Sederet Kabar Baik soal Vaksin Covid-19 yang Telah Lama Dinanti

Satu hal yang kini terus digencarkan pemerintah untuk menekan angka kasus positif, yakni menggencarkan pengadaan vaksin Covid-19.

oleh Maria Flora diperbarui 20 Nov 2020, 08:01 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2020, 08:01 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta Peningkatan kasus Covid-19 di Tanah Air belum menunjukkan adanya angka penurunan. Kian hari, penambahan pasien yang terkonfirmasi positif terus terjadi.

Hingga Kamis, 19 November kemarin, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat kasus positif telah meyentuh angka 483.518 orang setelah terjadi penambahan 4.798 dalam 24 jam terakhir.

Untuk menekan angka kasus positif tersebut, satu hal yang kini terus digencarkan pemerintah adalah pengadaan vaksin Covid-19

Belum lama ini bahkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut pemerintah tengah berupaya kembali mendatangkan vaksin di akhir bulan November nanti. 

"Kita berharap vaksin ini datang di akhir bulan November ini. Tapi kita ingin berusaha, tapi kalau tidak bisa berarti masuk ke bulan Desember," ujar Jokowi usai meninjau dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 18 November 2020.

Sebelum diberikan kepada masyarakat, vaksin tersebut akan melalui sejumlah tahapan dan harus mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Kita memperkirakan akan mulai vaksinasi itu di akhir tahun atau di awal tahun, akhir tahun 2020 atau di awal tahun 2021," ucap Jokowi. 

Lantas sejauh apa perkembangan terkini vaksin Covid-19 di Tanah Air yang sudah lama dinanti: 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Izin Edar Vaksin Merah Putih Ditargetkan Awal 2021

Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan vaksin merah putih ditargetkan dapat di didistribusikan pada awal 2022. Pasalnya, bibit vaksin merah putih baru bisa diserahkan ke Bio Farma pada 2021.

Setelah itu, Bio Farma harus terlebih dahulu melakukan uji klinis fase I sampai III guna memastikan bahwa vaksin Covid-19 merah putih aman digunakan ke manusia. Jika berhasil mengantongi izin edar, barulah vaksin dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia.

"Jika seluruh tahapan uji klinis ini berjalan baik, maka izin edar vaksin merah putih diproyeksikan diperoleh pada akhir 2021 dan didistribusikan pada awal 2022," ujar Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (19/11/2020).

Adapun vaksin merah putih ini dikembangkan oleh konsorsium nasional yang melibatkan Lembaga Biologi Molokuler Eijkman, perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga penelitian. Wiku memastikan bahwa pemerintah terus memantau proses pengembangan vaksin Covid-19 tersebut.

Memperkuat Sistem Imun Masyarakat

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19 bekerja cepat dalam mengembangkan bibit vaksin virus corona merah putih.

Jokowi berharap vaksin merah putih betul-betul dapat menangkal virus corona tanpa ada efek samping.

"Presiden meminta kita bekerja dengan cepat, tetapi mengikuti segala prosedur karena vaksin harus aman tanpa efek samping yang membahayakan. Vaksin diharapkan akan manjur," kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu 9 September 2020.

Selain itu, Jokowi berharap vaksin buatan Indonesia ini dapat memperkuat sistem imun atau kekebalan tubuh. Dengan begitu, tubuh dapat melawan virus corona.

"Paling penting vaksin kita kembangkan dalam rangka memperkuat daya tahan tubuh," ucap Bambang.

Uji Klinis Vaksin Sinovac, Tidak Ada Efek Samping

Di sisi lain, Wiku mengatakan hingga kini tidak ditemukan efek samping atau gejala serius dari hasil uji klinis fase III vaksin corona Sinovac di Bandung, Jawa Barat.

Menurut dia, hanya ditemukan gejala ringan seperti nyeri dan pegal otot selama proses uji klinis vaksin Sinovac.

"Hingga saat ini tidak ditemukan gejala KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang berbahaya pada uji klinis fase III vaksin Sinovac di Bandung terhadap 1.620 subjek. Hanya ditemukan gejala ringan seperti, nyeri dan pegal otot pada tempat suntikan," jelas Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis, 19 November 2020. 

Dia memastikan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) rutin melakukan pengawasan dalam proses pengadaan vaksin Covid-19.

Wiku juga menyebut pemerintah juga berupaya untuk transparan dengan progres pengadaan vaksin kepada publik.

Vaksin Covid-19 Dipastikan Halal

Wiku pun meminta masyarakat untuk tak takut atau ragu disuntik vaksin Covid-19. Wiku menekankan bahwa pemerintah memastikan keamanan, keefektifan, dan kehalalan vaksin Covid-19 sebelum disuntikkan ke masyarakat.

"Masyarakat perlu mengetahui vaksin Covid-19 yang nantinya digunakan adalah vaksin yang bakal lulus uji klinis tahap 3 dan menerima Emergency Use of Authorization dari Badan POM serta terdaftar di WHO," ujar Wiku.

Uji klinik vaksin Sinovac fase 3 dilaksanakan oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran melalui kerja sama PT Bio Farma dengan Sinovac Biotech Tiongkok.

Hingga saat ini, 1.620 subjek uji klinik telah menerima suntikan pertama vaksin (hari ke-0) dan 1.603 subjek menerima suntikan kedua (hari ke-14).

Setelah menerima suntikan, proses pengamatan dilakukan terhadap khasiat dan keamanan vaksin. Pengamatan dilakukan hingga 6 bulan sesudah pemberian suntikan kedua.

Tidak Mengandung Genetik Babi

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyampaikan, vaksin Sinovac tidak mengandung genetik babi.

"Berdasarkan dari evaluasi mutu yang kami lakukan, bahan yang dipakai, bahan aktif yang dipakai menunjukkan tidak mengandung porcine genetik dari babi," kata Penny dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR pada Selasa, 17 November 2020.

Bahan pembuat vaksin Sinovac dari Tiongkok berupa porcine hasil bioteknologi atau yang disebut dengan rekombinan porcine.

Sudah Ada Komunikasi dengan Pfizer dan Sputnik V

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan pihaknya telah melakukan beberapa dialog soal peluang kerja sama terkait vaksin COVID-19 dari perusahaan pengembang lain selain Sinovac.

"Sudah ada beberapa yang sudah mulai berkomunikasi dengan Badan POM, membicarakan terkait yang pertama, akan melakukan uji klinik di Indonesia juga ada beberapa vaksin," kata Kepala BPOM Penny K. Lukito.

"Kemudian juga ada beberapa vaksin yang akan diimpor oleh Indonesia, tapi harus mendapatkan izin penggunaan juga," kata Penny dalam konferensi pers secara virtual pada Kamis (19/11/2020).

Lebih lanjut, Penny menjelaskan untuk izin edar baru bisa dikeluarkan apabila data dari uji klinis sudah sepenuhnya lengkap.

"Moderna belum (ada diskusi), tetapi Pfizer, AstraZeneca, Sputnik juga sudah (berkomunikasi)," ujarnya mengungkapkan beberapa pihak terkait vaksin COVID-19 tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya