Bupati Tangerang: Stunting Masih Dianggap Biasa, Padahal Berdampak ke Pertumbuhan Anak

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi di wilayahnya.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 16 Jul 2020, 17:37 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 13:11 WIB
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi di wilayahnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.

"Stunting ini masih dianggap biasa, padahal ini berdampak pada pertumbuhan anak, masyarakat harus tahu masalah stunting supaya bisa diminimalisir keberadaannya," ujar Ahmed Zaki, Kamis (16/7/2020).

Aktivis kesehatan anak, Yuli Supriati mengatakan, di beberapa daerah, stunting masih belum menjadi kekhawatiran masyarakat. Calon ibu masih banyak yang tidak teredukasi mengenai stunting. Masyarakat tidak paham apa itu stunting, apa penyebabnya, seperti apa tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan.

"Saya menemukan, beberapa anak dengan usia 2 tahun, berat badannya hanya 2 kg, tapi orang tuanya masih ngotot anaknya baik-baik saja,” jelas Yuli.

Disebutkan Yuli, dalam kunjungannya ke Puskesmas Tigaraksa Tangerang beberapa waktu lalu, dia mendapati sebanyak 36 anak usia dibawah 5 tahun berada dalam status gizi kurang. Sebanyak 21 anak diantaranya berada pada rentang usia 1 – 2 tahun.

Susu Kental Manis

Di desa Cileleus, Tigaraksa Tangerang, Yuli bertemu Mutia dan Tegar, dua balita penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) dari Puskesmas Tigaraksa. Mutia dan Tegar berusia 2 tahun, dengan berat badan yang hanya 7 kg. Padahal, untuk anak normal, di usia 2 tahun seharusnya memiliki berat badan 14 kg untuk perempuan dan 15 kg untuk laki-laki.

“Pas bayinya mah dikasih ASI, tapi kan bapak ibunya kerja, anaknya dirawat saya. Kalau pas lagi ada (uang), dibeliin susu kaleng, sering juga diutangin di agen,” ujar Amah, nenek yang merawat Mutia.

Susu kaleng yang dimaksud Amah adalah kental manis. Amah sendiri sudah tak mengingat sejak kapan cucunya mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan nutrisi. Dalam sehari, Mutia bisa mengkonsumsi 3 – 4 gelas susu kental manis.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya