Lonjakan Pasien Corona Terjadi di RSUP Persahabatan Jakarta

Usia pasien yang dirujuk rata-rata di atas 40 tahun. Selain itu, mereka juga memiliki riwayat penyakit komorbid atau penyakit penyerta.

oleh Luqman RimadiLiputan6.com diperbarui 12 Agu 2020, 20:56 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 20:56 WIB
RS Persahabatan Jadi  Rujukan Antisipasi Corona
Rumah Sakit (RS) Persahabatan di Jakarta Timur, Jumat (31/1/2020). Ada tiga rumah sakit di Jakarta yang dijadikan rujukan nasional untuk menangani kasus virus corona 2019-nCoV di Jakarta yakni, RSPAD Gatot Subroto, RSUP Persahabatan, dan RSPI Sulianti Saroso. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan, melaporkan bahwa telah terjadi lonjakan pasien rujukan Covid-19 di RSUP Persahabatan. Kenaikan jumlah pasien mencapai hampir 50 persen.

"Kita terima rujukan dari rumah sakit (RS) lain. Kenaikannya kira-kira 1.5 kali lipat dari biasanya. Misalnya biasa terima rujukan 50 pasien sehari, sekarang bisa 70 pasien,” ujar Erlina kepada Merdeka.com, Rabu (12/8/2020).

Lonjakan pasien bukan hanya terjadi di RSUP Persahabatan saja, Erlina mengakui bahwa teman sejawatnya juga mengeluhkan hal yang sama. Mereka melaporkan bahwa rumah sakit tempat mereka bekerja juga mengalami kelebihan kapasitas.

"Yang saya dengar dari mereka sih rata-rata juga overload (kapasitas rumah sakitnya)," kata dia.

Usia pasien yang dirujuk rata-rata di atas 40 tahun. Selain itu, mereka juga memiliki riwayat penyakit komorbid atau penyakit penyerta.

Mungkin orang Indonesia lebih mengenalnya dengan istilah ‘penyakit bawaan’. Penyakit bawaan yang paling sering dijangkit oleh masyarakat Indonesia adalah hipertensi, diabetes, jantung, ginjal dan asma. Penyakit komorbid ini akan memperparah kondisi pasien Covid-19.

Bukan hanya pasien komorbid, penambahan jumlah pasien dirawat juga berasal dari pasien non komorbid. Artinya, walaupun tidak memiliki penyakit bawaan, namun banyak pasien yang juga memiliki gejala. Sehingga harus ikut dirawat seperti pasien komorbid.

“Yang ada riwayat penyakitnya. Sebagian ada yang komorbid, tapi sebagian juga yang tidak ada komorbid ikut dirawat,” ujar Erlina.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Rata-Rata OTG

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Menurut Erlina, rata-rata pasien Covid-19 di Indonesia memang diderita oleh pasien asimptomatik atau Orang Tanpa Gejala (OTG).

Namun kenyataannya, beberapa terakhir ini, Erlina yakin bila jumlah pasien dengan riwayat penyakit berat justru mengalami kenaikan.

“Yang tidak bergejala memang tidak dirawat. Jadi artinya kalau RS sampai penuh, berarti yang bergejala berat mulai banyak. Bertambah lagi jumlahnya,” ujar Erlina.

Terkait jumlah pasien yang bergejala dan tidak bergejala, ia tidak mengetahuinya secara pasti. Yang jelas, lonjakan jumlah pasien di setiap rumah sakit akan dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun ke dinas kesehatan setempat. Hal ini berguna untuk penambahan jumlah tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan maupun keputusan untuk ditambahkannya rumah sakit rujukan.

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya