Liputan6.com, Jakarta - Jumat, 26 November 2004, atau tepatnya 16 tahun silam sekitar pukul 11.25 WIT menjadi hari kelam bagi warga Nabire, Papua. Tercatat 19 orang tewas akibat gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR).
Menurut Badan Geologi Amerika Serikat, gempa tersebut berkekuatan 7,1 SR. Sementara lembaga observasi gempa di Hongkong dan Australia mencatat kekuatan gempa tersebut mencapai 7,2 SR.
Baca Juga
Dalam wikipedia, dikabarkan lebih dari 32 warga tewas akibat gempa yang terjadi pada 26 November 2004 tersebut.
Advertisement
Gempa tersebut menjadi kian kelam karena pada Februari 2004, atau 9 bulan sebelumnya, Nabire juga dilanda musibah yang serupa. Pada 7 Februari 2004 sekitar pukul 06.05 WIT, gempa berkekuatan 6,9 SR menimpa Nabire. Gempa yang dikabarkan berlangsung selama 25 menit itu menewaskan 23 orang dan 32 orang luka berat.
Dalam satu tahun, Nabire dilanda dua kali gempa dengan kekuatan yang besar. Puluhan warga tewas akibat musibah tersebut selama satu tahun.
Saat gempa 26 November 2004, SCTV Liputan6 menerima video amatir milik pedagang bernama Iswahyudi. Dalam video amatir Iswahyudi, terlihat kepanikan dari seluruh warga, suasana mencekam, dan teriakan Allahuakbar!
Dalam telewicara dengan Liputan6 Petang yang dipandu reporter Indiarto Priadi, Iswahyudi menuturkan gempa terjadi di poros Nabire. Di sana banyak berjejer warung dan sejumlah pertokoan. Di kawasan itu tercatat sepuluh warung terbakar akibat hubungan pendek arus listrik.
Polisi yang berada di sekitar lokasi kebakaran segera mengamankan situasi. Mereka cepat sampai ke lokasi karena Kantor Kepolisian Sektor Nagarua hanya beberapa ratus meter dari tempat kebakaran. Kebakaran akhirnya dapat dipadamkan dalam waktu sekitar 30 menit
Iswahyudi yang juga panik saat itu bersama masyarakat lainnya berhamburan ke luar. Kamera dalam genggamannya terus merekam goncangan dan kepanikan warga. Beberapa kali Iswahyudi kehilangan fokus karena dahsyatnya guncangan. Menurut Iswahyudi gempa kali ini lebih hebat dibanding gempa sejenis pada Februari.
Selain menelan banyak korban jiwa, gempa Nabire juga merusak rumah warga, tempat ibadah, dan fasilitas umum. Sedikitnya 178 rumah warga terbakar dan 150 rumah lainnya roboh.
Menurut Wakapolres Nabire kala itu Kompol Wempy Batlayery, sejumlah fasilitas umum mengalami kerusakan, di antaranya bandara serta putusnya dermaga laut. Selain itu, gedung-gedung sekolah juga turut menjadi korban amukan gempa.
Kompol Wempy menyebut, trauma sangat menyelimuti para warga. Mereka tidak berani masuk ke dalam rumah dan memilih untuk tetap berada di tempat lapang.
"Warga masyarakat masih trauma. Mereka tidak berani masuk rumah dan tidur di halaman atau di jalan," ujar Kompol Wempy keesokan harinya, atau Sabtu (27/11/2004).
Menurut Wempy, usai gempa melanda, sejak Jumat 26 November 2004 malam hingga Sabtu 27 November 2004, Nabire diguyur hujan lebat. Para warga yang takut masuk ke dalam rumah lantaran khawatir terjadi gempa susulan memilih berada di luar meski hujan semalam suntuk.
Gempa ini juga menyebabkan seluruh kota lumpuh karena hubungan listrik dan telepon seluruhnya terputus, Bandara Nabire serta dermaga laut juga mengalami kerusakan.
Belum bisa memulihkan kondisi pasca-gempa 26 November 2004, tak sampai sepekan, gempa susulan masih terjadi di Nabire, tepatnya pada 28 November 2004 dan Kamis 2 Desember 2004. Gempa susulan pada 2 Desember 2004 tak hanya sekali, gempa susulan pada hari itu terjadi hingga empat kali.
Goncangan pertama terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Sedangkan gempa terakhir berlangsung kira-kira pukul 14.00 WIT. Getaran gempa paling akhir cukup kuat, apalagi di sekitar Bandar Udara Nabire. Gempa berkekuatan sekitar 5 SR dengan posisi sekitar 17 kilometer Barat Daya Nabire.
Kepala Bidang Gempa Bumi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat Suharjono memperkirakan, gempa susulan akan berlangsung selama 20 hari, terhitung sejak 26 November 2004. Namun pada umumnya tak sehebat yang pertama. Kekuatan gempa rata-rata di bawah 5 SR.
Menurut catatan BMG Pusat, sampai kini, paling tidak sudah terjadi 59 gempa susulan. Tapi, Suharjono meminta, warga tak perlu khawatir karena lambat laun situasi kembali normal. Suharjono hanya meminta warga untuk tak tinggal di dalam rumah.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bantuan Makanan
Akibat gempa susulan yang terus terjadi, bantuan yang rencananya dikirimkan langsung oleh Menteri Sosial (Mensos) kala itu Bachtiar Chamsyah jadi tertunda. Rencananya, Bachtiar akan mengirimkan makanan senilai Rp 500 juta.
Di saat bersamaan, di luar pagar Bandara Nabire, sejumlah warga korban gempa berunjuk rasa minta bertemu Bachtiar. Mereka hendak menanyakan bantuan yang sampai saat ini belum diterima. Tapi, keinginan warga ditolak aparat keamanan.
Akibatnya sebagian demonstran memaksa masuk bandara sehingga memancing keributan. Meski begitu, tak satu orang pun berhasil menemui Bachtiar. Bahkan, seorang pengunjuk rasa dibawa aparat keamanan.
Selain bahan makanan, persediaan obat-obatan untuk korban gempa amat terbatas. Menurut tim medis di lokasi pengungsian Nabire, obat-obatan yang datang kebanyakan obat luka. Padahal tim medis kekurangan obat-obatan jenis antibiotik.
Dikutip dari Website Kedutaan Besar Jepang di Indonesia https://www.id.emb-japan.go.jp/news04_43.html Menanggapi terjadinya gempa bumi secara beruntun di Kabupaten Nabire, Papua sejak 26 sampai dengan 28 November 2004, Pemerintah Jepang memutuskan untuk memberi bantuan darurat sebesar 10,80 juta Yen (sekitar UDD 89 ribu atau sekitar 801 juta rupiah (kurs 2004) kepada Pemerintah Indonesia. Bantuan ini akan diberikan dalam bentuk tikar plastik sebanyak 150 gulung, selimut sebanyak 1.000 lembar dan matras untuk tidur sebanyak 996 lembar.
Pemerintah Jepang memutuskan memberi bantuan darurat ini atas dasar rasa kemanusiaan, mengingat hubungan persahabatan kedua negara. Sementara itu, pemerintah Jepang pernah memberi bantuan juga untuk wilayah yang sama sebanyak Rp,1.30 miliar, ketika bencana serupa melanda wilayah tersebut pada bulan Februari lalu.
Sebulan setelah terjadi gempa di Nabire, tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat yang diikuti tsunami di Aceh, serta mengakibatkan ribuan orang kehilangan nyawanya.
Advertisement