Kisah Dokter di Wonogiri yang Tak Bisa Sungkem ke Orangtua karena Tangani Covid-19

Enny pun membagi pengalamannya yang kini tak bisa bersalaman dengan orangtuanya karena menangani pasien Covid-19.

diperbarui 22 Mei 2020, 18:55 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2020, 18:55 WIB
Mengintip Penanganan Pasien Kritis Virus Corona
Dokter memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). China melaporkan 254 kematian baru dan lonjakan kasus virus corona sebanyak 15.152. (Chinatopix Via AP)

Wonogiri - Enny S Sardjono merupakan salah satu dokter spesialis paru di RSUD Wonogiri, Jawa Tengah yang ditugaskan di garis terdepan untuk menangani pasien Covid-19. 

Pergi meninggalkan keluarga dan masuk ke wilayah yang terpapar Covid-19, menjadi hal berat yang harus dilakukan bagi ibu dari tiga anak tersebut. 

Enny pun membagi pengalamannya yang kini tak bisa bersalaman dengan orangtuanya karena menangani pasien Covid-19. Padahal kebiasaan tersebut telah menjadi rutinitasnya sebelum memulai pekerjaan. 

Sebelum pukul 09.00 WIB, Enny mengaku dirinya harus sudah sampai di tempat kerjanya. Dia mesti berangkat lebih awal karena perjalanan dari rumahnya di Solo ke Wonogiri cukup jauh, agar tak terlambat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) maupun positif virus Corona atau Covid-19.

Dia mengaku langkahnya terasa berat setiap kali harus meninggalkan dan melihat kedua orangtuanya telah menunggu kedatangannya di depan rumah. Karena bersalaman, terlebih berpelukan tak mungkin lagi dilakukan. 

"Di awal-awal saya selalu menangis saat berangkat ke RSUD. Pinginnya salim sama orangtua, tapi nggak bisa. Waktu pulang ke rumah pun hanya bisa melihat mereka. Sebentara lagi Lebaran. Kemungkinan saya tak bisa sungkem. Sedih rasanya," ucap Enny ,seperti dilansir dari Solopos, Jumat (22/5/2020). 

Meski berat, hal tersebut harus dilakukan ibu dari tiga anak ini untuk mengantisipasi jika dirinya menjadi carrier atau pembawa virus. Perlu diketahui dokter Enny telah bertugas menangani pasien Covid-19, terhitung sejak Maret 2020.

Semenjak itulah salam dan berpelukan kepada kedua orangtuanya tak lagi dilakukan. 

Momen haru tersebut adalah sebagian kecil yang harus dihadapi dokter Enny. Bersama anak dan suaminya pun, dokter paru di RSUD Wonogiri pun kini harus melakukan protokol kesehatan berupa pshysical distancing atau jaga jarak. 

"Semua untuk njagani kalau-kalau saya sebagai carrier. Meski hasil rapid test saya nonreaktif, tapi semua perlu diantisipasi. Mandi pun saya sehari bisa empat kali. Setiap mau berangkat kerja, mau keluar dari ruang isolasi pasien, setelah keluar dari rumah sakit saya mandi di tempat praktik di Wonogiri, dan saat sampai rumah," imbuh Enny.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kasus Positif Covid-19 Menurun

Dia bersyukur grafik kasus Covid-19 di Wonogiri menurun. Seiring berjalannya waktu satu per satu pasien positif Covid-19 sembuh. Kasus positif pun belum bertambah, pasien PDP pun semakin berkurang.

Kendati demikian, saat ini dia gusar karena gelombang mudik masih saja terus terjadi, terlebih pemerintah sudah mengizinkan transportasi beroperasi lagi.

"Tidak ada jaminan para perantau yang mudik terbebas dari Covid-19. Apalagi, sebelumnya mereka bermukim di wilayah terpapar Covid-19, seperti Jakarta dan sekitarnya," ucap Enny. 

 

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya