Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengaku prihatin akan angka prevalensi stunting terhadap anak di Indonesia. Padahal menurutnya, usia anak utamanya anak usia dini merupakan usia emas bagi tumbuh kembang mereka.
"Usia dini merupakan usia emas tumbuh kembang anak. Investasi pada usia dini merupakan investasi bernilai paling tinggi. Tumbuh kembang anak-anak pada usia dini menentukan kehidupan mereka selanjutnya," tutur Mendikbud dalam acara Cegah Stunting Melalui Peningkatan Layanan PAUD secara daring, Rabu (23/9/2020).
Baca Juga
Nadiem menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menempatkan penanggulangan stunting pada prioritas utama. Hal ini salah satunya diejawantahkan dengan adanya Program PAUD Holistik Integratif.
Advertisement
"Keberadaan PAUD Holistik Integratif diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting. Tentu upaya ini dikerjakan oleh pemerintah daerah dan beberapa lembaga," ucapnya.
Upaya lainnya, kata Mendikbud adalah peningkatan kualitas dan kompetensi guru PAUD. Kata Nadiem, pendidik di jenjang PAUD mesti sensitif gizi.
"Selain itu harus mampu mendorong stimulasi, baik terkait pola makan, pola asuh maupun sanitasi," katanya.
Menurut Nadiem, ikhtiar ini tentu saja akan menghadapi banyak tantangan. Oleh karenanya ia mengajak seluruh pihak untuk turut ambil bagian dalam usaha mengentaskan angka stunting ini.
"Untuk itu saya mengajak semua pihak untuk mengambil peran, terus terlibat dan melibatkan lebih banyak lagi," pungkasnya.
Â
Siswa PAUD Terdampak Covid-19
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut setidaknya 6,8 juta siswa jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) terdampak Covid-19. Angka ini merupakan 10 persen dari total pelajar yang terdampak Covid-19 di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta.
"10 persen di antaranya adalah peserta didik atau warga PAUD yang terdampak, ada 6,87 juta anak," kata Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen), Kemendikbud, Jumeri dalam sebuah acara yang disiarkan lewat daring pada Rabu (23/9/2020).
Angka sebanyak ini, kata Jumeri juga berimplikasi pada 542 ribu guru PAUD yang turut terdampak.
"Kemudian 203 ribu satuan PAUD yang terdampak juga. Kemudian ada orang tua yang terdampak, yaitu kira-kira dua kali dari 6,8 juta," katanya.
Jumlah tersebut sekitar 13 juta orang tua. Baik itu terdampak dari sisi ekonomi, kesehatan, fisik maupun fisikis.
Advertisement