BMKG Sebut Sesar Mamuju Pernah Timbulkan Gempa Berujung Tsunami pada 1969

BMKG menjelaskan bahwa sesar Mamuju memang tergolong dalam sesar aktif. Di mana potensi gempa bisa kapan saja terjadi.

oleh Yopi Makdori diperbarui 22 Jan 2021, 20:18 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2021, 20:18 WIB
bangunan rusak akibat gempa Mamuju
Salah satu bangunan yang rusak akibat gempa magnitudo 6,2 di Mamuju. Gempa itu juga membuat sarana dan prasarana termasuk kelistrikan rusak. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

 

Liputan6.com, Jakarta Gempa yang mengguncang Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021) bukan kali pertama terjadi. Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Muhammad Sadly mengungkap bahwa gempa itu dipicu oleh aktivitas Sesar Mamuju.

Menurutnya, sesar ini pernah berguncang pada 1969. Saat itu kekuatannya pun tak jauh beda dengan saat ini, yakni berkisar di angka magnitudo 6.2.

"Kalau di Mamuju itu berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, ada tahun 1969 itu kan sebenarnya potensinya sudah lepas juga. Tapi maksimal ya samalah seperti yang kemarin itu, jadi 6,2 (magnitudo)," kata Sadly kepada Liputan6.com, Jumat (22/1/2021).

Sadly menjelaskan bahwa sesar di sana memang tergolong dalam sesar aktif. Di mana potensi gempa bisa kapan saja terjadi. "Saya pikir itulah fenomena alam ya, kita pantau terus semua para ahli juga sudah mengkaji ya," katanya.

Sadly mengungkap, gempa yang disebabkan Sesar Mamuju juga pernah memicu tsunami dengan ketinggian sekitar dua meteran.

"Kalau waktu itu ada tsunami. Kalau tidak salah itu dua meter, saya tidak terlalu ingat karena sudah lama sekali tapi ada seperti itu. Tapi kalau kita lihat memang di Mamuju kan berbatasan dengan Selat Makassar. Di situ kan memang ada potensi," papar Sadly.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Potensi Keterulangan Tsunami

Sadly tak bisa memastikan gempa yang disebabkan Sesar Mamuju itu memiliki siklus pengulangan berapa tahun. Namun untuk potensi terjadi tsunami di wilayah Mamuju dan sekitarnya masih ada.

"Memang potensi tetap ada, jadi kita wajib memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa di seluruh Indonesia itu sudah dipetakan potensi-potensi di mana rawan tsunami, sudah ada semua langkap ya,” ujarnya.

Kendati begitu, Sadly mengimbau agar masyarakat tak perlu menghindari Mamuju namun masyarakat di sana perlu diedukasi soal mitigasi bencana. Agar tatkala gempa ini terulang, seluruh masyarakat telah siap.

"Jadi bukan kita eksodus gitu ya, bukan meninggalkan Mamuju gitu, tetapi kita harus lihat menjauhi bangunan-bangunan yang sudah retak misalnya. Sebenarnya yang membuat orang celakakan bukan gempanya, tapi reruntuhan kan seperti itu. Jadi ini yang dihindari," tutup Sadly.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya