Pengungsi Gunung Merapi di Magelang Bertambah Jadi 817 Orang

Warga Desa Keningar memilih turut mengungsi kendati wilayahnya berada di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Mereka memilih mengungsi karena takut dan trauma akibat erupsi Gunung Merapi 2010.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 22 Nov 2020, 15:21 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2020, 13:55 WIB
FOTO: Gunung Merapi Siaga, Penduduk Desa dengan Radius 5 Km Diungsikan
Pengungsi Gunung Merapi mengenakan masker di lokasi pengungsian di Desa Glagaharjo, Sleman, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2020). Kondisi Gunung Merapi yang memasuki level siaga membuat beberapa desa dengan radius 5 Km dari puncak Gunung Merapi mengungsikan penduduknya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang melaporkan, 817 warga yang tinggal di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III telah diungsikan ke 9 titik pengungsian, menyusul status Gunung Merapi menjadi Siaga. Jumlah pengungsi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 210 orang terhitung sejak dua pekan lalu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, warga Desa Keningar memilih turut mengungsi kendati wilayahnya berada di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Mereka memilih mengungsi karena takut dan trauma akibat erupsi Gunung Merapi 2010.

"Desa Keningar di luar rekomendasi prakiraan bahaya BPPTKG namun atas dasar rasa takut dan trauma akibat kejadian erupsi 2010, maka Pemerintah Desa setempat memfasilitasi evakuasi pengungsian," kata Edy Susanto dikutip dari siaran pers BNPB, Minggu (22/11/2020).

Rincian jumlah dan lokasi pengungsian meliputi, 118 warga dari Desa Krinjijng mengungsi di Balai Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan. Sebanyak 115 warga dari Desa Ngargomulyo mengungsi di Gedung NU Ketaronedung Futsal Tejowarno, Gedung PPP Prumpung dan PAY Muhammadiyah di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

Kemudian, sebanyak 110 warga dari Desa Keningar mengungsi di SDN 1 Ngrajek dan kediaman Kepala Desa Ngrajek, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid. Selanjutnya sebanyak 476 warga dari Desa Paten mengungsi di Desa Banyurojo dan Desa Mertoyudan di Kecamatan Mertoyudan.

Dari data akumulasi yang dihimpun, pengungsi Gunung Merapi tersebut terdiri dari 279 laki-laki dan 538 perempuan. Adapun ibu hamil sebanyak 13 orang, ibu menyusui 33 orang, lansia laki-laki 46 orang, lansia perempuan 122 orang, balita laki-laki 81 orang, balita perempuan 70 orang, anak laki-laki 57 orang, anak perempuan 61 orang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ada gemuruh guguran

Memantau aktivitas Merapi
Seorang pria terlihat memantau aktivitas gunung merapi dari Lapangan Stiper, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Kamis (19/11/2020). Status Gunung Merapi sudah dinaikkan pada 5 November 2020 lalu dari waspada level II menjadi siaga level III. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, ada pula difabel laki-laki sebanyak 7 orang dan difabel perempuan 12 orang. BPBD Magelang juga mencatat terdapat warga yang sakit/rentan sebanyak 2 orang laki-laki dan 7 perempuan serta pendamping dewasa ada 86 laki-laki dan 220 perempuan.

Selanjutnya berdasarkan perkembangan data pengungsi pada Sabtu kemarin, pukul 18.00 WIB, dua warga pengungsi dari Desa Ngargomulyo memilih pulang ke tempat saudaranya karena ada keperluan lain. Di sisi lain, ada penambahan satu warga Desa Krinjing yang memutuskan untuk mengungsi.

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan BPPTKG terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi per Sabtu kemarin, terjadi guguran dengan jumlah 15, aplitudo 4-7 mm dalam durasi 13-90 detik.

Hembusan terjadi dengan jumlah 23, amplitudo 2-11 mm dalam durasi 10-19 detik. Sedangkan gempa vulkanik dangkal berjumlah 14 dengan amplitudo yang teramati 40-75mm dalam durasi 14-42 detik.

Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) juga melaporkan adanya gemuruh guguran yang terdengar keras sebanyak satu kali dengan amplitudo 75mm pada pukul 8.19 WIB dari Pos Pantau Babadan dan Kaliurang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya