Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan pelatihan pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) proyek SIMURP di BPP Ajung, Jember, Jawa Timur dinilai tepat sasaran. Apalagi saat ini sedang terjadi anomali cuaca.
Pernyataan tersebut disampaikan penyuluh pertanian BPP Ajung Bestyan Fikri Diyah Ghoriza, yang menjadi peserta dalam Trining of Trainer (ToT) di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan pada awal September lalu.
Baca Juga
Bestyan saat ini menjadi narasumber dalam ToF (Training of Farmer) yanng mengajarkan penerapan teknologi pertanian cerdas iklim pada petani di lokasi proyek SIMURP di BPP Ajung.
Advertisement
Bestyan memberikan materi Optimalisasi dan Tata Kelola Lahan & Air dan teknologi irigasi intermiten (Alternate Wetting and Drying /AWD).
"Pada prinsipnya, materi ini mengajarkan budidaya pertanian yang hemat air serta mengelola pertanian ramah lingkungan," katanya, Minggu (4/10/2020).
Menurutnya, petani sangat antusias menerima materi ini. Sebab, perubahan iklim saat ini yang menjadi kurang bersahabat dan semakin minimnya sumber daya air dan sumber daya lahan produktif karena alih fungsi lahan.
Bestyan mengatakan, dampak perubahan iklim harus dihadapi dengan cara cerdas melalui strategi mitigasi dan adaptasi yang sesuai kondisi di lapangan.
"Antara lain budidaya pertanian hemat air, pemakaian varietas unggul tahan cekaman iklim dan meminimalisir pelepasan emisi GRK (CH4, N2O dan CO2), penggunaan pupuk berimbang dan pupuk organik untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan bahan organik dalam tanah," katanya.
Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga pH tanah agar tidak asam dan menjaga agar mikroorganisme dalam tanah tetap terjaga.
Untuk itu, petani diajarkan tentang teknologi hemat air dengan menerapkan sistem pengairan basah kering (AWD) secara berselang dengan menggunakan alat sederhana berupa paralon sebagai alat untuk mengukur kecukupan air sebagai upaya meningkatkan efisiensi pemakaian air dan mudah diaplikasikan oleh petani.
"Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukannya di Kebun Percobaan Balingtan Pati, kelangkaan air di lahan sawah dapat ditekan bahkan dapat dihindari, salah satunya dengan menerapkan teknologi AWD. Teknologi ini, mampu menghemat penggunaan air irigasi sebesar17-20% dan menekan emisi gas rumah kaca antara 35-38%," terangnya.
Bestyan mengaku senang karena petani paham bagaimana mengukur kebutuhan atau kecukupan air meskipun dengan menggunakan alat ukur sedehana berupa paralon. Selain itu, melalui praktek petani mampu membuat pupuk organik dan membedakan tanah yang subur dengan kandungan bahan organik dengan tanah yang kurang subur.
Petani juga mampu mengukur pH tanah denga cara sederhana, sekaligus memahami jenis tanah yang yang berareasi baik dan manfaat aerasi baik untuk tanaman.
Melalui kegiatan pelatihan CSA ini, selain petani, yang merasakan manfaatnya juga para penyuluhnya, hal ini diakui Bastyan dan pelatihan CSA SIMURP datang disaat yang tepat disaat terjadi anomali iklim.
"Penyuluh dan petani telah mendapat pencerahan dan akan segera menerapkan di lahan masing-masing dan penyuluh juga akan terus meningkatkan pengetahuan dan ilmunya sebagai modal dalam mendampingi petani dalam menerapkan teknologi hemat air serta budidaya yang ramah lingkungan agar petani mampu meningkatkan intensitas pertanaman (IP) dan produksi usahataninya," katanya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Boleh Berhenti
Bestyan menambahkan, pelatihan CSA SIMURP sebagai awal upaya pemerintah dengan bantuan dana dari World Bank dan AIIB meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mempercepat penyebaran informasi tentang CSA kepada seluruh petani.
Dengan dukungan Koordinator Penyuluh BPP Ajung Ir. EKo Adi Nugroho, Bestyan berjanji akan menyebar luaskan CSA ini ke petani di dua wilayah kerja WKPP yaitu Desa Kawangrejo dan Desa Lengkong, SIMURP telah memberi pencerahan tentang CSA sebagai upaya terciptanya pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nusyamsi, mendukung pelatihan ini.
"Dengan menerapkan teknologi hemat air, penggunaan pupuk organik serta penerapan pertanian ramah lingkungan, selain akan meningkatkan produksi dan kualitas komoditas pertanian, juga akan meningkatkan pendapatan petani sekaligus melestarikan lingkungan," katanya.
Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, di tengah pandemi covid-19 dan dampak perubahan iklim, ketersediaan pangan menjadi sangat utama.
"Pertanian sangat dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia. Pertanian tidak boleh berhenti. Karena dengan pertanian kita akan menjaga ketahanan pangan dan ketahanan nasional," ujar SYL.
Advertisement