Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bogor menggelar rapid test dan tes swab Covid-19 di Stasiun Bojonggede, Senin (11/5/2020) pagi.
Dalam tes massal cepat itu ada satu penumpang kereta rel listrik (KRL) yang dinyatakan reaktif positif lewat rapid test.
Baca Juga
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, dari sekitar 100 lebih calon penumpang yang ikut rapid test, satu orang calon penumpang reaktif Covid-19
Advertisement
"Ada satu orang, anak muda hasil rapid test positif (reaktif)," kata Ade Yasin.
Penumpang KRL tersebut langsung diambil spesimen swab di lokasi yang sama, kemudian dipulangkan ke rumahnya untuk menjalani isolasi mandiri selama 14 hari sambil menunggu hasilnya.
"Setelah dilakukan swab terus kita pulangkan untuk isolasi. Jaga-jaga saja sambil menunggu hasil swab keluar," ujar Ade.
Ade Yasin menjelaskan, swab test dan rapid test di Stasiun Bojonggede ini sangat penting dilakukan mengingat resiko penyebaran covid-19 dalam gerbong maupun area stasiun sangat tinggi.
"Tujuan kita untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 penumpang KRL Jakarta-Bogor," ujar Ade Yasin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sulit Diatur
Sebelumnya, Bupati Bogor Ade Yasin menyayangkan masih banyak warga Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang diwajibkan ngantor ke wilayah Jakarta meski dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Temuan itu dia dapati ketika melakukan kunjungan ke stasiun-stasiun kereta rel listrik (KRL) di Kabupaten Bogor pada Senin (20/4/2020) kemarin dan menanyakan langsung ke beberapa penumpang KRL.
"Saya tanya, katanya mau rapat di kantor. Kata saya kenapa, kan bisa pakai aplikasi untuk rapatnya, banyak alasan dari mereka. Jadi intinya masih belum ideal 100 persen penerapan PSBB di Jakarta maupun di Kabupaten Bogor ini," kata Ade Yasin dikutip Antara, Selasa (21/4/2020).
Menurut perempuan yang juga merupakan Ketua DPW PPP Jawa Barat itu, masih didapati sejumlah penumpang yang duduk berdempetan di dalam KRL, meski PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah memberikan pembatas jarak.
"Terus yang berdiri dan duduk berdempetan juga masih banyak. Artinya, memang ketika mereka masuk kereta dan mau jalan, sangat sulit lagi untuk diatur," tuturnya.
Â
Advertisement