Capai Target Swasembada Gula Nasional, Kementan Dorong Kestabilan Produksi Tebu di Jatim

Bila berhasil diharapkan BBPPTP Surabaya siap menjadi salah satu instansi Badan Layanan Umum Kementan ke depannya

oleh stella maris pada 22 Sep 2020, 16:21 WIB
Diperbarui 22 Sep 2020, 18:12 WIB
Kementan Optimis Produksi Gula Hingga Akhir Tahun 2020 Meningkat 
Ilustasi Tebu.

Liputan6.com, Jakarta Program Persiapan Swasembada Gula Konsumsi Nasional menjadi cara Kementerian Pertanian sebagai revitalisasi industri untuk mencapai target swasembada gula nasional pada 2024. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menekan volume impor gula rafinasi yang selama ini diperuntukkan untuk memenuhi kekurangan konsumsi gula nasional.

Demikian dikatakan Plt. Inspektur Jenderal Kementan Gatot Irianto dalam kunjungannya ke BBPPTP Surabaya beberapa waktu lalu. Gatot menuturkan bahwa revitalisasi pabrik gula sebenarnya tidak terlalu sulit dan teknologi yang dibutuhkan pun tidak terlalu canggih.

"Namun, revitalisasi pabrik gula akan percuma jika pasokan tebu sebagai bahan baku gula di bawah kapasitas pabrik. Investor pun akan ragu kalau produksi tebu tidak mencukupi kebutuhan pabrik, sejauh ini kestabilan produksi tebu para petani masih sulit dijaga," kata Gatot. 

Dalam kunjungan singkat ke BBPPTP Surabaya sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perkebunan yang masih berada di bawah lingkup Kementerian Pertanian RI, Gatot berharap agar gencar mensosialisasikan cara bertani tebu modern dan efisien, yaitu dengan menggunakan bibit unggul yang nilai rendemannya tinggi.

Untuk meningkatkan kualitas benih misalnya, harus ada kerja sama antara Pemerintah dengan BUMN dan Swasta. Semakin banyak produksi benih yang dilakukan oleh pihak Pemerintah, harusnya harga semakin murah karena tenaga kerjanya dibiayai oleh Pemerintah.

Untuk diketahui lembaga audit internal Kementan, Inspektorat Jenderal akan tetap memonitoring kegiatan Balai Besar dari mulai benih hingga proses bongkar ratoon di lapangan. "Bila berhasil diharapkan BBPPTP Surabaya siap menjadi salah satu instansi Badan Layanan Umum Kementan ke depannya," jelas Gatot.  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembangunan Nurseri Berkapasitas Besar

Senada dengan Gatot, Kresno Suharto selaku Kepala BBPPTP Surabaya menuturkan bahwa saat ini Balai Besar siap mendukung program tersebut. Itu karena saat ini Jawa Timur memiliki nurseri yang berada di Kabupaten Tuban dengan kapasitas 15.000 Polybag dan di Kabupaten Malang (Polbangtan Malang) berkapasitas 90.000 Polybag.

BBPPTP Surabaya juga bekerja sama dengan Pusat Penelitian (Puslit), Badan Litbang dan PTPN untuk menghasilkan benih Tebu melalui Kultur Jaringan dengan cepat. Tujuannya agar harga produksi lebih murah dibandingkan proses melalui stek (bagal) dan tingkat ketahanan terhadap penyakit juga lebih kuat.

"Pengembangan pembangunan nurseri yang dimulai dari Tuban dan diperkuat dengan pembangunan di Polbangtan Malang serta kerja sama dengan petani tebu rakyat di Kediri seluas 2 Hektar, Jombang 1 Hektar, dan Mojokerto 2 Hektar sebagai kebun perbanyakan adalah sebagai usaha untuk mendukung revitalisasi Gula di Jawa Timur," jelas Kresno.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Outlook Tebu Kementerian Pertanian tahun 2016, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu gudang gula nasional dengan kontribusi 45,06 %, maka sebuah pilihan tepat menjadikan Jawa Timur sebagai penopang swasembada gula nasional 2020-2023.

Hal tersebut juga telah didukung dengan langkah BBPPTP Surabaya dengan Program Nurseri Tuban dan Polbangtan Malang yang secara khusus memproduksi benih tebu asal kultur jaringan. Juga melakukan kerja sama dengan petani tebu rakyat untuk penjenjangnya. Langkah tersebut sebagai rencana untuk memperlancar distribusi dan ketersediaan benih tebu di Jawa Timur.

Perjalanan Jawa Timur sebagai gudang gula nasional cukup panjang dimulai dari tahun 1887 dengan berdirinya organisasi professional yang menangani masalah tebu pada masa Hindia Belanda dengan nama Proefstation Oost Java yang kemudian di Nasionalisasi pada 1945 dan akhirnya hingga sekarang berubah menjadi nama P3GI.

Keterkaitan berdirinya organisasi tersebut telah membentuk kultur agronomi masyarakat Jawa Timur sebagai petani tebu, maka sudah selayaknya mengembalikan kejayaan dan kesejahteraan petani gula dengan program revitalisasi industri gula nasional secara komprehensif yang dimulai dari hulu hingga hilir untuk menyelamatkan dari ketergantungan impor gula.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya