Liputan6.com, Jakarta - Menjelang siang, langit begitu cerah di Bandara Soekarno-Hatta. Hari itu di terminal khusus penerbangan internasional nampak cukup ramai.
Banyak kelompok jemaah umrah akan beribadah di tengah pandemi Corona Covid-19. Dengan sabar, mereka menunggu panggilan keberangkatan meskipun ada perasaan was-was yang tak bisa dihindarkan.
Dari pengeras suara, informasi keberangkatan diumumkan. Pesawat Saudia Airlines dengan kode penerbangan SV 817 sudah bersiap di landasan.
Advertisement
Para jemaah umrah pun bergegas. Sambil memanjatkan doa, mereka melangkahkan kaki dan antre memasuki pesawat.
Tepat pukul 10.45 WIB pada 1 November 2020, pesawat lepas landas. Total terdapat 224 jemaah umrah di dalam Saudi Airlines menuju Bandara King Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi.
Tiap penumpang dipastikan sudah melewati tes usap dan dinyatakan negatif Corona Covid-19. Berbagai protokol kesehatan pun dijalankan.
Nana Sujana Gaido, salah seorang jemaah umrah merasa perjalanan ibadahnya hari itu terasa berbeda. Semua protokol begitu ketat diterapkan.
Walau semua penumpang dalam keadaan negatif Corona Covid-19, tetap ada perasaan tidak tenang. Kekhawatiran tertular virus tersebut menjadi pikiran terbesar. Hanya kerinduan untuk melihat Baitullah yang menjadi penyemangat.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tiba di Saudi
Sekitar jam 16.30 waktu Arab Saudi, pesawat mendarat di Kota Jeddah. Nana dan rombongan bersiap meninggalkan pesawat. Langkah kaki jemaah mengarah ke terminal kedatangan penumpang di bandara.
Biasanya, jemaah berjalan bersamaan dan berdekatan. Namun, pandemi Covid-19 membuat mereka harus menjaga jarak. Setiap orang harus berjarak minimal satu meter. Mereka dilarang menimbulkan kerumunan.
Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, para jemaah Umrah Indonesia menyerahkan bukti hasil tes swab negatif Covid-19 kepada petugas. Berbagai formulir diisi dan wajib menandatangani pernyataan harus mengikuti aturan kesehatan Arab Saudi.
"Kita di sana harus patuh dan tunduk pada aturan kesehatan yang ada di Arab Saudi," cerita Nana.
Usai melengkapi berkas administrasi, mereka menempuh perjalanan menuju tempat penginapan. Hotel yang disediakan bukan lagi bintang tiga. Melainkan hotel bintang lima. Jarak antara hotel dengan Masjidil Haram pun tak lagi jauh.
Sebelum menempati kamar hotel, mereka diminta mematuhi aturan kapasitas. Setiap kamar hanya boleh diisi maksimal dua orang, sebelumnya bisa lebih dari tiga orang. Ketentuan kapasitas penghuni kamar ini untuk menghindari adanya kontak dekat antarjemaah.
Ibadah Umrah tidak bisa langsung dijalani. Para jemaah wajib melakukan karantina selama dua hari. Kemudian kembali menjalani tes usap demi memastikan bahwa mereka benar-benar terbebas dari penularan Covid-19. Setelah itu semua dibawa untuk melaksanakan umrah dengan rangkaian tawaf, sa'i, dan tahalul.
Advertisement
Ibadah Umrah Pertama dan Aturan Ketat
Penerbangan jemaah umrah pada 1 November 2020 itu menjadi pertama kali sejak Covid-19 melanda dunia. Nyaris sembilan bulan umat Islam di Tanah Air tak bisa mengunjungi Kabah.
Selama ibadah umrah berlangsung, banyak aturan tidak boleh dilakukan jemaah. Misalnya, tidak bisa mendekat ke Kabah dan mencium batu Hajar Aswad.
Para jemaah hanya bisa melihat dan memanjatkan doa dari jarak jauh. Momen ini tentu berbeda ketika masa sebelum datang pandemi Corona Covid-19. Para jemaah umrah maupun Haji bakal berebut menyentuh kiblat umat Islam dunia itu.
"Tidak boleh ada sentuhan atau apa pun. Kita hanya melihat saja, kemudian salat di belakang makam Ibrahim, berdoa," kata Nana.
Syarat masuk ke Masjidil Haram juga ketat dan dibatasi. Mereka diwajibkan melakukan tes usap. Para jemaah juga harus mendapatkan izin masuk.
Muhammad Fadhli Abdurrohmaan sebagai pimpinan jemaah umrah mengakui banyaknya syarat dalam ibadah Umrah tahun ini sangat menguji kesabaran.
Dia selalu mengingatkan para jemaah agar terus berpikir positif dalam menjalani tiap rangkaian ibadah.
"Umrah di tengah pandemi mengajarkan kita lebih bersabar, bersangka baik," kata Fadhli.
Fadhli menceritakan, jumlah jemaah Umrah yang dipandunya kini jauh berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19.
Jika dulu 45 jemaah umrah dipandu satu orang, kini berkurang menjadi 20 jemaah. Pengurangan jumlah jemaah lebih memudahkan pemandu untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan.
Berbedanya fasilitas dan tahapan Umrah tentu saja mengakibatkan biaya membengkak. Biaya paket umrah sebelumnya hanya sekitar Rp 27 juta per orang. Di era pandemi kini naik menjadi Rp 35 juta.
Kenaikan harga di agen perjalanan tempatnya bekerja ini diakibatkan banyaknya aturan baru selama musim Corona Covid-19.
Ibadah Umrah Tetap Berjalan Lancar
Sementara itu, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama Arfi Hatim mengatakan, pelaksanaan umrah di tengah pandemi Covid-19 tetap berjalan lancar. Protokol kesehatan sama sekali tidak mengurangi rasa khusyuk ibadah di Masjidil Haram.
Menurut dia, harus diakui bahwa waktu pelaksanaan umrah memang dibatasi. Pembatasan ini untuk memastikan keamanan dan kesehatan bagi seluruh jemaah umrah. Tak hanya jemaah Indonesia, melainkan dunia.
"Dinamika-dinamika itu kita pahami sebagai bentuk pencegahan yang perlu diambil dalam konteks memberikan kepastian kepada kesehatan, keselamatan, keamanan, kenyamanan jemaah itu sendiri dalam melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi," kata Arfi.
Kementerian Agama memberikan atensi tinggi kepada jemaah Umrah Indonesia. Berbagai hak jemaah dipastikan terpenuhi selama melaksanakan Umrah. Bisa dipastikan tidak akan ada jemaah melewatkan satu pun tahapan ibadah Umrah di baitullah itu.
Penerbangan jemaah Umrah dari Indonesia ke Arab Saudi dibagi menjadi tiga kloter. Kloter pertama sebanyak 224 jemaah berangkat pada 1 November 2020, kloter kedua 89 jemaah berangkat 3 November 2020, dan kloter ketiga 46 jemaah yang segera berangkat pada 8 November 2020.
Meski Kementerian Agama terus mengawasi, Arab Saudi menemukan 13 jemaah umrah Indonesia positif Covid-19. Temuan ini muncul usai hasil tes swab para jemaah keluar.
Puluhan jemaah positif Covid-19 berangkat dengan kloter berbeda. Delapan jemaah berangkat pada kloter pertama. Sementara lima lainnya berangkat pada kloter kedua. Pada kloter ketiga tidak ada temuan kasus positif Covid-19.
"Ada beberapa kemungkinan (sehingga ada kasus Covid-19). Tentu akan kami kaji untuk bahan evaluasi dalam konteks pencegahan dan pengendalian pelaksanaan ibadah umrah," kata Arfi mengungkapkan.
Reporter : Supriatin
Sumber : Merdeka
Advertisement