Wamenkes: Pemerintah Sangat Mendukung GeNose, Namun Perlu Diperhatikan Validasinya

Untuk mendapatkan hasil skrining lebih akurat, harus terus dilakukan modifikasi dan pembaruan terhadap GeNose C19.

oleh Muhammad Ali diperbarui 16 Jan 2021, 03:18 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2021, 03:18 WIB
Mentristek dan Menko PMK Terima Alat Deteksi Corona Genose C-19 Buatan UGM
Seorang pria mengetes alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). GeNose merupakan alat skrining Covid-19 yang lebih praktis ketimbang alat-alat lainnya yang sudah diberikan kepada masyarakat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan untuk mendapatkan hasil skrining yang lebih akurat lagi, harus terus dilakukan modifikasi dan pembaruan terhadap GeNose C19 karena alat skrining itu berbasis kecerdasan artifisial.

"GeNose C19 ini adalah kecerdasan artifisial kami harapkan dapat terus dimodifikasi sehingga ketajaman dalam melakukan skrining menjadi lebih sensitif," kata Wamenkes Dante dalam Webinar GeNose C19 - Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Anak Bangsa, Jakarta, Jumat (15/1/2021).

Menurut Dante, GeNose C19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada merupakan alat skrining dan diagnostik COVID-19 berbasis embusan nafas dan menggunakan kecerdasan buatan dalam menganalisa keberadaan COVID-19.

"GeNose C19 merupakan bukti kemandirian bangsa bahwa kita melakukan hal baru dalam inovasi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sangat mendukung, namun demikian khusus alat kesehatan perlu diperhatikan uji validasinya yaitu sensitivitas, spesisifisitas, positive predictive value, dan negative predictive value," katanya yang dikutip dari Antara.

Wamenkes Dante menuturkan salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah kontribusi laboratorium terakreditasi dan mampu melakukan pemeriksaan spesimen berbasis metode PCR masih mengalami keterbatasan, sehingga kemampuan melakukan pemeriksaan spesimen juga terbatas.

Tantangan pengujian spesimen atau testing di Indonesia yaitu waktu tunggu hasil pemeriksaan RT-PCR masih banyak yang lebih dari 3x24 jam karena spesimen menumpuk di beberapa laboratorium, tidak semua laboratorium beroperasi 24 jam dan di hari libur.

Kemudian, pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan di laboratorium belum semuanya real time karena keterbatasan tenaga pengisian data serta akses terhadap RT-PCR belum merata di seluruh Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Anggaran Kesehatan Kian Membengkak

Wamenkes menuturkan belanja kesehatan negara untuk COVID-19 terus membengkak, anggaran untuk biaya pengobatan juga terus membengkak karena kasus semakin meningkat.

Salah satu cara melakukan penghematan biaya kesehatan adalah dengan melakukan skrining COVID-19. Oleh karenanya, keberadaan GeNose C19 diharapkan akan mempermudah skrining atau penapisan COVID-19 sehingga mendukung penghematan biaya kesehatan.

"Apabila kita bisa melakukan skrining lebih dini kita bisa menemukan kasus lebih dini sehingga kita bisa mengendalikan kasus dan fatality rate-nya," kata Wamenkes.

Pada webinar itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengapresiasi dukungan Kementerian Riset dan Teknologi selama ini pada program-program penelitian di perguruan tinggi.

Menurut Nizam, perguruan tinggi sangat sigap dalam menanggapi tantangan selama masa pandemi COVID-19 dengan melahirkan berbagai produk inovasi dan teknologi yang mendukung penanganan COVID-19, salah satunya GeNose C19, yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada.

"Banyak sekali karya yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, tidak sekadar karya publikasi namun juga karya yang menghilir pada produksi. Mudah-mudahan karya ini terus dilanjutkan karena saya sangat yakin instrumen-instrumen kesehatan ke depannya akan menjadi bagian yang sangat penting di dalam memastikan Indonesia sehat dan membangun kedaulatan kita dalam alat-alat kesehatan," tutur Nizam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya