MUI: Jangan Terprovokasi Isu Boikot Produk Prancis

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi meminta masyarakat tidak terprovokasi dan tetap menjaga kedamaian dalam menyikapi ajakan boikot produk Prancis.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 30 Okt 2020, 12:20 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 07:15 WIB
Protes terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron di Bangladesh.
Protes terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron di Bangladesh. Dok: AP Photo/Mahmud Hossain Opu

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi meminta masyarakat tidak terprovokasi dan tetap menjaga kedamaian dalam menyikapi ajakan boikot produk Prancis.

"Kepada masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi penolakan silakan, tapi dengan tertib, tidak boleh merusak dan harus mengikuti aturan main," kata Muhyiddin dikutip dari Antara, Jakarta, Kamis (29/10/2020).

Seruan boikot Prancis terjadi di sejumlah negara di negara Arab seperti Qatar, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Bahkan, sejumlah supermarket di negara tersebut juga disebut telah menarik barang-barang asal produsen Prancis, menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam, termasuk mengumumkan rencana mereformasi Islam agar lebih sesuai dengan nilai-nilai Republik Prancis.

Muhyiddin meyakini pemerintah Indonesia akan mengambil langkah-langkah diplomatis supaya tidak merugikan hubungan antara Indonesia dan Perancis.

‎‎"Meminta kepada Ibu Menlu agar memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia supaya dia memberikan klarifikasi," katanya.

Direktur Jaringan Moderasi Indonesia Islah Bahrawi, sebagaimana dijutip dari Antara, mengatakan umat Islam seringkali latah dalam menyikapi isu-isu seperti itu sehingga akan lebih baik menganalisis terlebih dahulu sebuah permasalahan sebelum bersikap.

"Reaksi umat Islam seringkali terjadi karena latah. Ketika sebuah isu meletup dan bergesekan dengan agama, semua orang kadang segera menutup mata, tanpa pernah menganalisa kejadian sebenarnya. Inilah mengapa militansi umat Islam seringkali dijadikan alat bentur untuk pertempuran orang lain," kata Islah.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Alat Bisnis

Isu boikot produk Prancis ini ternyata juga digunakan oleh beberapa pelaku usaha untuk mengambil keuntungan dengan menyerang produk saingannya.

Sementara itu, pengamat dan aktivis sosial media Wicaksono (@ndorokakung) menyatakan bahwa upaya ‘riding the wave’ (menunggangi isu) untuk mencari keuntungan komersial sering ditemukan di jagat sosial media Indonesia.

Dalam twit @ndorokakung Rabu 27 Oktober 2020 lalu, disebutkan bahwa ada orang yang berusaha menunggangi isu sambil menunjukkan tangkapan layar adanya percakapan untuk mencari buzzer (pendengung) di sosial media.

Dalam percakapan tersebut disebut kalau ‘serangan’ buzzer bertema ajakan untuk boikot Aqua menggunakan #aquaprodukperancis akan dimulai Rabu jam 19.00 malam. Dan benar saja, dalam hitungan jam, tagar #aquaprodukperancis naik di trending twitter Rabu malam kemarin.

"Sangat disayangkan kalau isu yang ditunggangi yang sebenarnya isu organik dipelintir menjadi senjata untuk menyerang merek atau produk tertentu yang bisa mendorong persaingan tidak sehat,” kata Wicaksono.

Beberapa warganet sepakat dengan Wicaksono. Salah satunya, @Elang326 yang mempertanyakan, kenapa hanya Aqua yang jadi sasaran warganet. "Iya ya kenapa hanya menyebutkan brand Danone Aqua? Kenapa nggak brand lain seperti LV,YSL dll?" tanya dia, curiga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya