga tentang bagaimana interupsi tersebut dapat membungkam suara perempuan, mengurangi kesempatan mereka untuk berbagi ide, dan pada akhirnya, menghambat kemajuan karier dan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Memahami fenomena manterrupting sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan setara bagi semua.

Artikel ini akan membahas secara mendalam apa itu manterrupting, asal-usul istilah tersebut, data dan temuan penelitian terkait, serta strategi untuk mengatasi manterrupting. Dengan memahami fenomena ini, kita dapat secara aktif berkontribusi dalam menciptakan ruang dialog yang lebih adil dan setara, di mana suara setiap individu, tanpa memandang gender, dihargai dan didengar.

Apa Itu Materrupting?

Etika dalam Debat
Ilustrasi Debat Credit: unsplash.com/Evangeline... Selengkapnya

Materrupting, singkatan dari "man" dan "interrupting", mengacu pada tindakan seorang laki-laki yang memotong pembicaraan seorang perempuan. Ini bukan sekadar interupsi biasa, melainkan sebuah tindakan yang seringkali disengaja atau tidak disengaja, namun tetap merugikan dan menghambat perempuan untuk menyampaikan pendapatnya.

Seringkali, interupsi tersebut tidak relevan dengan topik yang sedang dibicarakan perempuan, atau bahkan mengalihkan pembicaraan ke arah yang berbeda. Hal ini dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam percakapan dan membuat perempuan merasa diremehkan atau diabaikan.

Penelitian oleh Dr. Arin N. Reeves menunjukkan bahwa manterrupting sering terjadi dalam berbagai konteks, termasuk rapat, konferensi telepon, dan diskusi panel. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa laki-laki lebih sering menginterupsi perempuan daripada laki-laki lain, dan interupsi tersebut seringkali bersifat intrusive, yaitu menghentikan pembicara secara paksa.

Ini berbeda dengan interupsi yang bersifat affiliative, yang menunjukkan antusiasme atau kesepakatan. Manterrupting seringkali dikaitkan dengan fenomena lain seperti mansplaining (laki-laki menjelaskan sesuatu yang sudah diketahui perempuan) dan bropropriation (laki-laki mengambil ide perempuan dan mengakuinya sebagai miliknya sendiri).

Manterrupting tidak hanya terjadi di lingkungan profesional. Fenomena ini juga dapat terjadi di rumah, sekolah, atau bahkan di ruang publik. Dampaknya dapat sangat luas, mulai dari membuat perempuan merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri hingga menghambat partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu manterrupting dan bagaimana cara mengatasinya.

Asal Usul Materrupting

tips debat
tips debat ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Meskipun istilah "manterrupting" baru populer belakangan ini, fenomena yang diwakilinya telah lama ada. Istilah ini pertama kali digunakan oleh kolumnis Time, Jessica Bennett, pada tahun 2015. Bennett menggunakan istilah ini untuk menggambarkan tindakan Kanye West yang memotong pidato penerimaan penghargaan Taylor Swift di MTV Video Music Awards pada 2009 silam. Kejadian ini menjadi viral dan menyoroti betapa seringnya perempuan dipotong pembicaraannya oleh laki-laki.

Namun, akar dari fenomena manterrupting sebenarnya jauh lebih dalam. Sejak tahun 1970-an, berbagai penelitian telah menunjukkan perbedaan gender dalam pola interupsi dalam percakapan.

Studi-studi ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih sering menginterupsi perempuan daripada sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa manterrupting bukanlah fenomena baru, melainkan sebuah pola perilaku yang telah berlangsung lama dan tertanam dalam budaya.

Kemunculan istilah manterrupting juga diiringi dengan munculnya istilah-istilah lain yang terkait, seperti mansplaining dan bropropriation. Istilah-istilah ini menggambarkan berbagai bentuk bias gender dalam komunikasi yang sering dialami perempuan. Dengan adanya istilah-istilah ini, perempuan memiliki cara untuk menamai dan menjelaskan pengalaman mereka, serta mendorong diskusi dan perubahan dalam budaya.

Data Materrupting

Ilustrasi berdebat, konflik
Ilustrasi berdebat, konflik. (Image by teksomolika on Freepik)... Selengkapnya

Berbagai penelitian telah mengungkap data yang mendukung keberadaan dan dampak manterrupting. Sebuah meta-analisis tahun 1998 dari 43 studi yang membandingkan interupsi laki-laki dan perempuan menemukan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menginterupsi perempuan dengan interupsi intrusif (dengan maksud untuk menegaskan dominasi dalam percakapan).

Semakin besar ukuran grup, semakin sering laki-laki menginterupsi. Studi lain menunjukkan bahwa dokter perempuan lebih dari dua kali lebih mungkin untuk diinterupsi oleh pasien mereka daripada dokter laki-laki.

Studi tahun 2014 oleh Kieran Snyder menemukan bahwa laki-laki menginterupsi dua kali lebih sering daripada perempuan, dan tiga kali lebih mungkin untuk menginterupsi perempuan daripada laki-laki lain. Penelitian Dr. Arin N. Reeves juga menunjukkan persentase signifikan interupsi laki-laki terhadap perempuan dalam berbagai konteks pertemuan.

Cara Menghadapi Materrupting

Debat
Ilustrasi debat. Credit: unsplash.com/Edvin... Selengkapnya
  1. Sadar dan Perhatikan: Mulailah dengan menyadari kapan dan di mana pola ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari kamu. Catat kejadiannya untuk membantu memahami skala masalahnya.
  2. Tingkatkan Keterampilan Mendengarkan dan Empati: Jangan memperparah masalah dengan menginterupsi orang lain. Latih metode tiga detik: diam sejenak sebelum bereaksi. Akui kebutuhanmu untuk berekspresi dan kebutuhan orang lain untuk didengar.
  3. Buat dan Gunakan Agenda Pertemuan: Struktur yang jelas mengurangi interupsi. Tentukan tujuan, pemimpin, dan hasil pertemuan. Agenda, bahkan yang informal, membantu mengurangi interupsi pada sesi brainstorming.
  4. Gunakan Bahasa yang Percaya Diri: Hindari memulai dengan “Saya tidak tahu apakah ini benar, tetapi…” atau meminta izin. Tegaslah: “Saya telah meneliti ini secara ekstensif, dan apa yang saya pelajari adalah…”
  5. Cari Dukungan: Jika ada pelaku berulang, ajak teman yang dipercaya untuk membantu menyadari dan mengatasi masalah ini.
  6. Gunakan Bahasa Tubuh yang Kuat: Letakkan tangan di meja saat duduk dan condong ke depan saat berbicara. Saat berdiri, posisikan kaki selebar bahu dan gunakan gestur tangan jika alami.
  7. Ambil Peran Pemimpin Paduan Suara: Pastikan semua suara didengar. Jika melihat seseorang diinterupsi, katakan, “Saya pikir [nama] akan berbagi sesuatu. [Nama]: Saya ingin mendengar apa yang akan kamu katakan.”
  8. Tegaslah dalam Mengakui Hak Bicaramu: Jika dipotong, katakan dengan sopan namun tegas, “Tolong biarkan saya menyelesaikannya, lalu kamu bisa bicara.”
  9. Gunakan Strategi Amplifikasi: Ulangi saran dari rekan perempuan hingga menjadi fokus perhatian.
  10. Bergiliran Berbicara: Dalam pertemuan, bergiliran berbicara untuk mengurangi interupsi.
  11. Tetapkan Nada, Aturan, dan Ekspektasi di Awal Pertemuan: Cegah interupsi sejak awal.
  12. Perempuan: Tetap Gigih: Jika diinterupsi, teruslah berbicara atau ulangi poinmu hingga suara kamu didengar.
  13. Berbicara Secara Pribadi: Bicara secara pribadi dengan pelaku interupsi untuk membuatnya sadar dan menawarkan bantuan.

Dengan memahami apa itu manterrupting dan menerapkan strategi-strategi di atas, kamu dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja dan komunikasi yang lebih inklusif dan setara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya