Cerita Mereka yang Rayakan Lebaran dengan Cara Baru saat Pandemi Covid-19

Lebaran kali ini berbeda karena saat ini pemerintah tengah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona Covid-19.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 25 Mei 2020, 06:48 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2020, 06:48 WIB
Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Lebaran Idul Fitri yang jatuh pada Minggu, 24 Mei 2020 dirayakan secara berbeda lantaran di tengah pandemi Corona Covid-19.

Hal itu dikarenakan, saat ini pemerintah tengah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona Covid-19. Salah satunya dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Mengingat kondisi tersebut, perayaan Lebaran 2020 ini pun hanya disemarakkan dengan cara virtual.

Misalnya yang dilakukan umat Muslim di Kabupaten Garut, Jawa Barat melakukan silaturahmi virtual Lebaran Idul Fitri dengan menggunakan aplikasi khusus telepon seluler.

Silaturahmi virtual itu dilakukan untuk berkomunikasi dengan keluarga jauhnya di luar kota atau dalam satu kabupaten guna menyemarakkan perayaan Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah di tengah pandemi Covid-19.

"Ya tahun 2020 ini sangat berbeda, biasanya mudik ke Bandung, tapi sekarang silaturahmi di hari Lebarannya dengan video call melalui handphone (HP)," kata Ningrum (33), warga Perumahan Malayu Selaras, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, seperti dilansir Antara, Minggu, 24 Mei 2020.

Berikut cerita dari mereka yang merayakan Lebaran Hari Raya Idul Fitri dengan cara berbeda di tengah pandemi Corona Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Petugas Check Point

Personel Satuan Patroli Jalan Raya (PJR) Cipularang  melaksanakan salat id di kantor secara bergantian pada Lebaran kali ini.(Istimewa)
Personel Satuan Patroli Jalan Raya (PJR) Cipularang melaksanakan salat id di kantor secara bergantian pada Lebaran kali ini.(Istimewa)

Bagaimana rasanya tidak bisa kumpul bersama keluarga, orangtua, istri dan anak saat Lebaran karena harus bertugas?

Adri Bhirawasto tahu pahitnya tak berkumpul bersama keluarga saat Idul Fitri demi bersiaga di check poin di Cipularang agar tak ada pemudik untuk mengurangi penyebaran virus Corona.

Personel Satuan Patroli Jalan Raya (PJR) Cipularang itu dan 28 rekannya, harus melaksanakan salat id di kantor secara bergantian pada Lebaran kali ini.

Namun, polisi berpangkat Ajun Komisaris itu mengatakan, keluarganya memahami akan tugasnya.

"Ya sudah risiko tugas dan keluarga memahami akan itu," kata Kepala Induk PJR Tol Cipularang, AKP Adri Bhirawasto, melalui pesan singkatnya, Minggu, 24 Mei 2020.

Pria yang pernah bertugas sebagai Ka Induk PJR Tol Tangerang-Merak (Tamer) itu bercerita, Lebaran tahun ini, dia bersama personelnya harus lebih bersiaga.

Sebab, selama 24 jam penuh, mereka harus memeriksa setiap kendaraan yang melalui Tol Cipularang sejak Operasi Aman Nusa dan Patuh Kalimaya berlangsung.

Operasi ini terkait dengan kebijakan pemerintah yang melarang mudik untuk mempersempit penyebaran virus Corona.

Menurut Adri, berjaga di check point merupakan bentuk perjuangannya dan rekan-rekan dalam membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Demikian pula dengan warga yang rela tidak mudik. Juga tenaga medis yang berada di garda paling depan dalam menangani pasien terinfeksi virus Corona.

Terlebih, lanjut dia, tak sekali ini dia tidak berkumpul bersama keluarga demi mengemban tugas.

"Tahun ini masa pademi, keluarga tidak mudik. Setiap tahun sayanya selalu di jalanan mengamankan masyarakat yang mudik," ujar Adri.

Meski sama-sama tidak berlebaran bersama keluarga, dia justru ingin memberikan semangat kepada tenaga medis, untuk tetap melayani pasien Corona.

"Kita sama-sama bertugas untuk menghentikan penularan covid-19. Kita harus tetap semangat dan bersama-sama," kata Adri.

 

Warga Binaan Video Call

Ilustrasi penjara (AFP)
Ilustrasi penjara (AFP)

Rumah Tahanan Negara (Rutan) Boyolali menyiapkan tiga unit tambahan perangkat video call untuk warga binaan selama Lebaran Idul Fitri. Waktu pembukaan fasilitas video call juga akan diperpanjang.

Kepala Rutan Boyolali, Agus Imam Taufik, mengatakan selama masa pandemi Covid 19, Rutan Boyolali meniadakan kunjungan langsung. Sebagai gantinya para warga binaan bisa bertemu keluarganya melalui fasilitas video call.

"Untuk Lebaran, kami pun tetap meniadakan kontak langsung (antara warga binan dengan keluarga atau tamu dari luar). Sementara kami gunakan video call. Kaminakan tambah unitnya," kata dia kepada Solopos.com.

Dia mengatakan jika sebelumnya perangkat video call hanya disiapkan tiga unit, pada Lebaran ini akan ditambah tiga unit lagi. Dengan begitu total ada enam unit perangkat video call yang bisa diakses oleh 133 warga binaan.

Sedangkan untuk waktu yang bisa dimanfaatkan untuk mengakses fasilitas video call juga akan ditambah.

"Sebelumnya bisa dipakai mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Untuk Lebaran bisa digunakan sampai pukul 17.00 WIB. Kami akomodir agar seluruh warga binaan bisa menghubungi keluarganya saat Lebaran," kata dia.

Perpanjangan waktu dan penambahan unit untuk fasilitas video call tersebut berlaku untuk dua hari, yakni Minggu, 24 Mei dan Senin, 25 Mei 2020.

Namun di luar itu, layanan penitipan makanan dari pihak keluarga untuk warga binaan tetap dibuka. "Untuk penitipan makanan tetap dibuka mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB," terang dia.

Dia mengatakan untuk saat ini Rutan Boyolali menampung 133 warga binaan yang terdiri dari 48 narapidana dan 81 tahanan.

 

Tim Gugus Tugas Covid-19

Doni Monardo
Di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (6/5/2020), Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menegaskan, mudik tetap tidak boleh dilakukan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo bersama tim lainnya menggelar Salat Idul Fitri di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta Timur.

Dari aula seluas 400 meter persegi, hanya diperkenankan 10 orang saja yang mengikuti ibadah berjemaah tersebut.

Tenaga Ahli BNPB, Egy Massadiah menyampaikan, mereka yang salat di sana sudah kurang lebih dua bulan bermukim di Graha BNPB demi fokus menangani penyebaran Covid-19.

"Pak Doni menjalankan anjuran untuk Salat Id di rumah saja, karena Kantor BNPB sudah menjadi kediamannya selama memimpin penanganan Covid-19," tutur Egy dalam keterangannnya.

Menurut Egy, jalannya Salat Id sendiri terbilang singkat dibanding biasanya. Ada juga santap menu lebaran bersama setelahnya.

 

Warga Cikarang

Line Group Call
Line Group Call kini dukung partisipan hingga 200 orang. (Doc: Line)

Momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran bagi masyarakat Indonesia, memiliki makna yang mendalam.

Aktivitas saling kunjung mengunjungi, bermaafan secara langsung, bercengkrama dalam lingkup silaturahmi tetangga hingga keluarga besar, sudah turun temurun dan mendarah daging.

Ritual Lebaran tanpa sapa dan jabat tangan, rasanya hambar. Sebagian masyarakat bahkan sulit membayangkan gaya Hari Kemenangan dengan cara berbeda dari biasanya.

Namun, pandemi virus Corona atau Covid-19 terpaksa mengubah semuanya. Hal yang sulit untuk dibayangkan tersebut tidak disangka terjadi. Lebaran kini harus dilalui tanpa silaturahmi secara langsung.

Ungkapan perasaan itu disampaikan salah seorang warga Cikarang, Yusuf (54). Ayah empat anak itu turut serta silaturahmi virtual bersama keluarga besar.

"Ini gaya baru karena Corona. Kita hanya bisa lewat online, tapi bukan berarti tidak ada hikmahnya. Semoga cepat berlalu," tutur Yusuf kepada sanak saudaranya lewat Google Meet, Minggu, 24 Mei 2020.

Bukan hal mudah menyesuaikan pertemuan lewat online. Hampir seluruh orang tua di keluarga masing-masing harus dibantu oleh anak-anaknya yang paham teknologi.

Apalagi rasa senang lewat pertemuan online lantaran memberikan pengalaman baru. Hasilnya, suara saling timpa, hingga terkesan ribut karena masing-masing keluarga ingin bicara. Baik yang di Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, hingga Cikarang.

Koneksi yang kurang maksimal pun bikin bingung saat pertanyaannya tidak dijawab atau guyonan tidak mendapat respons. Sekitar lima detik kemudian, baru ada reaksi.

"Mic-nya matiin dulu itu," suara salah satu keluarga dari notebook.

"Ini kalau yang ngomong itu jadi yang keluar videonya ya?" sahut yang lain.

 

Warga Garut

Group Call WhatsApp Kini Bisa Sampai 8 Orang. Dok: WhatsApp
Group Call WhatsApp Kini Bisa Sampai 8 Orang. Dok: WhatsApp

Umat Muslim di Kabupaten Garut, Jawa Barat melakukan silaturahmi virtual Lebaran Idul Fitri dengan menggunakan aplikasi khusus telepon seluler.

Silaturahmi virtual itu dilakukan untuk berkomunikasi dengan keluarga jauhnya di luar kota atau dalam satu kabupaten guna menyemarakkan perayaan Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah di tengah pandemi Covid-19.

"Ya tahun 2020 ini sangat berbeda, biasanya mudik ke Bandung, tapi sekarang silaturahmi di hari Lebarannya dengan video call melalui handphone (HP)," kata Ningrum (33), warga Perumahan Malayu Selaras, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, seperti dilansir Antara, Minggu (24/5/2020).

Ningrum bercerita, biasanya pada tahun-tahun sebelumnya saat Lebaran selalu mudik ikut suami untuk berkumpul bersama keluarga besarnya di Kabupaten Bandung.

Namun, kata dia, karena kondisi pandemi Covid-19 ini, silaturahmi di hari Lebaran ditunda dulu untuk menjaga kesehatan keluarga maupun anggota keluarga lain yang dikunjungi.

"Lebaran di Bandung tahun ini ditunda dulu, sementara pakai handphone untuk menyampaikan minta maaf ke semua keluarga," tutup Ningrum yang merupakan ibu dua anak itu.

Warga Lain Juga Silaturahmi Virtual

Tak hanya Ningrum, warga Garut lainnya bernama Andri juga menggunakan telepon seluler untuk bisa video call dengan keluarga yang berada di beberapa tempat di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.

"Kita silaturahmi dengan keluarga jauh pakai aplikasi Google Duo," kata Andri.

Warga lainnya yang bersilaturahmi secara virtual, Dani Nuroni mengatakan Lebaran tahun ini menggunakan video call aplikasi WhatsApp untuk menyampaikan selamat Idul Fitri kepada keluarga di Bandung.

"Sementara kita Lebarannya di video call saja untuk menyampaikan maaf kepada orang tua dan keluarga lainnnya," kata Dani di Malangbong, Garut.

Sementara itu, suasana hari pertama Lebaran di Garut terpantau beberapa orang melakukan silaturahmi dengan mengunjungi tetangga dan sanak saudaranya di Garut.

Selain itu, sejumlah warga di Garut juga tampak ramai berziarah ke makam keluarga dan bersalaman dengan sejumlah orang yang ditemuinya di jalan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya