Liputan6.com, Jakarta - Di era digital seperti tahun 2025 ini, informasi keagamaan mudah diakses dari berbagai sumber. Namun tidak semua yang terdengar meyakinkan layak dijadikan pegangan. Sebagian justru dapat menyesatkan dan menjauhkan umat dari ajaran Islam yang lurus.
Fenomena ini menjadi perhatian serius para ulama dan pendakwah. Banyak orang awam yang terkesima oleh kepiawaian berbicara atau gelar akademik seseorang tanpa menyadari isi dan arah dari pesan yang disampaikan.
Advertisement
Salah satu pendakwah muda yang dikenal luas di Indonesia Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan peringatan keras agar umat Islam tidak sembarangan mendengarkan ceramah atau mengikuti tokoh yang menyimpang.
Advertisement
"Kalau ada orang yang nyeleneh, yang tidak jelas, jangan disertai. Jangan iseng-iseng. Tinggalkan saja langsung. Bahaya," tegas UAH, dilihat dari tayangan video di kanal YouTube @Hasanahislamofficial, dikutip Jumat, 11 April 2025.
UAH menjelaskan bahwa ada orang-orang yang ketika berbicara terdengar sangat pintar. Retorikanya menarik, bahkan kadang-kadang menyisipkan ayat Al-Qur’an atau hadis, namun arah pembicaraannya menjauhkan dari ajaran agama.
Menurutnya, orang semacam itu bisa mengajak audiens ke arah kelalaian. "Ujung-ujungnya enggak sholat, ujung-ujungnya gak puasa. Yang paling bahaya, menyoal keyakinan sendiri," ujar UAH dalam ceramahnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Surat Al-Baqarah ayat 204
Untuk memperkuat penjelasannya, UAH mengutip ayat dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 204, yang secara gamblang menggambarkan tipikal orang seperti itu.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُۥ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيُشْهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلْبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلْخِصَامِ
Wa minan-nāsi may yu'jibuka qauluhụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yusy-hidullāha 'alā mā fī qalbihī wa huwa aladdul-khiṣām
Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.
UAH menegaskan bahwa dalam ayat ini, Al-Qur’an memberi isyarat bahwa musuh paling berbahaya bukan yang terlihat secara fisik, tapi yang menyusup lewat kata-kata manis dan status akademik.
"Kadang-kadang bawa ayat-ayat Qur’an dipotong-potong. Bawa untuk menguatkan argumentasi. Kadang-kadang bawa gelar, sehingga terlihat seperti meyakinkan," lanjut UAH.
Hal ini membuat banyak orang tertipu karena merasa telah mendapatkan pencerahan. Padahal sebenarnya sedang dijauhkan dari dasar-dasar akidah dan ibadah yang benar.
Menurut UAH, sikap hati-hati sangat diperlukan. Jangan sampai hanya karena merasa kagum pada gaya berbicara seseorang, lalu menerima semua ajarannya tanpa disaring.
Advertisement
UAH Minta Jangan Terlena
Lebih jauh, UAH mengajak umat untuk kembali kepada rujukan yang jelas dan terpercaya. Ulama yang memiliki sanad keilmuan, serta senantiasa merujuk pada Al-Qur’an dan sunnah secara utuh.
Ia juga mengingatkan bahwa musuh yang paling berbahaya adalah yang menggunakan simbol-simbol agama untuk menyembunyikan niat buruknya. Itulah yang disebut dalam ayat tadi sebagai “aladdul khisam” penantang yang paling keras.
Sebagai umat Islam, kewaspadaan terhadap penyimpangan dalam dakwah adalah bagian dari menjaga kemurnian agama. Terutama di era di mana konten dakwah hadir tanpa batas.
UAH mengajak umat untuk tidak cepat terkesima oleh popularitas atau tampilan luar seorang pendakwah. Yang utama adalah konten dakwah dan kesesuaiannya dengan ajaran Islam yang lurus.
Ia menambahkan bahwa tugas umat adalah mencari ilmu dengan niat yang benar, lalu memilih guru atau panutan yang terpercaya dan bersambung keilmuannya pada ulama salaf.
Dalam suasana kebingungan dan banyaknya perbedaan pendapat, kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah adalah langkah paling aman dan menyelamatkan.
Dengan demikian, siapa pun yang mencintai agamanya seharusnya lebih berhati-hati dalam menyerap ilmu, dan segera menjauhi orang-orang yang menyimpang sebagaimana peringatan keras yang disampaikan oleh UAH.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
