Liputan6.com, Jakarta - Salah satu amalan puasa sunah yang dianjurkan saat bulan Muharam adalah puasa asyura. Ada pula puasa tasua yang juga merupakan puasa sunah dikerjakan ketika bulan Muharam.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW menyebut Muharam sebagai bulan Allah (Syahrullah). Pada bulan ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah termasuk menjalani puasa Muharam.
Dua puasa sunah utama yang bisa dilakukan saat bulan Muharam adalah puasa asyura dan tasua. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Advertisement
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam." (HR Muslim nomor 1163).
Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharam. Atau tepatnya setelah puasa tasua yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharam.
Pada dasarnya, tata cara puasa asyura sama dengan puasa lainnya. Hanya, niatnya saja yang berbeda.
Berikut niat puasa asyura:
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa.
Artinya:
"Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Makna Puasa Asyura
Puasa asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharam. Di bulan Muharam, terdapat satu hari yang paling istimewa dan penuh dengan keutamaan bulan Muharam. Hari tersebut adalah hari asyura yang merupakan tanggal 10 Muharram.
Pada 10 Muharam terjadi peristiwa penting. Di tanggal ini Nabi Adam a.s. diciptakan, Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan, Nabi Ayyub a.s. disembuhkan dari penyakitnya, dan masih banyak lagi peristiwa besar lainnya.
Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari (9 dan 10 Muharram) dengan tujuan membedakan cara umat Yahudi dan Nasrani berpuasa pada waktu yang sama.
Kemudian dijelaskan oleh Ibnu Abbas RA dalam riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Ibnu Abbas menceritakan pertemuan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dengan orang Yahudi yang menjalankan puasa Asyura saat berada di Madinah.
Rasulullah bertanya alasan orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Lantas mereka menjawab demikian.
"'Allah telah melepaskan Musa dan umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah'. Nabi bersabda, 'Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka'. Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga."
Advertisement
Tata Cara Puasa Asyura
Tata cara puasa tasua dan asyura sama dengan puasa lainnya. Yang membedakan adalah niat yang dipanjatkan. Berikut tata cara puasa yang bisa diamalkan:
Membaca niat
Setiap ibadah yang dilakukan sebagai umat muslim, harus selalui di awali dengan niat karena Allah. Dalam mengucapkan niat puasa, seorang muslim dapat membacanya dalam hati atau pun mengucapkannya secara lirih.
Sahur
Sama seperti puasa wajib di bulan Ramadhan, dalam menjalankan puasa sunnah juga disarankan untuk melaksanakan sahur. Hukum sahur adalah sunah, apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala namun jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa. Puasa tetap sah meskipun tanpa sahur.
Menahan diri nafsu
Saat puasa, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan adalah hal yang wajib dilakukan. Misalnya, dilarang makan, minum, marah, mabuk dan lain sebagainya sebelum waktu buka puasa.
Berbuka puasa
Seperti puasa wajib dan sunnah lainnya, puasa sunah tasua dan asyura juga diakhiri dengan berbuka puasa. Salah satu sunah dalam berbuka adalah menyegerakannya saat sudah memasuki waktu berbuka.